Selasa, Mei 03, 2016

Momen [sedih] yang Rutin

1 April 2015, pertama kali saya menginjakkan kaki di Cemoro, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung.

7 April 2015, pertama kali saya mengajar kelas IX SMP Negeri 2 Wonoboyo Satu Atap.

Dari sanalah saya mulai melihat pendidikan secara utuh. Tidak hanya berpaku pada pengalaman saya sebagai pengajar di SD Muhammadiyah Sleman. Kondisi yang sangat jauh berbeda. Kondisi yang selama ini hanya menjadi gurauan saya bersama ayah dan ibu saya ketika bercerita tentang kondisi sekolah kami masing - masing.

Suatu jalan akan terlihat lebih terang ketika menuju akhir. Bayangan untuk istirahat, untuk berhenti, dan duduk mungkin membuat kita melihat semuanya menjadi lebih jelas.

Mungkin seperti itulah kebanyakan siswa saya.
Ketika sudah jelas ujung perjalanan sekolah mereka, yaitu UN. Mulai jelaslah sikap mereka tentang bagaimana melihat hidup setelah sekolah.
Anak yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, akan bersemangat untuk mencari bekal sebanyak - banyaknya (nilai UN terbaik) sebagai modal ke SMA/SMK/STM.
Namun..
Anak - anak yang tidak melanjutkan sekolah lagi, di sanalah dia akan menemukan suasana yang kurang nyaman.
Bayangan hilangnya masa bersama teman - teman, bercanda, dan bermain bersama
Bayangan berhentinya kegiatan rutin selama minimal 9 tahun dilakukan, yaitu berjalan ke sekolah
Bayangan gerbong baru perjalanan hidup mereka, yaitu bekerja di manapun
Bayangan (mungkin) berpisah dengan orang tua karena bekerja di luar daerah
Bayangan berpijaknya mereka menjadi orang yang harus dewasa di usia yang muda
dan bayangan lain yang ada di kepala mereka.

Inilah Momen sedih yang sudah rutin dirasakan oleh kami, para gurunya
Momen ketika memang tidak banyak yang bisa kami berikan kepada mereka.
Hanya semangat,
Seperti dua hari yang lalu, ketika saya kembali mengulang kata - kata semangat kepada mereka. Kata - kata yang setahun lalu,  pertama kali saya ucapkan kepada kakak kelas mereka sebelum UN

Pesan yang saya ulang - ulang di hari itu adalah "Kembalilah ke sini, bawa prestasimu, bawa ceritamu bertahan hidup, yang paling penting, bawa anakmu kembali ke sini. Jangan sampai anakmu cuma lulusan SMP seperti kalian. Harus lebih baik dari kalian. Kalau kalian hanya bisa beli satu sepeda motor atau HP, maka anak kalian harus bisa beli dua atau tiga barang tersebut. Dengan uang mereka, dengan kemampuan mereka sendiri."

Entah masuk ke hati mereka atau tidak, entah mereka mengerti yang saya ucapkan atau tidak, entah mereka suka atau tidak, bismillah. Semoga suatu saat nanti,
ada menteri bernama Tegar Ngesti Pradipta, atau Tanti Rahayu, atau Rina Kurniawati, atau Thomas Icuk Nugroho.
Ada pengusaha sukses bernama Santiyah, Lissa Aldira Putri, atau Agus Setyoko.
Ada nama - nama sukses lain seperti Samak Aji, Mugi Panuntun, Purwanti, atau Wiwin Royhan
dan nama - nama lain dari kelas IX SMP Negeri 2 Wonoboyo Satu Atap tahun ajaran 2015/2016

Semoga saja.
Aamiin

_5 hari sebelum UN SMP 2015/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar