Buku terbaik untuk siswa adalah buku tulisan gurunya sendiri.
13 tahun yang lalu, pertama kali saya bertemu dengan Bapak Joko Susilo, M.Pd. Beliau adalah guru matematika kelas IX SMP Negeri 1 Salaman. Tidak ada yang menonjol dari beliau dibandingkan dengan guru yang lain. Namun di kemudian hari, saya merasakan banyak sekali yang spesial dari beliau. Salah satunya adalah modul matematika tulisan tangan beliau. Bukan ketikan komputer, namun tulisan tangan beliau. Tulisan yang khas, dengan huruf delapan yang unik dan 4 kolom setiap lembarnya. Kalau tidak salah, di saat mata pelajaran lain membutuhkan buku pendamping yang harganya puluhan ribu rupiah, kami hanya cukup membayar 2000 rupiah setiap Pak Joko mengkopikan materi baru. Ringan sekali bagi kami waktu itu. Sampai sekarang, buku itu masih saya simpan sebagai kenang - kenangan.
Entah apa menariknya modul itu, namun kenangan saya mengerjakan modul itu luar biasa. Tidak pernah saya sesenang itu berpusing - pusing ria mengerjakan soal tanpa disuruh siapapun. Mungkin adik - adik kelas saya kelas IX di SMP Negeri 1 Salaman masih mendapatkan modul tersebut sebagai teman belajar.
Sekarang, saya sama dengan Pak Cilo (panggilan ibu saya kepada Pak Joko). Saya menjadi guru matematika di SMP. Seingat saya, tidak ada guru yang lebih saya idolakan dibandingkan dengan beliau sampai sekarang. Sebagai guru, saya merasakan sulitnya membuat buku soal untuk anak, apalah lagi rangkuman materi dan pembahasannya. Namun saya berusaha sedikit demi sedikit untuk merekap soal yang saya gunakan.
Mimpi saya, entah tahun ajaran berapa nanti,, saya bisa memberikan kepada siswa saya buku soal yang saya tulis sendiri. Walaupun itu semua soal yang ada di buku pegangan seperti erlangga, yudhistira, tiga serangkai atau itu hasil download dari beberapa situs yang menyediakan soal matematika. Saya tidak bermaksud menjualnya secara komersil kepada orang lain. Saya cuma ingin memberikan bekal yang cukup untuk belajar siswa saya. Selain lebih murah, buku itu juga bisa secara tepat membantu mereka dalam belajar.
Saya ingin anak - anak merasakan semangat belajar seperti saya ketika saya duduk di kelas IX dulu. Tanpa harus selalu diingatkan, saya menyempatkan mengerjakan beberapa soal dari modul.
Matematika memang tidak bisa secara instan dipahami, namun butuh ketekunan dan pengalaman mengerjakan soal untuk memahaminya. Walaupun guru sebagai sumber informasi dan petunjuk juga memegang peranan yang sangat penting.
Secara umum, kita sebagai guru harus bisa menulis soal kita sendiri, menyusun apa yang dibutuhkan oleh siswa kita sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada orang lain, karena mereka adalah siswa kita. Kita yang lebih tahu apa yang harus mereka pelajari, dari mana mulai belajar, dan seberapa banyak mereka membutuhkan pengalaman mengerjakan soal.
Prakteknya, banyak guru yang mengandalkan LKS. Namun LKS ini bukan hasil tulisannya sendiri. Bahkan ada beberapa guru yang tidak bisa mengerjakan soal di LKS jika tidak mempunyai kunci jawabannya. Ini miris. Kalau gurunya saja tidak bisa, bagimanakah lagi muridnya?
Lain lagi ceritanya untuk guru yang sibuk di luar pembelajaran. Mungkin beliau mempunyai tanggung jawab untuk memegang administrasi sekolah atau sering tugas di luar sekolah. LKS banyak digunakan untuk cadangan ketika beliau tidak bisa mengajar. Perintahnya jelas sekali di papan tulis :
"Kerjakan Soal LKS hlm.... romawi I sampai III, dikumpulkan di meja Pak Guru"
"Kalau tidak bisa, silahkan baca dulu materinya"
Hee...
Memang, anak bisa belajar mandiri. Tapi tanggung jawab kita sebagai pendamping mereka digantikan oleh LKS yang dibuat orang lain. Kalau itu LKS kita sendiri, sungguh luar biasa. Kita sudah tahu alurnya, dan kemungkinan sudah di set untuk bisa dikerjakan anak secara mandiri. Sekali lagi, guru tidak boleh malas menulis.
Latihan saya mudah : (pesan salah seorang pengawas kami)
Tulislah yang kamu kerjakan
Kerjakan apa yang kamu tulis
Simpel...
Melalui tulisan ini, saya juga berterima kasih kepada beliau, Pak Joko Susilo. Beliau telah memberikan pengalaman belajar yang menarik dan sangat membekas bagi saya. Semoga semangat beliau dalam mengajar bisa saya praktekkan di sekolah saya.
13 tahun yang lalu, pertama kali saya bertemu dengan Bapak Joko Susilo, M.Pd. Beliau adalah guru matematika kelas IX SMP Negeri 1 Salaman. Tidak ada yang menonjol dari beliau dibandingkan dengan guru yang lain. Namun di kemudian hari, saya merasakan banyak sekali yang spesial dari beliau. Salah satunya adalah modul matematika tulisan tangan beliau. Bukan ketikan komputer, namun tulisan tangan beliau. Tulisan yang khas, dengan huruf delapan yang unik dan 4 kolom setiap lembarnya. Kalau tidak salah, di saat mata pelajaran lain membutuhkan buku pendamping yang harganya puluhan ribu rupiah, kami hanya cukup membayar 2000 rupiah setiap Pak Joko mengkopikan materi baru. Ringan sekali bagi kami waktu itu. Sampai sekarang, buku itu masih saya simpan sebagai kenang - kenangan.
Entah apa menariknya modul itu, namun kenangan saya mengerjakan modul itu luar biasa. Tidak pernah saya sesenang itu berpusing - pusing ria mengerjakan soal tanpa disuruh siapapun. Mungkin adik - adik kelas saya kelas IX di SMP Negeri 1 Salaman masih mendapatkan modul tersebut sebagai teman belajar.
Sekarang, saya sama dengan Pak Cilo (panggilan ibu saya kepada Pak Joko). Saya menjadi guru matematika di SMP. Seingat saya, tidak ada guru yang lebih saya idolakan dibandingkan dengan beliau sampai sekarang. Sebagai guru, saya merasakan sulitnya membuat buku soal untuk anak, apalah lagi rangkuman materi dan pembahasannya. Namun saya berusaha sedikit demi sedikit untuk merekap soal yang saya gunakan.
Mimpi saya, entah tahun ajaran berapa nanti,, saya bisa memberikan kepada siswa saya buku soal yang saya tulis sendiri. Walaupun itu semua soal yang ada di buku pegangan seperti erlangga, yudhistira, tiga serangkai atau itu hasil download dari beberapa situs yang menyediakan soal matematika. Saya tidak bermaksud menjualnya secara komersil kepada orang lain. Saya cuma ingin memberikan bekal yang cukup untuk belajar siswa saya. Selain lebih murah, buku itu juga bisa secara tepat membantu mereka dalam belajar.
Saya ingin anak - anak merasakan semangat belajar seperti saya ketika saya duduk di kelas IX dulu. Tanpa harus selalu diingatkan, saya menyempatkan mengerjakan beberapa soal dari modul.
Matematika memang tidak bisa secara instan dipahami, namun butuh ketekunan dan pengalaman mengerjakan soal untuk memahaminya. Walaupun guru sebagai sumber informasi dan petunjuk juga memegang peranan yang sangat penting.
Secara umum, kita sebagai guru harus bisa menulis soal kita sendiri, menyusun apa yang dibutuhkan oleh siswa kita sendiri. Kita tidak bisa bergantung kepada orang lain, karena mereka adalah siswa kita. Kita yang lebih tahu apa yang harus mereka pelajari, dari mana mulai belajar, dan seberapa banyak mereka membutuhkan pengalaman mengerjakan soal.
Prakteknya, banyak guru yang mengandalkan LKS. Namun LKS ini bukan hasil tulisannya sendiri. Bahkan ada beberapa guru yang tidak bisa mengerjakan soal di LKS jika tidak mempunyai kunci jawabannya. Ini miris. Kalau gurunya saja tidak bisa, bagimanakah lagi muridnya?
Lain lagi ceritanya untuk guru yang sibuk di luar pembelajaran. Mungkin beliau mempunyai tanggung jawab untuk memegang administrasi sekolah atau sering tugas di luar sekolah. LKS banyak digunakan untuk cadangan ketika beliau tidak bisa mengajar. Perintahnya jelas sekali di papan tulis :
"Kerjakan Soal LKS hlm.... romawi I sampai III, dikumpulkan di meja Pak Guru"
"Kalau tidak bisa, silahkan baca dulu materinya"
Hee...
Memang, anak bisa belajar mandiri. Tapi tanggung jawab kita sebagai pendamping mereka digantikan oleh LKS yang dibuat orang lain. Kalau itu LKS kita sendiri, sungguh luar biasa. Kita sudah tahu alurnya, dan kemungkinan sudah di set untuk bisa dikerjakan anak secara mandiri. Sekali lagi, guru tidak boleh malas menulis.
Latihan saya mudah : (pesan salah seorang pengawas kami)
Tulislah yang kamu kerjakan
Kerjakan apa yang kamu tulis
Simpel...
Melalui tulisan ini, saya juga berterima kasih kepada beliau, Pak Joko Susilo. Beliau telah memberikan pengalaman belajar yang menarik dan sangat membekas bagi saya. Semoga semangat beliau dalam mengajar bisa saya praktekkan di sekolah saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar