Senin, Maret 21, 2016

Guru dan Gelar

Tulisan ini murni pendapat pribadi jadi sebelumnya mohon maaf apabila banyak yang kurang sepakat dengan saya atau malah benar - benar tidak setuju dengan pendapat saya.

Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang guru yang mengeluh dengan beratnya pekerjaan. Beliau harus menempuh pendidikan lanjutan karena masih lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) yang setara SMA. Sedangkan sekarang guru minimal harus S-1.

Kalau tidak, beliau akan dihilangkan tunjangan profesionalnya, di kantorkan, bahkan katanya ada rumor untuk di pensiun dini. #entah benar atau tidak...

Di tempat beliau bekerja sudah banyak guru yang mempunyai gelar S-1. Bahkan ada yang sedang menempuh S-2. Sedangkan beliau dengan beberapa temannya masih menempuh S-1. Uniknya, para guru yang sudah bergelar S-1 ke atas tersebut tidak berkenan untuk mengajar di kelas VI karena kesibukan, belum punya pengalaman, atau tidak berani mengambil tanggung jawab sebagai guru kelas VI.
Sudah sekian kali beliau ingin turun ke kelas yang lebih rendah, namun terganjal tidak adanya SDM yang berkenan untuk menggantikannya. Sekolah pun seakan mengamini. Bahwa posisi guru kelas VI memang hanya cocok untuk beliau. Bukan guru yang lain. 
hee..

Itulah resiko pekerjaan, itulah resiko gelar kependidikan.
Seharusnya orang yang mempunyai ilmu yang mumpuni tidak berlari dari hal yang bisa membuat ilmunya bermanfaat bagi orang lain.
Mungkin dia akan gagal di tahun pertama di jabatan yang beresiko seperti guru kelas VI, wakil kepala sekolah, atau bahkan kepala sekolah.
Namun, manusia adalah insan pembelajar yang tidak boleh berhenti untuk selalu memperbaiki diri. Bukan hanya bangga dengan gelarnya saja, namun harus diimbangi dengan sikap, tingkah laku, tutur kata yang menunjukkan keterdidikannya. Itu adalah sebuah tanggung jawab moral atas ilmu yang dimiliki.

Itu hanyalah satu dari mungkin banyak contoh di luar sana yang membuktikan bahwa "Experience is the best teacher". Bagi saya, itulah contoh kemenangan pengalaman atas gelar pendidikan. 

Rabu, Maret 09, 2016

Buku Terbaik untuk Siswa

Buku terbaik untuk siswa adalah buku tulisan gurunya sendiri.

13 tahun yang lalu, pertama kali saya bertemu dengan Bapak Joko Susilo, M.Pd. Beliau adalah guru matematika kelas IX SMP Negeri 1 Salaman. Tidak ada yang menonjol dari beliau dibandingkan dengan guru yang lain. Namun di kemudian hari, saya merasakan banyak sekali yang spesial dari beliau. Salah satunya adalah modul matematika tulisan tangan beliau. Bukan ketikan komputer, namun tulisan tangan beliau. Tulisan yang khas, dengan huruf delapan yang unik dan 4 kolom setiap lembarnya. Kalau tidak salah, di saat mata pelajaran lain membutuhkan buku pendamping yang harganya puluhan ribu rupiah, kami hanya cukup membayar 2000 rupiah setiap Pak Joko mengkopikan materi baru. Ringan sekali bagi kami waktu itu. Sampai sekarang, buku itu masih saya simpan sebagai kenang - kenangan.

Entah apa menariknya modul itu, namun kenangan saya mengerjakan modul itu luar biasa. Tidak pernah saya sesenang itu berpusing - pusing ria mengerjakan soal tanpa disuruh siapapun. Mungkin adik - adik kelas saya kelas IX di SMP Negeri 1 Salaman masih mendapatkan modul tersebut sebagai teman belajar.

Sekarang, saya sama dengan Pak Cilo (panggilan ibu saya kepada Pak Joko). Saya menjadi guru matematika di SMP. Seingat saya, tidak ada guru yang lebih saya idolakan dibandingkan dengan beliau sampai sekarang. Sebagai guru, saya merasakan sulitnya membuat buku soal untuk anak, apalah lagi rangkuman materi dan pembahasannya. Namun saya berusaha sedikit demi sedikit untuk merekap soal yang saya gunakan.

