Pembelajaran
matematika selama ini identik dengan pembelajaran yang hanya berkutat dengan
angka dan rumus. Namun dengan dilaksanakannya gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) sejak tahun 2016, matematika harus memuat nilai – nilai karakter
yang sesuai. Lima nilai karakter utama yang harus diintegrasikan dalam proses
pembelajaran yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong
royong. Kelima nilai karakter utama ini dibagi dalam tiga pusat pendidikan
yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat. Gerakan PPK ini harus diintegrasikan
dalam pembelajaran di kelas. Hal ini sangat menuntut kejelian dan kreatifitas
guru dalam pembelajaran sehingga nilai – nilai karakter dapat dirasakan dan
dilaksanakan oleh peserta didik
Pada proses
penguatan penilaian karakter ini guru tidak hanya berperan sebagai pengajar mata
pelajaran tertentu saja. Namun guru harus dapat menjadi penghubung,
fasilitator, dan katalisator dalam pembelajaran. Maka dari itu, kesusksesan
dalam program penguatan pendidikan karakter di sekolah sangat bergantung pada
kemampuan guru dalam melaksanakan program ini.
Proses penanaman
nilai karakter utama dalam matematika dapat dilaksanakan dalam berbagai cara.
Pertama, menanamkan nilai karakter dalam pendekatan atau pengenalan rumus. Salah
satunya yang tercantum dalam pengenalan sifat perkalian bilangan positif dan
negatif. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan permisalan bilangan
positif dengan perintah Allah dan bilangan negatif dengan larangan Allah.
Sehingga peserta didik tidak lagi bergantung pada hafalan rumus namun lebih
menggunakan logika dalam menentukan hasil perkalian bilangan positif dan
negatif serta mendapatkan penanaman nilai karakter religius.
Kedua,
penggunaan narasi cerita yang sesuai dalam pemberian latihan dan soal. Muara
dari pembelajaran matematika adalah penyelesaian konsep yang konstekstual.
Sehingga guru dapat menggunakan narasi cerita yang memuat nilai karakter utama.
Ketiga, pemberian tugas mandiri. Salah satu pembelajaran yang disarankan dalam
pembelajaran kurikulum nasional 2013 adalah project
based learning atau pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Hal ini harus
dimanfaatkan dengan baik oleh guru matematika dalam penanaman nilai karakter.
Misalnya melalui penugasan tidak terstruktur berbasis dengan proyek. Contohnya
pada materi penjumlahan bilangan terurut (pola bilangan) di kelas 7 dan penyelidikan
tentang kegunaan golden ratio pada kehidupan sehari hari di kelas 8. Proyek ini
sebaiknya memancing peserta didik untuk mampu mengerjakan dan mencari informasi
secara mandiri dalam penyelesaiannya.
Kelima,
pengenalan tokoh – tokoh matematika. Buku matematika biasanya dihiasi oleh foto
dan penjelasan singkat tentang tokoh matematika dunia. Namun pengenalan tokoh –
tokoh matematika selama ini belum maksimal bahkan hanya sebagai hiasan di buku
saja. Setidaknya guru dapat menemukan dua sampai tiga tokoh matematika yang
berpengaruh dalam setiap bab. Fungsi guru sebagai fasilitator peserta didiknya
akan terlihat dengan jelas pada proses ini. Karena dengan pendalaman yang lebih
baik tentang tokoh – tokoh tersebut dapat memberikan nilai integritas dan
religius kepada siswa.
Guru matematika
harus menyikapi dengan baik program ini. Guru matematika setidaknya harus
menganggap program ini sebagai tantangan dan titik tolak yang baik. Tantangan berupa
peningkatan pelayanan dan peningkatan kemampuan guru dalam memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada siswa. Sekaligus menjadi titik tolak yang baik guna
menghilangkan stigma bahwa matematika hanya berkutat dalam angka dan rumus yang
membosankan. Di masa yang akan datang, matematika seharusnya dapat menjadi
bagian dari nilai karakter baik yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Sehingga pembelajaran matematika memiliki bekas dan prasasti yang nyata dalam
kehidupan peserta didik sepanjang hayat.
harikeduapuluhdelapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar