Rabu, Agustus 24, 2016

Jangan Takut Ganti Menteri

Belum lama Pak Anies Baswedan digantikan Pak Muhajir Effendi. Ikut kena resufle kabinet jilid II katanya, bareng beberapa menteri lain.
Banyak temen guru yang khawatir sebenernya, ganti menteri ganti kebijakan, mungkin juga ganti kurikulum. Tapi sebenarnya, gantinya menteri itu bukan hal yang menakutkan bagi guru dan pelaku pendidikan. Karena sebenarnya guru itu mandiri dan fleksibel, kenapa?
Guru itu mandiri, mau siapapun menterinya. Ga percaya? Siapapun menterinya, presiden di kelas tetaplah guru. Menteri kan pembantunya presiden ya? Mana mungkin menteri berani sama presiden kalau bukan menteri pengen minta di resuffle? hahahaa..
Jujur saja, cara mengajar guru tidak banyak berubah walaupun menterinya berubah, atau kurikulumnya berubah. Karena memang guru yang lebih tahu dan lebih mengerti murid - muridnya. Guru yang bisa mengerti bagaimana cara terbaik materi itu masuk ke otak murid. Jadi, so far so good lah.... KBK, KTSP, K 13, bahkan CBSA 1984 mungkin akan berubah sesuai kebutuhan murid di tangan gurunya. Yang penting tujuan pembelajaran tercapai kan? Siswa juga enjoy mengikuti pembelajaran kan? ya,,, itulah kehebatan presiden. Presiden di kelas, yaitu guru.
Guru itu fleksibel, jelas kan dari uraian di atas?
Lebih fleksibel lagi, guru lah yang bisa menggerakkan siswa untuk belajar di luar jam pelajaran.
Tinggal kasih tugas, PR, atau proyek pembelajaran. Maka siswa akan dengan [terpaksa] senang hati belajar lebih banyak untuk itu. SABDA PANDITA RATU istilahnya.
Baru tadi pagi saya mendapatkan penuturan, betapa perintah guru sangat menancap di hati siswa.
Seorang ibu wali murid kelas 3 mengatakan bahwa mulai hari senin kemarin, anaknya tidak mau diantar lebih dari gerbang sekolah. Karena guru kelasnya ingin siswanya mandiri. Padahal selama ini anak itu tidak mau sekolah kalau ibunya tidak masuk ke kelas. hehe... Siswa itu lebih nurut dengan guru dari pada ibunya sendiri.
Ibunya senang sekali mendapatkan kenyataan seperti itu. Alhamdulillah katanya. Anaknya lebih mandiri sekarang.

Maka dari itu, wahai para guru,, jangan takut berganti menteri bahkan berganti presiden. Kitalah presiden bagi siswa kita. Kitalah yang berkuasa. Tapi jangan sampai kita salah dalam mengajar, harus selalu meningkatkan kualitas diri. Jangan lupa komunikasi yang baik dengan siswa dan wali siswa, sehingga seluruh kegiatan yang direncanakan tepat sasaran atau mungkin kesalahan kita dapat segera diperbaiki demi kepentingan para rakyat kita. Rakyat kita adalah para siswa. Ingat,, suara rakyat adalah suara Tuhan.

ha ha ha

Bulan padat Kegiatan

Dalam satu tahun ajaran telah ditentukan bahwa dibagi dalam dua semester. Setiap semester minimal terdapat 16 minggu efektif untuk menyampaikan materi kepada siswa. Dalam setiap minggu terdapat minimal 37,5 jam pelajaran yang harus dipenuhi guru secara kolektif untuk siswa di sekolah.
Namun disadari atau tidak, pelaksanaan di lapangan nyata tidak semulus dan semudah itu.
Mungkin kita perlu untuk mengevaluasi bersama dan mencari jalan tengah yang terbaik bagi kita.
Setidaknya di setiap semester terdapat beberapa kegiatan yang padat dan menyebabkan kegiatan belajar mengajar di sekolah "kurang" efektif. Semester satu (ganjil) biasanya dimulai di bulan Juli - Desember. Semester ini terdapat beberapa kegiatan yang memadatkan kegiatan guru dan siswa di sekolah seperti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) dulu juga disebut MOS, rangkaian lomba agustusan. Terkadang, guru dan siswa tersadar kalau waktu UTS sudah dekat. hehe... Di awal tahun sibuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan kemudian dilanjutkan dengan kebahagiaan dalam rangkaian lomba. _seperti saya tahun ini..
Tidak ada yang salah dengan semua itu. Memang banyak sekali kegiatan dalam rangkaian dua kegiatan tersebut. Bukan hanya gurunya yang sibuk dengan dirinya sendiri sebagai seorang makhluk individu nasionalis dan seorang yang diberi amanah di sekolah, namun juga mempersiapkan rangkaian event tahunan ini bagi siswanya. Untuk satu kegiatan karnaval di lingkungan kecamatan misalnya, akan membutuhkan berminggu - minggu waktu latihan. Untuk satu kegiatan kesenian/latihan sebagai petugas paskibraka di lingkungan kecamatan juga menyedot waktu minimal 3 minggu efektif. Ada sebuah kewajiban yang tertanggung di pundak guru dan siswa selain belajar dan mengajar di sekolah. Apalah lagi kalau sekolah kita adalah sekolah inti dan sekolah terdekat dengan pusat pemerintahan kecamatan/kabupaten.
Padahal Ulangan Tengah Semester akan datang 3 atau 4 minggu setelah kegiatan ini selesai. Luar biasa bukan? 
Untuk beberapa sekolah ini berat, karena ingin mengejar materi untuk UN dan try out yang diadakan di awal - awal bulan di semester dua.
Lanjut...
Semester dua biasanya datang setelah rangkaian diklat persiapan  dan bedah kisi - kisi ujian nasional di saat saat libur semester ganjil. Jelas.. guru tidak libur ketika siswa libur. hffttt
Semester dua (genap) ini biasanya diwarnai dengan "kejar-kejaran" antara sekolah dan jadwal dari dinas. Sekolah yang tidak bersiap siap sejak dini akan tersiksa dengan jadwal try out untuk kelas akhir dari dinas. Belum lagi kegiatan UTS, Ujian Sekolah, Ujian Praktek, dan persiapan Ujian Nasional.
Try Out UN biasanya lima kali dalam waktu 16 minggu (yang tidak lengkap) paruh kedua tahun ajaran. Padahal, materi semester dua kebanyakan belum selesai ketika try out pertama dilaksanakan. Ini kejar - kejaran yang pertama.
UTS, Ujian Sekolah, dan Ujian Praktek biasanya maraton. Sekolah harus menyiasati dengan memberikan waktu tambahan belajar agar semua hasil Ujian tersebut stabil bagi sekolah dan siswa. Ini kejar - kejaran yang kedua.
Jadwal dari dinas. Ini faktor utama. Sekolah harus segera mendapatkan seluruh jadwal kegiatan di atas di awal waktu. Sehingga perencanaan dan pelaksanaan seluruh kegiatan dapat tersusun dengan baik.
Lelah, mungkin.
Jenuh, mungkin.
Namun itulah yang terjadi di setiap tahun ajaran.
hehee...
Guru dan siswa di garda depan pelaksanaan kegiatan harus sangat siap dan selalu termotivasi untuk mencapai hasil terbaik.
Selamat bekerja para guru
dan Selamat bermotivasi para siswa