Jumat, Januari 24, 2014

Format Raport (Laporan Hasil Belajar) Siswa yang Baik_menurut saya

Setiap semester, di setiap tahun ajaran selalu diadakan serah terima laporan hasil belajar siswa (raport) kepada wali murid. Setiap kali itu dilakukan, orang tua wali murid disuguhkan deretan angka dan catatan-catatan penting tentang sikap dan prestasi putra-putrinya. Wali kelas juga kemudian memberikan masukan, komentar, kritik, dan motivasi kepada wali murid yang tujuannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya.
Kalau saya boleh bertanya, apa sich pentingnya raport?
Apa gunanya deretan angka yang ada di raport itu?
Apa pula guna diberikan rangking di baris terbawah dari kolom-kolom yang disusun rapi itu?

Saya agak sependapat dengan nafas yang diusung oleh kurikulum 2013.
Siswa harus dihargai setiap proses belajarnya. Baik kognitif, psikomotor atau afektifnya.
Siswa tidak boleh dibanding-bandingkan dengan siswa yang lain.
Kita harus menghargai perkembangan yang telah dicapai oleh siswa tersebut.
Saya sepakat dengan diadakannya raport deskriptif, raport ini memberikan ruang kepada wali murid untuk memberikan laporan yang lebih "utuh" kepada wali murid tentang putra-putrinya, dibandingkan dengan hanya memberikan dua buah angka dan cara membacanya di kolom sebelahnya.
Penulisan deskripsi pun ada pedomannya. Harus sangat diusahakan bahwa deskripsi yang diberikan bersifat motivasi, kemudian saran untuk semester berikutnya.
Deskripsi tentang hal - hal yang bersifat negatif atau kurang baik, sebaiknya dilaporkan kepada orang tua wali dengan langsung atau tertulis tapi terpisah dengan raport untuk siswa.
Jadi seperti ada dua raport, raport untuk siswa dan raport untuk wali murid.
Dalam raport untuk wali murid itulah mungkin dicantumkan beberapa laporan yang nyata berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa yang kurang baik. Namun jangan lupa, tetap harus mencantumkan saran dan motivasi untuk menyelesaikan itu semua.
Sebenarnya ada raport yang lebih baik, yaitu raport harian, mingguan, atau bulanan. Bentuknya bisa sederhana saja, hanya satu lembar mungkin, hanya satu sms mungkin, (adakan kesepakatan terlebih dahulu dengan wali murid) sehingga wali murid dapat memantau apa yang menjadi masalah bagi putra-putrinya. Gurupun juga bisa lebih bebas memberikan masukan. Masukan yang diberikan gurupun juga lebih mengena,karena mungkin masalah yang dihadapi siswa setiap waktu akan berubah-ubah.

Saya sudah mencoba menerapkan, walaupun tidak sempurna, hehee
Hasilnya, komunikasi yang lebih baik antara saya dan wali murid terjalin sudah.
Sekarang, tinggal menjaga dan melebarkan sayap komunikasi tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar