Rabu, April 22, 2015

Belajar dari Kehidupan

Bismillah,
Alhamdulillah, saya termasuk salah satu CPNS formasi umum Kabupaten Temanggung tahun 2014. Saya ditempatkan di SMP Negeri 2 Wonoboyo Satu Atap.
Kebetulan saya tadi sowan ke tempat pak kepala desa Cemoro, tempat sekolah kami berada dan kami membicarakan beberapa hal.
Salah satu yang menjadi bahan obrolan kami adalah tentang kondisi siswa dan orang tuanya. Saya banyak tersenyum dan mengamini apa yang beliau sampaikan. Kondisi pegunungan membuat orang tua wali banyak bekerja di ladang. Mereka menanam berbagai jenis sayuran dan tanaman. Tidak banyak jenis pekerjaan yang bisa mereka lakukan, karena sebagian besar wali murid mengenyam pendidikan sampai SMP.
Hal yang menarik di sini adalah menikah. Banyak sekali anak yang telah lulus SMP kemudian langsung dinikahkan. Terutama siswi putri. Ketika saya tanya siswa saya kelas IX, ternyata 2 orang siswi saya sudah siap untuk menikah, dan satu orang siswa saya sudah siap menikah setelah lulus. Catatannya adalah siswa saya ini sudah berusia 21 tahun dan masih duduk di bangku kelas IX.
Memang hal ini menjadi lumrah di sini. Tidak ada yang bisa disalahkan dengan hal ini. Menariknya hal ini membuat saya meniadakan pelajaran Matematika hari ini untuk memberikan mereka sebuah pandangan tentang hidup. Saya memberikan motivasi kepada mereka ditengah perjuangan mereka untuk menghadapi UN yang tinggal seminggu lagi. Saya memberikan beberapa contoh orang - orang yang sukses tanpa sekolah (8 dari anak kelas IX di sekolah kami berencana untuk tidak melanjutkan studi karena kondisi ekonomi). Beberapa nama saya sebutkan untuk kemudian mereka ambil hikmahnya.
Antusias mereka dalam mendengarkan membuat dua jam pelajaran terasa sempit dan tidak cukup untuk membeberkan seluruhnya. Namun alhamdulillah, siswa saya yang tidak melanjutkan ke SMA/STM/SMK menjadi lebih siap. Siswa saya yang akan menikahpun juga semoga lebih siap. Yang terpenting adalah anak - anak yang tidak akan melanjutkan ke sekolah lagi. Saya katakan, seandainya kalian tidak bersekolah lagi setelah SMP ini nanti, mari bersama - sama buat UN ini jadi menyenangkan. Karena pasti mereka tidak akan memikirkan untuk mencapai nilai terbaik dalam UN. Buat apa? Karena nilai UN tidak memberikan manfaat ketika mereka berada di ladang atau menjadi kernet angkutan desa. Nilai UN yang buruk pun tidak akan menghalangi mereka untuk menunda pernikahan yang telah mereka siapkan.
Poin kedua yang saya sampaikan adalah bahwa banyak pekerjaan yang bisa mereka lakukan walaupun hanya tamat SMP. Saya ambil cerita tentang Jim Geovedi dan Bob Sadino. Apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka dapat. Luar biasa. Satu hal yang mereka katakan dan membuat saya merinding.
"Pak, banyak lho yang bilang pada saya untuk tidak sekolah dengan embel - embel kerja di ladang saja, ikut bapak narik angkot saja, ikut ibu kerja di pasar saja. Sejujurnya saya malu, tidak bisa sekolah, walaupun memang keadaan yang membuat itu semua. Tapi baru kali ini saya merasakan sebuah semangat untuk menjalani itu semua. Saya merasa terbantu. Entah jadi apa saya nanti, tapi saya sudah siap. Yang terbaik buat saya adalah yang diberikan Tuhan dan sudah diatur dalam takdirnya ini, terima kasih pak".
Wow, jawaban itu adalah jawaban beberapa anak, yang saya rangkum menjadi satu. Luar biasa bukan?
Mungkin mereka bukanlah anak - anak yang pandai, mereka bukanlah anak - anak yang kaya, yang serba kecukupan. Mereka adalah anak - anak yang mencoba untuk bertahan atas keadaan yang ada dan berjuang untuk membuat keadaan yang lebih baik.
Saya sangat tidak merasa bersalah menghilangkan pelajaran saya hari ini, karena pelajaran yang paling baik menurut saya adalah bekal pelajaran untuk hidup. Hidup yang lebih baik.
Semoga, suatu saat nanti, ada siswa saya dari SMP Negeri Wonoboyo Satu Atap yang akan kembali ke desa Cemoro ini untuk menceritakan keberhasilan mereka dalam berjuang dan bertahan hidup.
Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar