Minggu, Januari 05, 2014

Kejar Prestasi atau Lengkapi Kompetensi Diniyah Siswa

         Fokus untuk mencetak prestasi atau melengkapi kompetensi diniyah siswa. Setidaknya dua hal ini lah yang menjadi target terbesar dalam setiap tahun ajaran di sekolah yang berbasis agama. Seperti yang diketahui bersama, untuk sekolah swasta prestasi merupakan daya tarik utama bagi orang tua wali murid baru di awal tahun ajaran. Sekolah swasta yang tidak memiliki prestasi baik tentunya akan membuat orang tua wali enggan mendaftarkan putra-putrinya untuk menuntut ilmu di sekolah tersebut. Prestasi yang paling mudah dilihat adalah dari kejuaraan dan nilai prestasi pada saat UN. Dua event inilah yang biasanya menjadi tolok ukur orang tua wali dalam menentukan kualitas sebuah sekolah secara umum. Hal ini berdasarkan pengamatan saya dalam mengajar di sekolah swasta yang berbasis agama.
         Memang sangat terasa, kegiatan yang berkaitan dengan kognitif siswa sangat berperan untuk meningkatkan "kualitas" sekolah swasta. Karena memang sekolah swasta "hidup" dari orang tua wali. Ketika ditinggalkan oleh orang tua wali, maka sebuah sekolah swasta tinggal menunggu detik-detik akhir dalam kemundurannya. Hal ini lebih terlihat untuk tingkat SD, seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk tingkat SD terdapat dana BOS yang mengcover hampir seluruh pembiayaan di sebuah sekolah negeri sehingga siswa tidak mengeluarkan biaya untuk operasional dalam bersekolah. SPP, buku, seragam, sarpras, hampir semua mendapatkan porsi bantuan dari pemerintah. Hal ini sangat kontras untuk SD Swasta. SD Swasta harus berjibaku mencari siswa untuk tetap bertahan. Salah satu yang dilakukan adalah meraih prestasi setinggi-tingginya dalam setiap event kejuaraan dan mendapatkan nilai terbaik dalam ujian nasional.
         Namun, segala usaha yang telah dilakukan oleh SD Swasta dalam mengejar prestasi harus diimbangi dengan usaha untuk melengkapi kompetensi diniyah siswa. Kompetensi diniyah inilah yang menjadi harapan terbesar wali murid untuk bisa ditanamkan kepada putra-putri mereka semenjak dini. Secara kasar, wali murid menyerahkan penanaman kompetensi diniyah putra-putri mereka kepada sekolah, dalam hal ini SD Swasta yang berbasis agama. Sungguh ini merupakan tanggung jawab yang besar. Dengan ranah yang sangat luas, bekal kompetensi diniyah siswa yang heterogen, feedback orang tua yang berbeda, dan daya serap siswa yang berbeda, penanaman kompetensi diniyah ini menjadi hal yang cukup berat untuk sekolah dan guru pengajar. Target demi target yang dicanangkan oleh sekolah yang kemudian diamini oleh wali murid sebagai standard minimal harus dicapai di setiap semesternya. Target minimal kompetensi diniyah siswa adalah lancar membaca Al Quran. Berbagai kendala yang dihadapi oleh sekolah dan pengajar dalam mencapai segala target yang telah direncanakan semoga menjadi amal ibadah yang baik dan menjadikan tabungan untuk mencapai surga Allah.
Aamiin


_hasil observasi di SD Muhammadiyah Sleman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar