Minggu, Desember 06, 2015

Bersahabat dengan buku

Hari ini saya seperti biasa, setiap bulannya mampir ke toko buku.
Walaupun tidak selalu saya membeli buku, namun saya usahakan untuk setiap bulan selalu ke toko buku. Jarang memang saya menyengaja datang ke toko buku untuk membeli buku. Terkadang saya juga datang ke beberapa pameran buku tanpa niat apapun.
Jujur, saya lebih suka buku diskonan...
heee
Walaupun buku itu tentunya sudah lama, namun ilmunya tetap sama. Benar kan?
Teringat saya, 15 tahun yang lalu, saya diajak ke sudut pasar Rejowinangun oleh ayah saya.
Di sana kami tidak datang ke toko buku Jaya(toko buku besar di Magelang), Gramedia, Toga Mas, atau Sosial Agency. Tidak sama sekali.
Saya diajak ayah saya untuk membeli buku di emper toko mas yang berjejer di sana.
Saya diajak membeli buku loak. Ya, buku loak.
Teringat saya di sana membeli 2 buku agama islam, 2 buku IPS, dan 2 buku matematika.
Kenangan saya ini begitu berbekas. Bukan tidak mau membeli buku yang baru, namun ayah saya mengenalkan kepada saya. Apapun buku GURUMU, materinya selalu sama. Buku terkadang hanya ganti sampulnya. Asalkan penulisnya sama, kebanyakan isinya pasti sama.
Berawal dari kenangan itu, sampai sekarang saya gemar membeli buku loakan atau buku di bazar.
Memang mungkin murahan, namun saya menghargai penulisnya, dan menghargai ilmu yang ditularkan lewat buku yang ditulisnya.
Tidak kurang sekarang saya mempunyai 20an buku yang saya koleksi. Buku-buku yang sederhana, buku - buku tipis nan ringan bahasanya. Namun, semoga memberikan manfaat yang lebih. Karena bersahabat dengan buku itu indah.

Seorang penulis akan membaca lebih dari 2 buku untuk menuliskannya kembali dan menjadikannya karya pribadi. Namun kita sebagai pembaca hanya butuh satu buku untuk menerima ilmu dari banyak penulis yang telah disarikan kembali oleh penulis kedua. Jadi, tidak ada alasan untuk meremehkan buku setipis dan semurah apapun. Insya Allah pasti ada manfaatnya.

Kamis, November 26, 2015

Cerita Guru yang Jadi Murid

Mengikuti diklat di Balai Diklat Provinsi Jawa Tengah membuat saya menghargai sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.
Satu catatan yang paling penting buat saya adalah menjadi murid ternyata membosankan.
Ya, sangat membosankan...
Pertama diberikan buku yang SEABREK
Kedua diminta membacanya sendiri
Ketiga diberikan ceramah yang membuat NGANTUK
Keempat GURU ternyata sangat membosankan dengan metode CERAMAHnya

Saya kemudian sadar..
Menjadi GURU itu tidak mudah
Membuat siswa tidak mengantuk pekerjaan yang berat
Membuat materi dipahami oleh siswa itu pekerjaan yang sangat sulit
Membuat siswa berniat untuk belajar sendiri setelah menerima pelajaran itu butuh kerja keras

Luar biasa ya?
Memang, serasa ditampar dengan keras
Ternyata pekerjaan mencerdaskan siswa adalah pekerjaan yang tidak mudah.
Tapi BISA DILAKUKAN
Namun, harus disiapkan dengan baik dan disampaikan dengan cara yang tepat.
Mungkin yang bisa saya sarankan adalah metode PDCA.
Plan - Do - Check - Act/Adjust.
Browse untuk lebih lanjut tentang PDCA.. OK!

Semangat para guru!!!
Di ulang tahun ke 70 PGRI, kita para guru harus lebih baik!!

Sebutanku Nanti ASN

Alhamdulillah, 15 hari ditempa oleh Balai Diklat Provinsi Jateng. Sebagai salah satu calon ASN katanya.
Apalah itu ASN??
Itulah kebingungan saya pertama kali mendapatkan 6 modul berwarna merah di dalam tas yang diberikan oleh panitia prajab.
ASN adalah Aparatur Sipil Negara. Dulu sering disebut PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Sebentar.. Kata PNS ini sudah sangat banyak diplesetkan menjadi meme lucu yang ada di dunia maya. Contohnya :
- Pegawai Nunggu Sore
- Pejabat Negeri Santai
- Pejabat Nyantai Sekali
masih banyak lagi.. tapi lupa. hee...
Kembali ke prajab
Sebelum datang ke Balai Diklat "Srondol" ini kami memang sudah mengerti bahwa kami akan berada di sini setidaknya 40 hari. Dibagi dua bagian on dan off. On berarti kami harus berada di balai diklat untuk menerima materi dan melaksanakan ujian rancangan aktualisasi. Off berarti kami harus mengaktualisasikan apa yang kami dapatkan di Balai Diklat pada SKPD tempat kami bekerja.
Banyak sekali kami bertemu dengan para Calon ASN yang sama - sama prajab di sini. Mulai para lurah, petugas KPU, tenaga honorer, guru K2 yang sama - sama CPNS.
Luar biasanya.... Kami dididik sebenarnya semi militer.
Pelatih disiplin dan kebugaran jasmani kami berasal dari para pelatih AKPOL. Ada 4 orang Pak Slamet, Pak Broto Waliman, Pak Supriyana, dan Pak Yunus. Ampun deh kalau sampai kami bertindak di luar keinginan dan peraturan yang telah mereka buat. Terakhir hukuman kami adalah berdiri 15 menit di lapangan karena ramai di ruang makan. Tapi itulah konsekuensi. Peraturan memang dibuat untuk ditaati walaupun saat dibuat maka saat itulah pelanggaran akan terjadi.
Masih separuh jalan kami di sini. Banyak angkatan prajab yang datang dan sudah pulang. Sepertinya kami yang paling terakhir nanti pulang dari sini.
hiks...
Demi sebuah gelar ASN...
Semoga kami bisa bertanggung jawab atas amanah yang kepada kami.
aamiin

Balai Diklat Provinsi Jateng "Srondol"
Asrama Srondol III
Kamar 214 sebaris sepatu olahraga
 

Rabu, Oktober 14, 2015

Soal Latihan CCA tingkat SMP_1

Beberapa waktu yang lalu kami mengikuti lomba Mapsi tingkat SMP dan berikut adalah oleh - oleh dari kami berupa rekap soal yang kami dapatkan dari lomba tersebut.

TIPS Lomba Cerdas Cermat Agama Islam

Assalamualaikum, salam sukses untuk para pelomba dan pendampingnya

Lomba mata pelajaran adalah salah satu media untuk menunjang proses belajar siswa. Bahkan juga guru. Lomba mata pelajaran juga mampu meningkatkan kompetensi siswa dan guru secara bersamaan. Guru meningkatkan kompetensi agar mampu membimbing siswanya, sedangkan siswa tentunya mendapatkan kompetensi yang "lebih" disebabkan materi tambahan yang dia dapatkan selama pembinaan lomba.

Sabtu, September 12, 2015

Musim Mbako Pertama di Cemoro

Saya baru di Temanggung.
Saya baru dua kali melihat gebyar panen mbako di Temanggung, yang pertama saya ingat waktu kondangan ke Banjarnegara, dan ini yang kedua.
Sekarang saya benar - benar bersentuhan dengan panen tembakau....
Saya benar - benar bersentuhan dengan orang-orang yang "ngopeni" tembakau...
Mereka biasa saya panggil "siswa" ...
Hee..
Beberapa cerita seru panen tembakau di Cemoro..
1. Siswa banyak tidak masuk sekolah
Entah benar atau tidak, frekuensi siswa yang tidak berangkat di musim panen mbako semakin bertambah.... 
Mereka sering sekali beralasan ketika saya tanya keesokan harinya, ngrajang mbako pak, ngopeni mbako pak, atau capek pak ngopeni mbako semalem...
haduhhh....
2. Siswa banyak yang pulang untuk "maliki" tembakau
Matematika di jam ke empat, atau setelah istirahat di waktu panen mbako seperti ini pasti akan diganggu oleh ketukan pintu dari luar. Anak - anak banyak yang terlambat. Ketika ditanya pasti jawabanya : "Bar maliki mbako pak" (habis memutar rigen mbako yang dijemur)...
hee...
segitunya ya??

3. Orang tua banyak yang minta pulang pagi
Ini sebenarnya hanya dialami oleh kelas 1.
Maklum, beberapa anak kelas 1 masih ditunggu orang tuanya. Nah... ini masalahnya....
Jadwal mereka pulang adalah jam 10. Tapi, jam setengah 10 pasti banyak orang tua yang minta sekolah dipulangkan. Karena apa?? ya mbako itu tadi...
terpaksa... beberapa kali dipulangkan lebih awal, karena "wali" muridnya sudah minta pulang ...
aneh ya? anaknya aja adem ayem di kelas...
eh, orang tuanya yang ribut..
heee
terkadang juga anak kelas 1 tidak masuk karena orang tuanya berangkat ke ladang untuk ngopeni sawah.. mereka tidak ada yang mengantar, jelaslah mereka lebih memilih di rumah.
heee..

Inilah kenyataannya..
nanti juga kembali normal kok kalo mbako udah selesai....
 

Sabtu, Juni 20, 2015

Saya belajar dari Mereka_Sabar

Pelajaran 2

Setelah UN selesai, semua kembali normal. Hanya ruang kelas 9 yang biasanya gaduh menjadi sepi. Mereka sudah libur. Tinggal menunggu pengumuman.
Hampir setiap hari saya berangkat, saya akan melihat siswa kelas 9 di sekitar rumahnya. Karena memang rumah mereka tidak jauh dari sekolah.
Tidak ada yang berubah. Hanya mereka sekarang sudah tidak pakai seragam.
Theresa biasanya berdiri di atap rumahnya untuk kekaring.
Anita juga biasanya memegang pagar sambil mengelus rambutnya yang panjangnya sampai pantat.
Megi biasanya jongkok di depan rumahnya sambil mengobrol. Begitu juga Wawan.
Mereka tidak berbeda, hanya tidak pakai seragam.
***

Dalam beberapa kesempatan, saya lihat Rio membawa sebagor rumput. Sepertinya dia baru selesai ngarit. Gayanya khas, ga pakai baju, sambil istirahat dia main bola dengan teman - temannya.
Berbeda dengan Robi Listiyani, di satu hari saya melihatnya di sebuah mobil pick up COLT. Dia senyum sambil menyapa saya, "Pagi Pak". Sepertinya dia akan ikut ibunya ke pasar.
Tanggal 17 kemarin, saya bertemu Kirman. di dekat Petilasan Surodipo. Sekitar 4 km dari rumah Kirman. Dia jalan kaki. Saya berhenti untuk menyapanya.
"Arep neng ndi le?"
"Kerja pak, buat nambah sangu" (sambil menjentikkan jari telunjuk dan jempolnya)
"Kerja dimana?"
"Tawang sari pak"
"Kerja apa?"
"Matun mbako pak, lumayan"
"Kamu jalan sampai tawangsari? jauh lho"
"Iya pak, dah biasanya gitu"
oh....


Luar biasa...
Kesabaran mereka luar biasa....

Saya Belajar dari Mereka_Semangat

Pelajaran 1

Dua atau tiga hari setelah UN SMP, dua siswa saya namanya Kirman dan Rio Hadi Mido datang ke sekolah untuk meminta hasil UN yang baru saja selesai. Kami di ruang guru terkekeh. Mana ada hasil UN secepat itu.
Minimal sebulan. Kami berkaca pada UN SMA yang belum juga keluar hasilnya.
Namun di balik semua itu, kami bahagia. Dua anak ini dulunya tidak akan melanjutkan ke SMA. Mereka minta hasil UN juga sebagai syarat mendaftar ke SMA. Padahal pendaftaran baru akan dibuka tanggal 23 Juni.
Mereka takut orang tua mereka berubah pikiran.

**
Mundur beberapa hari dari hari itu, saya bersama anak - anak menginap di sekolah untuk persiapan menghadapi UN. Ketika belajar malam terakhir. Sebelum UN IPA di hari Kamis. Saya mengobrol dengan 4 orang siswi yang sedang belajar IPA.
Saya berkata ayo semangat. Tinggal sehari UN, kemudian silahkan kalian liburan sampai pengumuman nanti.
Robi Listiyani, salah satu siswa saya berkata : "Iya pak, tinggal sehari belajarnya. setelah itu dah ga usah belajar lagi to. Pokoknya harus dibuat menyenangkan".
Saya tertegun. Kata "menyenangkan" itu saya masih ingat betul. Saya juga berkata seperti itu, 2 minggu sebelum UN dilaksanakan. Karena banyak siswa yang tidak melanjutkan ke SMA.
"Pak, kami ini berempat pengen sekolah, tapi ga ada biaya. Orang tua kami juga tidak mau membiayai. Karena di sini ga ada SMA. harus turun jauh ke kota. Biayanya besar. Kami disuruh bantu di ladang saja", kata seorang yang lain. Entah itu Watiah atau Robiyati.
Saya ingat, saya cuma bisa tertegun waktu itu.
Tidak tahu awal mulanya, saya berkata
"Kalian mau menikah kalau lulus SMP? Besok kalau kalian menikah, minta sama suami kalian, untuk membiayai kalian ikut kejar paket C. Minimal setara dengan SMA. kalian bisa ikut UN SMA itu. Insya Allah kalian nanti bisa lebih banyak dapat kerja".
"Trus, sekolahe karo nggendong anak ngonten pak?"
"Ga papa. banyak kok yang sudah bapak - bapak, ibu - ibu. isih do sekolah, Ya?"
Kami tertawa bersama.
"Mbak, ada ga orang tua kalian yang lulus SMP? (Semuanya menggeleng). Nah, berarti kalian lebih baik dari orang tua kalian. Kalian bisa lulus sampai SMP"
"Kalian tahu pentingnya sekolah. Suatu saat nanti, kalau kalian mempunyai anak. Minimal harus lebih baik dari kalian. Harus lulus SMA. ya? biar kalian bisa bangga. Dalam hati orang tua kalian juga seperti itu sekarang. Alhamdulillah, anakku wis arep lulus SMP, padahal aku ora sekolah opo mung lulusan SD. Ra percoyo? cobo takonono"
Mungkin sedih, ketika tahu ada orang di sekitar yang hanya berhenti sekolah karena masalah biaya. Dan langsung menyerah. Tidak bisa berbuat apa - apa. Karena mereka tidak ada yang mengarahkan.

Kamis, April 23, 2015

Aku Berdosa jika Datang Terlambat

Sekolah saya memulai pelajaran pada pukul 07.30. Hal ini agak lain dibandingkan dengan sekolah negeri pada umumnya. Hal ini dikarenakan kesepakatan bersama antara pihak sekolah dan wali murid untuk kebersamaan. Kebanyakan guru kami bertempat tinggal agak jauh dari sekolah. Minimal butuh waktu setengah jam untuk sampai ke sekolah.
Menyikapi hal itu, saya tetap berusaha berangkat pukul 06.30 dan sampai di sekolah sekitar pukul 07.00. Jeda waktu kurang lebih setengah jam itu saya manfaatkan untuk kegiatan pribadi saya, seperti sholat dhuha dan membuat soal.
Hal yang membahagiakan bagi saya waktu berangkat adalah sambutan layaknya pejabat tinggi negara yang sedang melakukan kunjungan ke sebuah daerah. Siswa saya berderet di pinggir jalan, menundukkan badannya sambil berkata "Selamat pagi pak", "Selamat pagi pak guru baru", "Selamat pagi Pak Jati", dan lain sebagainya. Mungkin jika ditambah dengan sedikit properti seperti bendera dengan tongkat kecil di tangan setiap siswa saya akan menjadikan sambutan itu benar-benar ditujukan kepada para pejabat.
Sambutan seperti ini baru kali ini saya dapatkan. Sambutan yang begitu hangat dan bersahabat. Walaupun saya bekerja hampir 4 tahun di SD Muhammadiyah Sleman, namun kulturnya jauh berbeda. Ketika saya bekerja di SD Muhammadiyah Sleman, kami terbiasa menyalami dan menyambut siswa sejak pukul 06.15. Rasanya jauh berbeda. Rasa dihormati sebagai seorang guru jelas tercipta di sini.
Hehehee..
Situasi sesungguhnya yang terjadi setiap hari adalah sebagai berikut..
Hampir 80% siswa saya itu berjalan kaki ke sekolah. Jarak rumah mereka sekitar 1 km dari sekolah. Jalan yang hampir semuanya menanjak membuat badan mereka condong ke depan. Saya, dengan sepeda motor honda supra 125 saya pun tidak begitu bisa berjalan dengan cepat. Karena memang kondisi medan seperti itu. Dengan posisi saya yang berjalan pelan dan suara sepeda motor saya yang agak "mbrebet" di tanjakan membuat siswa saya dengan mudah mengenali gurunya yang akan lewat. Sehingga mereka tinggal menoleh dan menganggukkan kepala. Itulah sambutan hangat siswa saya tiap hari.

Satu hal yang menggugah hati saya.
Siswa saya berangkat tidak lebih siang dari saya. Mereka juga menempuh medan yang sama dengan saya. Untuk apa? Agar tidak terlambat datang ke sekolah. Agar bisa mengikuti pelajaran semenjak bel dibunyikan. Benar bukan?
Saya sebagai gurunya, merasa perlu untuk membayar jerih payah mereka.
Saya merasa sangat berdosa jika saya datang terlambat, dan mengecewakan mereka yang terlah berjalan jauh demi sebuah pertemuan dengan gurunya dan mendapatkan ilmu pagi itu.
Saya pun merasa kangen, jika saya harus melewatkan moment sambutan bak pejabat tinggi itu. Sambutan yang hangat, tanpa ada pengarahan, tanpa rencana. Semuanya serba otomatis, serba spontan. Justru spontanitas itulah yang membuat semuanya spesial
Saya hanya berharap, semoga saya bisa istiqomah datang tepat waktu. Tidak hanya sekarang, karena status saya sebagai CPNS yang masih dalam masa penilaian.
Aamiin

Rabu, April 22, 2015

Mencari Celah untuk [Bisa] Belajar

Saya pernah menulis tentang melawan keterbatasan sarana dan prasarana dengan kreativitas. Akhirnya saya mengalaminya sendiri di sekolah saya yang baru.
Di sekolah lama, saya bisa mendapatkan berlembar - lembar kertas buram, saya bisa menampilkan soal dengan slide power point dengan LCD di kelas saya, saya bisa mengkopi tanpa harus keluar dari sekolah dalam waktu yang singkat dan lain sebagainya.
Namun di sekolah saya yang baru, semuanya belum ada. Tidak ada LCD, tidak ada fotokopian yang dekat dengan sekolah, tidak ada kertas buram hanya untuk tempat menghitung.
Mungkin inilah yang terjadi di daerah pedalaman. Saya lebih bersyukur di tempat kami listrik sudah ada, jalan sudah beraspal, dan beberapa printer di sekolah yang siap digunakan. Sekolah saya berada di ketinggian 1.300 meter dpl. Jalan untuk sampai ke sekolah juga cukup berat. Ruang kelas kami berjumlah 3 dengan beberapa bagian yang sudah rusak. Namun apa yang harus diterima anak - anak saya harus sama dengan anak - anak yang lain. Mereka juga berhak mendapatkan latihan soal dan fasilitas yang didapatkan oleh anak - anak di sekolah kota.
Hal inilah yang membuat saya berpikir agak keras. Bagaimana memberikan SPM (Standar Pelayanan Minimal) kepada mereka. Beberapa hal sudah saya lakukan. Pertama, memberikan pelajaran di jeda waktu sebelum masuk. Saya berusaha untuk tidak terlambat. Setiap ada waktu, saya mencoba untuk berinteraksi dengan mereka. Tidak melulu hanya membahas pelajaran, namun juga mencoba menggali masalah - masalah yang mereka hadapi. Karena kebetulan belum ada guru BK yang seharusnya membidangi hal tersebut, saya merasa setiap guru di sini haruslah menjadi guru BK bagi mereka.
Kedua, Soal yang seharusnya dikopi untuk media latihan dirumah, saya coba untuk menulis di papan tulis dan beberapa juga saya print dalam ukuran kecil yang sudah saya edit. Soal - soal itu saya minta untuk dikerjakan. Khusus untuk soal yang diprint, saya minta anak untuk menempelkannya di buku mereka. Agar punya arsip soal.
Ketiga, memberikan PR setiap hari. Kultur budaya di sekolah baru saya tidak begitu mendukung pembelajaran di luar sekolah. Anak - anak harus bekerja membantu orang tuanya di ladang dan terkadang membuat mereka jenuh untuk kembali belajar di malam hari. Namun mereka mengakui, ketika ada PR, mereka lebih semangat belajar. Celah itulah yang saya ambil, saya memberikan fasilitas kepada mereka soal setiap hari. Boleh dikerjakan di sekolah, boleh dikerjakan secara kelompok di rumah, atau dikerjakan dan dikumpulkan sebagai nilai pekerjaan rumah. Dengan cara tersebut mereka lebih terjadwal utuk belajar.
Keempat, mengenalkan manfaat dari internet. Walaupun berada di daerah pedalaman, ternyata siswa saya mempunyai fasilitas komunikasi berupa handphone yang cukup baik. Dari sanalah saya mengajak anak - anak untuk menggunakan fasilitas itu dalam pembelajaran. Saya memberikan beberapa situs yang bisa mereka kunjungi. Tidak hanya tentang matematika, namun semua informasi yang bisa mereka dapatkan dari internet itu.
Beberapa langkah ini memberikan kontribusi yang positif. Mereka lebih bisa mengatur jadwal belajar dan belajar dengan apa yang mereka miliki.
Saya mencoba untuk tidak mengeluh dengan apa yang ada di sekolah, karena mengeluhpun tidak akan mengubah apapun. Saya coba cari celah, dimana saya bisa masuk dan memberikan manfaat bagi siswa saya.
Saya berfikir simpel.
Siswa saya berhak untuk belajar.
Siswa saya juga berhak untuk jadi Menteri, bahkan Presiden.
Semoga usaha ini ada hasilnya.

Belajar dari Kehidupan

Bismillah,
Alhamdulillah, saya termasuk salah satu CPNS formasi umum Kabupaten Temanggung tahun 2014. Saya ditempatkan di SMP Negeri 2 Wonoboyo Satu Atap.
Kebetulan saya tadi sowan ke tempat pak kepala desa Cemoro, tempat sekolah kami berada dan kami membicarakan beberapa hal.
Salah satu yang menjadi bahan obrolan kami adalah tentang kondisi siswa dan orang tuanya. Saya banyak tersenyum dan mengamini apa yang beliau sampaikan. Kondisi pegunungan membuat orang tua wali banyak bekerja di ladang. Mereka menanam berbagai jenis sayuran dan tanaman. Tidak banyak jenis pekerjaan yang bisa mereka lakukan, karena sebagian besar wali murid mengenyam pendidikan sampai SMP.
Hal yang menarik di sini adalah menikah. Banyak sekali anak yang telah lulus SMP kemudian langsung dinikahkan. Terutama siswi putri. Ketika saya tanya siswa saya kelas IX, ternyata 2 orang siswi saya sudah siap untuk menikah, dan satu orang siswa saya sudah siap menikah setelah lulus. Catatannya adalah siswa saya ini sudah berusia 21 tahun dan masih duduk di bangku kelas IX.
Memang hal ini menjadi lumrah di sini. Tidak ada yang bisa disalahkan dengan hal ini. Menariknya hal ini membuat saya meniadakan pelajaran Matematika hari ini untuk memberikan mereka sebuah pandangan tentang hidup. Saya memberikan motivasi kepada mereka ditengah perjuangan mereka untuk menghadapi UN yang tinggal seminggu lagi. Saya memberikan beberapa contoh orang - orang yang sukses tanpa sekolah (8 dari anak kelas IX di sekolah kami berencana untuk tidak melanjutkan studi karena kondisi ekonomi). Beberapa nama saya sebutkan untuk kemudian mereka ambil hikmahnya.
Antusias mereka dalam mendengarkan membuat dua jam pelajaran terasa sempit dan tidak cukup untuk membeberkan seluruhnya. Namun alhamdulillah, siswa saya yang tidak melanjutkan ke SMA/STM/SMK menjadi lebih siap. Siswa saya yang akan menikahpun juga semoga lebih siap. Yang terpenting adalah anak - anak yang tidak akan melanjutkan ke sekolah lagi. Saya katakan, seandainya kalian tidak bersekolah lagi setelah SMP ini nanti, mari bersama - sama buat UN ini jadi menyenangkan. Karena pasti mereka tidak akan memikirkan untuk mencapai nilai terbaik dalam UN. Buat apa? Karena nilai UN tidak memberikan manfaat ketika mereka berada di ladang atau menjadi kernet angkutan desa. Nilai UN yang buruk pun tidak akan menghalangi mereka untuk menunda pernikahan yang telah mereka siapkan.
Poin kedua yang saya sampaikan adalah bahwa banyak pekerjaan yang bisa mereka lakukan walaupun hanya tamat SMP. Saya ambil cerita tentang Jim Geovedi dan Bob Sadino. Apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka dapat. Luar biasa. Satu hal yang mereka katakan dan membuat saya merinding.
"Pak, banyak lho yang bilang pada saya untuk tidak sekolah dengan embel - embel kerja di ladang saja, ikut bapak narik angkot saja, ikut ibu kerja di pasar saja. Sejujurnya saya malu, tidak bisa sekolah, walaupun memang keadaan yang membuat itu semua. Tapi baru kali ini saya merasakan sebuah semangat untuk menjalani itu semua. Saya merasa terbantu. Entah jadi apa saya nanti, tapi saya sudah siap. Yang terbaik buat saya adalah yang diberikan Tuhan dan sudah diatur dalam takdirnya ini, terima kasih pak".
Wow, jawaban itu adalah jawaban beberapa anak, yang saya rangkum menjadi satu. Luar biasa bukan?
Mungkin mereka bukanlah anak - anak yang pandai, mereka bukanlah anak - anak yang kaya, yang serba kecukupan. Mereka adalah anak - anak yang mencoba untuk bertahan atas keadaan yang ada dan berjuang untuk membuat keadaan yang lebih baik.
Saya sangat tidak merasa bersalah menghilangkan pelajaran saya hari ini, karena pelajaran yang paling baik menurut saya adalah bekal pelajaran untuk hidup. Hidup yang lebih baik.
Semoga, suatu saat nanti, ada siswa saya dari SMP Negeri Wonoboyo Satu Atap yang akan kembali ke desa Cemoro ini untuk menceritakan keberhasilan mereka dalam berjuang dan bertahan hidup.
Aamiin

Minggu, Februari 22, 2015

Pendamping Lomba yang Baik

Sehubungan dengan posting saya sebelumnya tentang Mendidik Anak dengan Lomba, saya kemudian menyadari posisi saya sebagai guru. Guru pendamping anak - anak saya yang mengikuti lomba. Menjadi guru pendamping lomba sebuah hal yang menarik. Saran saya, jika anda diminta untuk menjadi pendamping lomba, ambillah. Jika anda ditunjuk untuk menjadi pendamping lomba, bersyukurlah, jika tidak ada yang berkenan menjadi pendamping lomba, segeralah untuk mencalonkan diri.
Setidaknya saya merasakan tiga hal yang baik dalam posisi saya sebagai pendamping lomba, yaitu :
1. Menjadi pendamping lomba adalah pembelajaran ikhlas
    Saat menjadi pendamping lomba haruslah menyempatkan waktu yang cukup untuk melatih anak. Ini adalah sebuah pembelajaran untuk ikhlas yang pertama bagi seorang guru pendamping lomba. Guru jelas merupakan individu pribadi dan sosial yang mempunyai tanggung jawab di luar sekolah haruslah mengikhlaskan berkurangnya waktu. Baik waktu istirahat, waktu bersama keluarga, dan waktu dalam mengerjakan kewajiban utama sebagai seorang guru. Pembelajaran ikhlas yang kedua adalah tidak sebandingnya honor pembinaan lomba. Banyak sekali yang mengeluhkan "kecil"nya honor lembur sebagai pembimbing lomba. Mindset seperti ini adalah hal yang wajar mengingat tidak ringannya pekerjaan tambahan ini. Namun, mindset inipun dapat kita ubah menjadi mindset yang lebih baik seperti kemantapan hati "honor terbaik buat saya si pembimbing lomba adalah kepuasan anak dalam mengikuti lomba, entah itu menang atau kalah". Pengalaman akan membentuk pribadi pendamping lomba sebagai seorang petualang yang harus menikmati perjalanan pergi dan pulang. Bukan sebagai seorang wisatawan yang hanya akan menikmati perjalan yang hanya akan bersenang - senang ketika sampai di tujuan.

2. Menjadi pendamping lomba adalah pembelajaran menjadi manajer yang baik
    KBBI menyebutkan bahwa manajer adalah orang yang berwenang dan bertanggungjawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu. Seorang manajer yang baik adalah manajer yang mampu bersikap baik dalam kegagalan dan keberhasilan. Dalam konteks lomba, hal yang harus disikapi dengan baik adalah kekalahan dan kemenangan anak. Pendamping lomba harus bisa memberikan motivasi yang mampu membangkitkan anak ketika mengalami kekalahan. Sebaliknya pendamping lomba harus mampu menyadari kemenangan anak pada lomba tahun ini harus bisa dipertahankan di tahun yang akan datang. Pendamping lomba harus menyadari bahwa lomba pasti diadakan secara rutin tiap tahun. Diperlukan kecermatan, ketelitian, dan penguasaan materi lomba untuk dapat membantu anak dalam mencapai prestasi tertinggi dalam sebuah lomba. Seorang pendamping lomba juga harus siap melakukan regenerasi. Anak yang mengikuti lomba di tahun ini, belum tentu akan bisa mengikuti lomba yang sama di tahun yang akan datang. Pendamping lomba harus cermat untuk selalu menyiapkan anak - anak yang baru untuk mempertahankan gelar juara.
3. Menjadi pendamping lomba adalah pembelajaran peningkatan mutu pribadi
    Orang yang baik adalah orang yang hari ini lebih baik dibandingkan dengan hari yang lalu. Menjadi seorang pendamping lomba adalah salah satu diantaranya. Karena mengikuti kompetisi mengharuskan seorang meningkatkan kompetensi. Bukan sesuatu yang baru bahwa ilmu adalah sesuatu yang selalu diperbaharui di setiap harinya. Seorang pendamping lomba harus selalu meningkatkan kompetensinya agar dapat menunjang prestasi anak - anak. Sebuah hal yang menarik jika mampu menjadi pendamping lomba di luar kompetensi asli guru tersebut. Misalnya, seorang guru teknik kimia yang mampu mengantarkan siswanya menjuarai lomba matematika. Walaupun itu hanya tingkat SD se kecamatan sekalipun, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Anggaplah itu sebagai sebuah bonus yang baik dalam proses menjadi pribadi yang lebih bermutu. Semboyannya adalah dalam mengajar selalu ada belajar.

   

Sabtu, Februari 21, 2015

Mendidik Anak Berkompetisi Lewat Lomba

Banyak sekali cara mendidik anak, terutama membentuk karakter anak. Salah satunya dengan mengikutsertakan anak didik dalam lomba. Seorang anak didik yang dipersiapkan untuk mengikuti lomba akan mendapatkan banyak manfaat selain bertambahnya pengetahuan dalam satu bidang tertentu. Begitu banyaknya manfaat yang dapat diperoleh anak, sehingga lomba yang diadakan jarang sekali sepi peminat. Pelomba adalah sebutan bagi anak yang sangat sering mengikuti lomba. Ditambah dengan kerjasama orang tua di rumah, hasil yang diperoleh anak akan lebih maksimal. Berikut adalah beberapa manfaat yang diperoleh anak ketika mengikuti lomba.
Pertama, fokus dalam belajar. Kedua, target yang jelas dalam mengikuti kompetisi. Ketiga, kemampuan untuk berbicara di depan umum. Keempat, meningkatkan kemampuan anak dalam bersaing untuk menjadi wakil sekolah.
Kelima, berkumpul dengan para pelomba dari sekolah lain. Keenam, menikmati kegagalan dan bangkit kembali. Ketujuh, meningkatnya semangat ketika menjadi juara. Kedelapan, mengetahui jenis soal dan sistematika lomba. Kesembilan, meningkatkan kepercayaan diri. Kesepuluh, tersalurnya bakat dan minat anak didik.
Kesebelas, pantang menyerah. Keduabelas, mandiri. Ketigabelas, bekerja sama dalam tim. Keempat belas sportif.
Keempatbelas manfaat anak dalam berkompetisi dalam lomba di atas mungkin masih bisa bertambah sesuai dengan jenis lomba yang diikuti anak. Namun setidaknya hal di atas yang langsung dapat dirasakan anak ketika dalam persiapan, pelaksanaan, dan pasca mengikuti lomba.

Selasa, Januari 06, 2015

Beranilah para [Calon] Guru!!!