Mimpi saya, entah tahun ajaran berapa nanti,, saya bisa memberikan kepada siswa saya buku soal yang saya tulis sendiri. Walaupun itu semua soal yang ada di buku pegangan seperti erlangga, yudhistira,  tiga serangkai atau itu hasil download dari beberapa situs yang menyediakan soal matematika. Saya tidak bermaksud menjualnya secara komersil kepada orang lain. Saya cuma ingin memberikan bekal yang cukup untuk belajar siswa saya. Selain lebih murah, buku itu juga bisa secara tepat membantu mereka dalam belajar.

Saya ingin anak - anak merasakan semangat belajar seperti saya ketika saya duduk di kelas IX dulu. Tanpa harus selalu diingatkan, saya menyempatkan mengerjakan beberapa soal dari modul.
Matematika memang tidak bisa secara instan dipahami, namun butuh ketekunan dan pengalaman mengerjakan soal untuk memahaminya. Walaupun guru sebagai sumber informasi dan petunjuk juga memegang peranan yang sangat penting.

Secara umum, kita sebagai guru harus bisa menulis soal kita sendiri, menyusun apa yang dibutuhkan oleh siswa kita sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada orang lain, karena mereka adalah siswa kita. Kita yang lebih tahu apa yang harus mereka pelajari, dari mana mulai belajar, dan seberapa banyak mereka membutuhkan pengalaman mengerjakan soal.

Prakteknya, banyak guru yang mengandalkan LKS. Namun LKS ini bukan hasil tulisannya sendiri. Bahkan ada beberapa guru yang tidak bisa mengerjakan soal di LKS jika tidak mempunyai kunci jawabannya. Ini miris. Kalau gurunya saja tidak bisa, bagimanakah lagi muridnya?
Lain lagi ceritanya untuk guru yang sibuk di luar pembelajaran. Mungkin beliau mempunyai tanggung jawab untuk memegang administrasi sekolah atau sering tugas di luar sekolah. LKS banyak digunakan untuk cadangan ketika beliau tidak bisa mengajar. Perintahnya jelas sekali di papan tulis :
"Kerjakan Soal LKS hlm.... romawi I sampai III, dikumpulkan di meja Pak Guru"
"Kalau tidak bisa, silahkan baca dulu materinya"
Hee...
Memang, anak bisa belajar mandiri. Tapi tanggung jawab kita sebagai pendamping mereka digantikan oleh LKS yang dibuat orang lain. Kalau itu LKS kita sendiri, sungguh luar biasa. Kita sudah tahu alurnya, dan kemungkinan sudah di set untuk bisa dikerjakan anak secara mandiri. Sekali lagi, guru tidak boleh malas menulis.

Latihan saya mudah : (pesan salah seorang pengawas kami)

Tulislah yang kamu kerjakan
Kerjakan apa yang kamu tulis

Simpel...

Melalui tulisan ini, saya juga berterima kasih kepada beliau, Pak Joko Susilo. Beliau telah memberikan pengalaman belajar yang menarik dan sangat membekas bagi saya. Semoga semangat beliau dalam mengajar bisa saya praktekkan di sekolah saya. 

Minggu, Maret 06, 2016

Logika Sederhana UN

Beberapa waktu kemarin dan yang akan datang,saya akan berkutat dengan RPP, Silabus, Prota, Promes, Analisis UH, dsb. Hal ini dikarenakan saya sedang dalam proses PIGP (Proses Induksi Guru Pemula).
Sejujurnya, saya dan teman - teman sering membicarakan tentang segala administrasi guru ini. Kesepakatan sementara kami, administrasi guru memang bukanlah hal yang menentukan keberhasilan pembelajaran yang kami lakukan. Ini versi kami lho.. beda tempat beda kesimpulan...

Nah, sebuah logika sederhana saya pribadi tentang segala administrasi ini adalah "Mengapa segala adminstrasi guru ini belum bisa meningkatkan rata - rata nilai UN?"
Logika saya adalah seperti ini:

KKM
Seluruh mata pelajaran telah ditetapkan KKM nya di awal tahun ajaran. Bahkan guru harus membuat KKM per materi, yang merupakan batas awal minimal tentang pencapaian siswa yang harus dicapai.
Mari kita cek bersama, Adakah guru yang membuat KKM pembelajarannya di bawah 5?
Kalau tidak ada, berarti nilai raport sebagian besar siswa (mungkin ada sebagian siswa yang tidak bisa mencapai nilai KKM itu) berada sama dengan atau di atas KKM. Right?
next...

Nilai raport
Mari kita cek nilai raport siswa, adakah nilai siswa yang berada di bawah KKM di raport mereka?
Atau ekstrimnya, saya gunakan angka 5 lagi,
Adakah nilai raport siswa di bawah 50??
Kalau tidak ada, berarti siswa telah mampu mencapai batas minimal pembelajaran yang telah dilakukan oleh gurunya. Karena nilai raport didapat dari nilai ulangan harian, nilai pekerjaan rumah dan tugas, serta UTS dan UAS.
next...

Nilai UN
Pertanyaan saya di awal tadi adalah "Mengapa segala adminstrasi guru ini belum bisa meningkatkan rata - rata nilai UN?
logika keseluruhan tulisan ini adalah :

Nilai KKM bagus --> nilai  raport (UH, PR, Tugas, UTS, UAS) bagus --> nilai UN kok ga bagus??

Seorang guru dari yang telah membuat administrasi dengan baik, mulai dari RPP dan kawan - kawan..
Seharusnya, (seharusnya lho....) bingung...
Kemarin anak - anak bisa dapat nilai bagus, kok UN nilainya tetap jelek?
Padahal kalau kita cek UN hanya menilai beberapa Kompetensi Dasar dari Standar Kompetensi yang telah diajarkan selama proses pembelajaran. right?
Bahkan, seluruh indikator UN sudah diberikan sebelumnya, jauuuuhhhhh sebelumnya.
Try Out pun telah dilakukan, Simulasi UN, Pra UN juga telah dilaksanakan...
Kok nilai UN masih jelek ya?

Heee...
Dari tulisan pendek ini,
Bagaimana kita harus menyikapi adminstrasi kita?
Dapatkah kita mempertanggungjawabkan nilai yang telah kita berikan sebelumnya?
hayooo.... Mari kita jujur dan introspeksi diri kita sendiri..

Kekuatan Kepala Sekolah

Kepala Sekolah adalah seorang guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai memimpin suatu sekolah yang diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan menerima pelajaran.
Definisi secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. (Copas dari tulisan orang,maaf lupa sumbernya) piss...

Bagi saya, seorang kepala sekolah adalah seorang leader (bukan boss), penyemangat, dan pembimbing bagi guru dan seluruh warga sekolah.

Kata leader, bukan bos ini sangat saya tekankan.
Perlu diingat, kepala sekolah bukanlah satu - satunya orang yang menentukan kemana arah dan tujuan sekolah akan dibawa. Namun kepala sekolah adalah orang yang mengambil tanggung jawab terbesar dari proses yang ada di sekolah.
Proses itu seperti :
Bagaimana beliau menetapkan target bagi guru - guru di tempatnya bekerja,
Bagaimana beliau menjalankan proses pembimbingan dan pengaturan atas apa yang terjadi di sekolahnya,
Bagaimana beliau menjalankan sisi sebagai seorang bapak bagi teman - temannnya,
dan lain sebagainya.

Jelas, proses itu semua membutuhkan sebuah keterampilan, dan memang menjadi kepala sekolah melewati proses seleksi yang panjang. Namun, terkadang ketidaksamaan visi dari kepala sekolah akan membuat runyam sekolah yang ditempatinya.
Saya pernah menjadi anak didik kepala sekolah di sebuah sekolah swasta, dan sekarang saya dididik dan dibina oleh kepala sekolah di sekolah negeri.
Perbandingan ini jelas tidak membutuhkan banyak waktu untuk dipertentangkan. Karena memang banyak faktor yang membuatnya tidak bisa dibandingkan.
Namun, setidaknya saya mengamati, ada beberapa hal penting yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah.

Keteladanan
Bagi seorang leader di sebuah instansi, keteladanan adalah faktor yang paling bisa diamati secara kasat mata oleh siapapun. Sebuah contoh berjalan (uswatun khasanah) dari seorang kepala sekolah adalah patokan awal untuk bersikap dan dilaksanakan oleh orang yang berada di bawahnya.
Sebuah keteladanan yang murni, tanpa dibuat - buat, tanpa direkayasa, dan terjaga sepanjang waktu.
Bukti dari keteladanan itu adalah satunya perkataan dan perbuatannya.
Tanpa mengesampingkan faktor ke"manusia"an seorang kepala sekolah yang pasti akan mengalami titik jenuh, tergeser dari apa yang telah digariskannya sendiri lewat peraturan dan kebimbangannya dalam menyelesaikan masalah, apapun yang dilakukan kepala sekolah akan menjadi buah bibir dan suri tauladan bagi anak buahnya di sekolah.
Maka dari itu, seorang kepala sekolah hendaknya mampu "bermuka dua". Muka yang pertama adalah sebagai wajah dari seorang pemimpin instansi dan muka yang kedua adalah seorang ayah yang sayang kepada keluarganya.

Komunikasi
Komunikasi ini terbagi menjadi dua yaitu intern dan ekstern.
Komunikasi internal kepada warga sekolah baik itu guru, karyawan atau murid dan komunikasi eksternal kepada masyarakat dan dinas pendidikan.
Kedua komunikasi itu haruslah dijaga dengan baik.
Seorang kepala sekolah harus bisa banyak "MENDENGAR" dibandingkan dengan "BERKATA".
Mendengarkan apa yang dirasakan oleh keluarga di sekolah dan luar sekolah.
Baru kemudian berkata dan mengambil sikap untuk menindaklanjuti apa yang didengarnya.
Seorang kepala sekolah mungkin harus rela pulang paling akhir untuk bisa mendengarkan curhat seorang guru atau bahkan siswa ketika memang ada masalah yang terjadi pada mereka.
Kunci keberhasilan seoang kepala sekolah adalah komunikasi yang terjalin erat.

Mengajak bukan Memerintah
Setelah bisa memberikan keteladanan dalam sikap dan perkataan serta mampu mengkomunikasikan segala yang berkaitan dengan sekolah kepada pihak - pihak yang berkepentingan, seorang kepala sekolah harus mampu "MENGAJAK" seluruh keluarganya untuk bergerak sesuai dengan insturksinya.
Sekali lagi MENGAJAK bukan MEMERINTAH.
Ketika seseorang mengajak orang lain, maka orang tersebut akan menemani, memberikan bimbingan, mengingatkan, dan melengkapi kekurangan orang yang diajaknya. Begitupun kepala sekolah.
Banyak menemani kegiatan luar sekolah adalah salah satu contohnya. Seorang kepala sekolah yang pasti jam mengajarnya sedikit karena tugas di luar sekolah harus memanfaatkan kegiatan luar sekolah sebagai media untuk dekat dan mengawal langsung apa yang menjadi program sekolahnya.
Istilah keren sekarang adalah blusukan. Melihat langsung apa yang terjadi pada sekolahnya.
Itu sih sudah beberapa kali dicontohkan presiden kita yang sekarang.
Namun hal yang harus disadari, hadirnya kepala sekolah di luar jam sekolah bagi guru dan murid itu sangat spesial. Kesan angker kepala sekolah akan hilang seiring obrolan - obrolan kecil dengan siswa dan pembimbing kegiatan. Coba saja kalau tidak percaya....

Tidak boleh rentan kritik
Dahlan Iskan dalam wawancara dengan Andy F Noya pernah berkata, "jangan pernah sekali - kali melawan atasan, karena itu berarti kematian seoang bawahan".
Butuh keberanian bagi seorang guru untuk memberikan masukan kepada kepala sekolahnya.
Bahkan mungkin ketika diminta sekalipun.
Hee,,,
Itulah yang kebanyakan terjadi.
Namun berbeda, ketika komunikasi antara kepala sekolah dan guru berjalan dengan baik, maka segala saran bahkan kritik akan tersampaikan dengan baik.
Secara gampang, guru adalah pelaksana lapangan bagi program sekolah. Guru lah yang mengerti kekurangan dan hal - hal yang dibutuhkan untuk mensukseskan program sekolah. Maka dari itu, masukan dan kritik dari guru ini adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh kepala sekolah untuk mendatangkkan kesukseskan progam sekarang dan menyusun program yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Masih banyak sebenarnya yang harus dimiliki kepala sekolah, namun minimal hal hal diatas yang bisa saya jabarkan sekarang.
semoga bermanfaat bagi para kepala sekolah, dan calon kepala sekolah di masa yang akan datang.
Pesan saya, JADI KEPALA SEKOLAH, SIAPA TAKUT??
_kiriman artikel saya yang tidak pernah terbit di surat kabar... heee

Sabtu, Maret 05, 2016

Siswa itu Unik

Minggu ini termasuk melelahkan bagi saya..
Tesis masih harus terus diedit, Lomba pramuka baru selesai, Lomba OSN Matematika siswa baru tadi pagi dilaksanakan, Lomba OSN Matematika guru kayaknya minggu depan,  UN SMP semakin dekat, PIGP (Program Induksi Guru Pemula) sudah mulai berjalan dengan segala buntutnya yang seabreg..
hhh..

Sebagai guru, memang saya punya beberapa hal tambahan yang melekat dengan pekerjaan saya.
Tapi kenapa harus bersamaan waktunya???? #benturinkepalaketembok....

Tapi saya punya hiburan yang sangat asyik..
Namanya siswa kelas 7, 8, dan 9 SMP Negeri 2 Wonoboyo Satu Atap ...
hahahaa...
Terkadang, merekalah yang bisa membuat saya tertawa sejenak dan melupakan segala beban hidup saya.
Siswa itu unik, sangat unik....
Mulai dengan segala kekonyolan mereka, ke"ngeyel"an mereka, dan kepolosan mereka.

Siswa unik saya yang pertama adalah siswa yang sudah mulai dewasa, mulai punya pacar.... waww..
Sayangnya, mereka harus putus di tengah jalan. Nah, saat saya menerangkan tentang materi PAI kelas 8, bab perilaku tercela yaitu Dendam dan Munafik. Setelah semua materi saya sampaikan, mulai dari definisi, contoh, cara mencegah, dll. Dua siswa saya ini malah berdebat sendiri, padahal mereka sebenarnya curhat....
Curhat tentang hubungan mereka yang baru saja gagal.
Mereka seolah - olah bertanya pada saya seperti ini:
"Pak, kalau misalnya ada orang, yang tidak bisa menjaga janji, itu munafik tidak?" tanya siswi saya
"Lha pak, kalau misalnya janji itu tidak bisa dipenuhi karena keadaan keluarga gimana pak?" timpal siswa saya(mantan pacar siswi yang tadi)..
akhirnya sesi tanya jawab selesai dan akhirnya saya dan siswa sekelas tahu semua rahasia mereka...
Kami sangat terhibur dengan semua itu
Hari itu saya seolah - olah menjadi seorang hakim yang mendengarkan jaksa penuntut umum dan pengacara terdakwa yang saling berdebat.
Duh... indahnya masa sekolah....
batin saya...

Siswa unik saya yang kedua adalah siswa kelas 7 yang secara jujur bercerita tentang keanehannya.
Dia bisa menghitung pembagian dengan dua angka, namun tidak bisa PERKALIAN!!
Bagi kebanyakan siswa, pembagian adalah materi yang sulit, namun baginya sangat mudah.
Sedangkan baginya, perkalian adalah materi yang sangat sulit. Masalahnya sepele. Dia tidak bisa menyimpan puluhan pada perkalian dua angka dan dua angka.
Kami sekelas tertawa terbahak - bahak ketika dia menuliskan hasil perkalian di papan tulis.
Dan semuanya salah. heheehee
Teman - temannya sangat heran dengan anak yang satu ini.
Namanya juga anak - anak.

