Sabtu, Juni 22, 2013

Kenaikan Bersyarat Siswa

Mari kita jadikan tulisan ini sebagai muhasabah dan instropeksi kepada kita, khususnya yang merupakan saudara seperjuangan guru.
Seorang siswa selalu mendambakan untuk bisa bersama teman-teman sekelasnya dalam mengikuti pembelajaran. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa itu berhak naik. Berdasarkan UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, dan PP no 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa seorang siswa akan naik jika memenuhi persyaratan dan lulus dari penilaian pendidik serta satuan pendidikannya.
Hal ini juga telah dijadikan bahan pembicaraan dan diskusi dengan orang tua wali semenjak awal tahun pembelajaran. Dengan menyebutkan nilai KKM, batas jumlah nilai di bawah KKM yang menyebabkan siswa tidak naik kelas, kriteria kenaikan kelas setiap sekolah dsb.
Kemudian orang tua/wali murid diminta mengawal dan mengawasi nilai putra-putrinya agar tidak berada di bawah KKM, guru dan sekolah pun diminta mempertanggungjawabkan proses pembelajaran di kelas yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
Dengan keadaan kelas yang heterogen, siswa yang berlatarbelakang berbeda, kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif siswa serta tingkat pendidikan orang tua pasti selalu terdapat masalah dimana siswa yang tidak mampu mencapai nilai KKM, bahkan mungkin sampai mencapai batas maksimal nilai yang berada di bawah KKM yang mengancamnya tidak bisa naik ke kelas berikutnya.
Jika sampai keadaan seperti itu sekolah seharusnya memberlakukan peraturan yang telah disepakati dan disosialisasikan sebelumnya, akan tetapi terkadang terdapat kenaikan kelas bagi anak-anak yang seperti itu yang disebut dengan kenaikan bersyarat.
nah inilah yang ingin saya tanyakan, mungkin teman-teman mempunyai dasar pelaksanan atau prosedur pelaksanaan yang lebih jelas dan terstruktur tentang hal tersebut, saya sangat memohon bantuannya untuk di share di sini. Karena selalu terdapat silang pendapat tentang hal ini di tempat saya mengajar.

Jika berkenan, saya juga sangat membutuhkan draf lengkapnya. dapat dikirim ke alamat email saya djatie_echizen@yahoo.com

Kamis, Juni 20, 2013

Sesobek Cerita Wali Kelas 3b

Ketika tahun ajaran baru 2012/2013 akan dimulai, pengumuman dua guru yang tidak akan bisa mengajar lagi adalah saya dan teman saya. Saya tidak bisa lagi mengajar karena harus melanjutkan kuliah S2 di Pendidikan Matematika PPS UNY, dan teman saya harus resign karena menikah dengan rekan sekantor kami.
Namun, kurang sebulan setelah itu saya malah diminta mengajar kembali karena guru baru yang diseleksi mengundurkan diri. Setumpuk pekerjaannya diberikan sepenuhnya kepada saya. Salah satunya menjadi wali kelas 3b.
Program-program sekolah yang kemudian dibebankan kepada setiap kelas menjadi beban berat ketika saya akan masuk untuk pertama kali di kelas tersebut. Namun saya berpendapat, semuanya pasti bisa terlaksana kalau saya mau berusaha.
Semangat saya ternyata urung meningkat karena ternyata amanah yang saya dapatkan saya rasa sangat berat. Dari sekian banyak kewajiban wali kelas, saya merasa hanya bisa melakukan setengahnya saja.
Namun semangat dari teman-teman saya membuat saya berani menatap anak-anak saya.
Satu semangat saya KETELADANAN.
Saya memberikan keteladanan kepada anak-anak saya.
Saya berjanji tidak akan menghukum mereka kalau saya juga melanggar aturan tersebut. Bahkan saya juga bersedia dihukum jika saya melakukan pelanggaran yang sama.
Saya tidak akan menyuruh mereka kalau saya tidak bisa melakukan apa yang saya suruh.
Saya tidak memerintah mereka, namun saya lebih meminta kepada mereka.
Saya sangat jarang sekali marah, karena saya juga tidak mau mereka marah kepada saya.

Semangat itu yang membuat saya merasa berhasil untuk tahun ajaran ini.
Sepenglihatan saya, mereka pasti pakai ikat pinggang. Karena kalau tidak pakai ikat pinggang mereka akan mendapatkan ikat pinggang hadiah dari saya yaitu seutas tali rafia.
Mereka juga sangat jarang sekali marah dengan saya, namun lebih merengek untuk hal-hal yang mereka inginkan.
Mereka sangat bebas sekali mengungkapkan apa yang mereka rasakan, seperti dengan sms atau telepon. Bahkan mereka sendiri yang sms, tanpa harus minta orang tua mereka yang sms.
Yang membuat saya bangga, 6 orang dari 36 siswa kelas saya, sangat semangat untuk setoran hafalan surat An Naba, karena alhamdulillah mereka berhak untuk mengecek hafalan saya.

_namun, di balik kesombongan saya di atas, saya gagal mengangkat prestasi dan motivasi beberapa siswa kelas saya.
_semoga tahun depan, jika saya masih dipercaya memanggul amanah menjadi wali kelas, saya mampu lebih baik dari tahun ajaran ini.
_aamiin

Dahsyatnya Berdoa

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum warohmatullohiwabarakatuh

Setiap hari, minimal lima kali kita bersujud, bertawajuk, dan memohon kepada Allah dengan sholat wajib kita,
Namun, apakah kita tahu apa yang sebenarnya yang kita baca dalam sholat kita?
Sepengetahuan saya sholat adalah kumpulan dari doa-doa yang mustajab.
Saya pernah mendengarkan salah satu teman saya memimpin kami berdoa di akhir kami rapat, sungguh kata-katanya santun, damai dan sangat menyentuh kami. Sehingga kami semua terdiam dalam doa yang cukup panjang dalam bahasa Indonesia itu.
Beberapa hari kemudian, saya membaca Al-Ma'surat yang menjadi bonus pembelian Tamsil Al Quran di kantor kami. Subhanallah, ternyata yang beliau baca ketika berdoa kemarin adalah arti dari surat Al Quran, yang beliau rangkai sendiri.
Mungkin hanya beberapa dari kita yang selama ini berdoa dengan bahasa Arab kurang dapat merasakan dahsyatnya doa mereka karena kita tidak mengetahui artinya, apalagi memahami dari apa yang kita baca.

Marilah kita bersama "mau" untuk membaca, belajar, dan belajar lagi.
Sehingga kekhusyukan dalam kita berdoa menjadi meningkat.
Sehingga dahsyatnya doa yang kita panjatkan kepadaNya menjadi berlipat.
Aamiin

Wassalamu'alaikum warohmatullahiwabarakatuh