Setelah dua hari menjadi guru pendamping dan penilai untuk seleksi guru baru SD Muhammadiyah Sleman, banyak hal yang saya dapatkan. Mulai dari menemani membuat materi, sharing kesulitan mengajar, dan menilai pembelajaran yang dilakukan para calon guru baru di SD kami.
Mungkin ini lanjutan dari post saya sebelumnya tentang menilai kompetensi guru baru beberapa waktu yang lalu. Setelah melaksanakan penilaian, ternyata ada beberapa hal baru yang dapat saya sarankan kepada calon teman - teman saya.

1. Berani. Seorang guru harus sangat berani. Berani dalam hal yang baik. Berani bertatap muka lebih banyak dengan siswa, berani mengambil tantangan yang diberikan dengan mengajar tanpa persiapan terlebih dahulu, berani berinteraksi dengan siswa, dan lain - lain. Anggaplah ini sebagai mikroteaching yang gratis. Terlepas dari anda akan diterima atau tidak di sekolah yang membuka lowongan, namun ini pengalaman berharga bagi anda. Jika anda memang belum pernah sama sekali mengajar secara klasikal. Buktikan ya, teori yang anda dapat selama perkuliahan tidak akan berguna sama sekali kalau anda tidak mempunyai pengalaman yang memadai. Beranilah mencoba! Lihatlah hasilnya! Perbaiki kekurangannya! You'll be the best teacher

2. Kuasai materi. Khusus untuk pembelajaran dengan kurikulum 2013 yang kami terapkan, ternyata sangat tidak mungkin hanya mengajar di satu muatan saja. Apalagi anda bukanlah jurusan PGSD yang memang sudah terbiasa dengan pembelajaran tematik (menguasai lebih dari satu muatan pelajaran). Pada prakteknya, beberapa guru stag dengan materi yang merupakan "jatah" mikroteachingnya, yang telah disusun sebelumnya. Ketika waktu habis, blank.....
Padahal dengan kemampuan yang anda miliki seharusnya anda bisa menambah materi sendiri secara spontan saja (walaupun memang lebih baik dipersiapkan). Minimal, anda berkenan untuk memberikan tambahan latihan atau pengulangan materi yang selanjutnya. Saya kira tidak sulit bagi anda dalam waktu 5 sampai 10 menit menyusun 10 soal yang baru. Tulis saja di papan tulis kemudian minta anak mengerjakan. Itu hal yang sangat positif. Anak akan merasa lebih baik dengan ditemani soal dan aktivitas bermakna, dari pada anda malah mengambil posisi untuk berceramah atau mengulang materi yang baru anda ajarkan.

3. Siap ambil kesempatan. Sebuah lowongan pekerjaan biasanya terdapat beberapa pilihan jabatan. Sekiranya memang anda mampu untuk mengemban amanah itu. Ambil. Hajar saja. Lihat hasilnya nanti. Buktikan bahwa anda bisa. Misalnya anda ditawari untuk menjadi guru freelance di sebuah sekolah, tapi ada peluang untuk menjadi guru tetap. AMBIL secepatnya. Jika memang memungkinkan. Kesempatan tidak datang dua kali. Jangan menyesal di kemudian hari.

4. Berikanlah (siapkanlah) beberapa penghargaan untuk siswa. Anak sangat senang dengan hadiah. Itu sifat alami mereka. Manfaatkanlah sifat tersebut untuk meminta mereka melakukan sesuatu. Siapkanlah beberapa barang yang unik (yang cocok dengan usia siswa) untuk siswa dengan nilai terbaik, siswa teraktif, dan siswa tercepat. Itu hanya contoh saja. Tidak harus mahal. Siapkanlah hadiah itu untuk putra  dan putri.Bedakan saja corak/warnanya. Biarkan mereka memilih sendiri hadiahnya. Lihatlah, semangat mereka akan berlipat ganda ketika melihat ada hadiah yang menanti mereka.

5. Jangan takut dibandingkan dengan guru lama. Jelas, guru lama akan mempunyai efek yang sangat besar bagi siswa. Anda berteriak - teriak dengan volume terkeras anda akan kalah dengan tatapan mata guru lama. Karena siswa anda sudah kenal dengan para guru lama. Yakinkan diri anda sendiri, bahwa anda hanya akan beberapa hari disebut sebagai guru baru. Secepat - cepatnya anda harus dianggap guru lama. Jelas, itu butuh usaha yang tidak sedikit. Tapi yakinlah bahwa anda bisa, sehingga percepatan itu terlihat nyata.

Ayo, para [Calon] Guru, ukirlah prestasimu!
Buktikan bahwa Anda adalah pribadi yang unggul, berani, dan meyakinkan.
Dunia nyata bagi para lulusan sarjana adalah waktu setelah anda menerima ijazah.
Ingatlah itu!!
Selamat datang di kenyataan!!
Semangat!!

Sabtu, Januari 03, 2015

Menilai Kompetensi Guru Baru

Tiga tahun lalu, tepatnya bulan Juni 2011 saya masuk SD Muhammadiyah Sleman sebagai satu dari 8 guru baru yang lolos seleksi wawancara tahap akhir.
Sekarang, saya harus memberikan penilaian kepada beberapa guru baru yang kemarin lolos tes tertulis di SD Muhammadiyah Sleman.
_waktu berlalu begitu cepat ya..?

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada teman - teman guru baru yang mulai besok akan mengikuti proses penilaian microteaching, saya ingin memberikan beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melakukan pengajaran di kelas yang baru. Secara utuh, seharusnya seorang guru baru dinilai kompetensi profesionalnya, paedagogiknya, dan komunikasi sosialnya. Itu sangat membutuhkan waktu yang lama dan banyak variabel yang harus diperhatikan. Berikut adalah saran saya agar dapat meningkatkan keberhasilan dalam melakukan pembelajaran di kelas yang baru :

Yang pertama : Jangan terlambat. Ketika anda terlambat di pertemuan perdana anda, maka pastilah anda akan sangat nerveous. Baik grogi pada siswa dan tim penilai yang mungkin sudah stand by di kelas.