Siswa unik saya yang ketiga adalah siswa yang sangat cerewet, maklumlah.. namanya juga perempuan.
Dia sama sekali tidak pernah memikirkan tentang sekolah.
Yang dia pikirkan adalah penampilan.
Fitrah banget.
Wanita dan penampilan.
Namun sayangnya satu. Dia tidak pernah mandi pagi. HAHAHAHAAA
Ke sekolah, bisa dihitung berapa kali dia mandi di pagi hari.
Alasannya jelas, dingin. hee
Masya Allah, luar biasa siswi saya ini

Siswa unik saya selanjutnya adalah beberapa anak putra kelas 7, 8, 9 yang entah kena virus apa, mereka menindik telinga mereka.
Awalnya saya dan teman - teman guru prihatin dengan semua itu.
Namun kemudian saya mengobrol dengan beberapa dari mereka.
Saat mengobrol itulah saya tahu bahwa mereka menindik telinga mereka dengan menggunakan jarum biasa, kemudian agar lobang di telinga mereka tidak kembali tertutup, mereka menggunakan lidi untuk dijadikan anting - anting.
Hehehehe, Ga modal banget. Batin saya.
Kami semua tertawa karena alasan itu, mungkin itulah batas maksimal "gaul" mereka.
hahahahahahahaaaa

Berikutnya adalah cerita siswa saya dan spidol saya yang tertinggal di kelas.
Sebelum pulang, beberapa spidol saya tertinggal di kelas. Saat teringat tentang hal itu, saya kembali ke kelas untuk mengambilnya.
Walhasil??
Papan tulis di kelas sudah penuh dengan grafiti mereka.
Mungkin grafiti di tempat lain berisi tulisan atau gambar yang artistik, hari itu papan tulis Laboratorium Komputer penuh dengan tulisan Nama Siswa dan Gebetannya.
Saat mereka sadar saya di luar kelas dan melihat papan tulis, mereka langsung teriak dan berebut penghapus papan tulis untuk menghapus nama masing - masing.
Bahkan akhirnya beberapa dari mereka menghapus dengan tangan mereka. 
hahahaha
Hal yang sangat konyol dan polos.
Cerita cinta di sekolah yang indah.
Hari berikutnya, saya mulai pelajaran dengan sangaaattt bahagia.
Karena saya mulai dengan "ngecengin" mereka dan gebetan mereka.
Itu sangat membahagiakan bagi guru yang stress seperti saya.
hahahaaa

Hiburan yang luar biasa di minggu yang melelahkan buat saya.
Alhamdulillah

Kamis, Maret 03, 2016

Sulitnya Mendengarkan



Mendengarkan itu lebih sulit..

Lihatlah dua kali sebelum bicara
Dengarkanlah dua kali sebelum bicara

Karena memang mata dan telinga diciptakan untuk seperti itu
Ketika bertemu dengan seseorang yang baru, mungkin jurus mendengarkan ini sangat ampuh untuk membuatnya nyaman.
Dengan mendengar sedikit lebih lama kita akan memperoleh sedikit lebih banyak tentang sifat dan watak dari orang yang kita ajak bicara.
Mendengarkan butuh dua telinga, sedang berucap hanya butuh satu mulut.
Itulah yang sering dikatakan. Seorang pendengar yang baik akan mengucapkan kata – kata yang ampuh untuk lawan bicaranya.
Tidak hanya itu, mulut yang dikendalikan oleh dua telinga lebih terarah dan teratur dalam bergerak dan mengeluarkan suara.
Dengarkan dulu, baru sarankan sesuatu.
Sungguh cara ini sangat jitu untuk mengikat hati seseorang. Sebagai teman tentunya. Sahabat yang baik juga akan selalu ada untuk “mendengarkan” keluhan sahabatnya. Bahkan terkadang hanya dicari ketika sahabatnya “butuh” didengarkan.
Dari telingalah segalanya berawal.

Gunakan dua telingamu sebelum kau gunakan satu mulutmu..


Catatan hari ini..
#Rapat yang ngantuk....