Yang kedua : Persiapkan materi. Materi ajar yang akan anda berikan kepada siswa harus sudah sangat siap. Micro teaching baik dihadapan guru lain atau siswa secara langsung sangat membutuhkan persiapan materi yang matang.

Yang ketiga : Usahakan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang anda gunakan dalam microteaching di kelas akan meningkatkan nilai anda dalam microteaching. Maka dari itu, persiapkan media yang sesuai dengan materi yang anda siapkan. Media dapat berupa slide powerpoint, lembar kerja siswa, gambar - gambar pendukung, kartu (bilangan, kata, huruf), dan game- game seru di kelas.

Yang keempat : Jalinlah komunikasi dengan guru pengampu dengan baik. Bertanya. Satu hal yang mungkin sangat sulit dilakukan oleh guru baru. Padahal hal ini sangat penting, bahkan bisa sangat mendukung lancarnya microteaching yang dilakukan. Bertanyalah tentang apapun, bertanyalah tentang kelas, pembelajaran, karakteristik siswa, media yang tersedia, susuan bangku siswa, siswa yang bermasalah, siswa yang pintar, dan sebagainya. Lengkapi data anda tentang kelas baru anda selengkap - lengkapnya. Sehingga anda seperti masuk kelas anda sendiri, kelas yang sudah anda pahami karakteristiknya.

Yang kelima : Guyonan. Siapkan ice breaking yang cukup untuk merefresh siswa dalam pembelajaran. Guyonan segar akan sangat dibutuhkan jika anda berada di kelas micro teaching yang kurang menguntungkan. Seperti microteaching di jam terakhir, di kelas yang sangat kurang pengetahuannya, dsb. Guyonan yang anda siapkan jangan sampai salah sasaran. Harus sesuai dengan karakteristik siswa. Guyonan yang paling sulit adalah guyonan kepada siswa SD. Guyonan yang sampai ke siswa kemudian mendapatkan respek beragam dari siswa akan memperlihatkan anda mampu menguasai kelas dengan baik.

Percayalah, anda hanya akan menjadi guru baru selama bebarapa hari saja. Selebihnya dengan usaha yang maksimal anda akan sangat diterima oleh murid dan kawan - kawan baru anda. Pertahankan semangat itu untuk mengukir prestasi di tempat kerja anda yang baru. Dan persiapkan diri anda sebagai pendiri kerajaan anda sendiri dengan prestasi yang terukir indah sebagai bukti kerja keras anda.

Susahnya menilai UAS (TKM) Kurikulum 2013

Sejenak berhenti dari aktivitas pembelajaran semester ganjil yang telah selesai, kami menyisakan sebuah pertanyaan dalam menilai hasil UAS (TKM) siswa di semester ganjil. UAS (TKM) kemarin telah menerapkan kurikulum 2013. Terdapat beberapa hal yang menurut kami tidak baik untuk siswa di dalam penilaian hasil UAS tersebut.
Yang pertama adalah bentuk soal. Bentuk soal yang digunakan oleh dinas pendidikan dalam menilai kemampuan siswa adalah pilihan ganda. Secara harafiah, ketika soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda akan terjadi selisih yang sangat besar dalam nilai yang dicapai siswa. Ketika jawaban benar akan mendapat nilai 100 dan ketika jawaban salah akan mendapat nilai 0. Bentuk soal pilihan ganda ini tidak memberikan ruang kepada siswa untuk memberikan jawabannya atas masalah yang diberikan. Padahal, aspek kritis dan kreativitas sangat dikedepankan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Seharusnya terdapat "ruang" untuk siswa dalam mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya. Soal yang baik menurut kami adalah soal yang mampu meminta siswa untuk memberikan tanggapan dalam situasi yang diberikan melalui soal, menyodorkan langkah penyelesaian yang sesuai dengan alur berpikir, dan mereview ulang apa yang telah dikuasai. Bentuk soal yang paling bisa melakukan itu semua adalah isian. Baik isian singkat maupun isian panjang.
Yang kedua adalah paket soal subtema 1 dan subtema 2. Pelaksanaan UAS semester ganjil kemarin menggunakan paket soal subtema 1 dan 2 yang digabung. Alasannya kami kurang tahu, ada yang bilang untuk efisiensi waktu dan anggaran, ada yang bilang kalau indikator KD yang mirip di dua subtema tersebut, entahlah.. Bagi siswa, terkadang kebingungan dalam belajar karena materi terlalu banyak. Sehingga nilai yang dicapai tidak maksimal.
Yang ketiga adalah tidak terdapat kisi - kisi dan pedoman penskoran. Dengan jumlah soal tiap muatan yang tidak sama, terdapat masalah dalam memberikan penilaian bagi tiap muatan. Padahal nilai yang diminta oleh wali murid adalah nilai per muatan. Sedangkan nilai yang disyaratkan kepada guru adalah nilai per KD. Sehingga terdapat perbedaan pemahaman tentang nilai siswa. Seharusnya nilai yang diberikan memang per KD, namun tidak semua KD yang diajarkan terdapat pada soal yang diberikan pada siswa. Tambah pusing bagi guru untuk memasukkan nilai siswa yang kemudian harus diolah menjadi nilai rapor..
PENULISAN RAPOR..... heee..
sangat membingungkan dan harus butuh sosialisasi yang intensif tentang menulis dan membaca rapor deskriptif...(hanya itu yang bisa saya gambarkan untuk penulisan rapor..)
_karena memang sangat rumit dan njlimet....

_uj