Belum lama Pak Anies Baswedan digantikan Pak Muhajir Effendi. Ikut kena resufle kabinet jilid II katanya, bareng beberapa menteri lain.
Banyak temen guru yang khawatir sebenernya, ganti menteri ganti kebijakan, mungkin juga ganti kurikulum. Tapi sebenarnya, gantinya menteri itu bukan hal yang menakutkan bagi guru dan pelaku pendidikan. Karena sebenarnya guru itu mandiri dan fleksibel, kenapa?
Guru itu mandiri, mau siapapun menterinya. Ga percaya? Siapapun menterinya, presiden di kelas tetaplah guru. Menteri kan pembantunya presiden ya? Mana mungkin menteri berani sama presiden kalau bukan menteri pengen minta di resuffle? hahahaa..
Jujur saja, cara mengajar guru tidak banyak berubah walaupun menterinya berubah, atau kurikulumnya berubah. Karena memang guru yang lebih tahu dan lebih mengerti murid - muridnya. Guru yang bisa mengerti bagaimana cara terbaik materi itu masuk ke otak murid. Jadi, so far so good lah.... KBK, KTSP, K 13, bahkan CBSA 1984 mungkin akan berubah sesuai kebutuhan murid di tangan gurunya. Yang penting tujuan pembelajaran tercapai kan? Siswa juga enjoy mengikuti pembelajaran kan? ya,,, itulah kehebatan presiden. Presiden di kelas, yaitu guru.
Guru itu fleksibel, jelas kan dari uraian di atas?
Lebih fleksibel lagi, guru lah yang bisa menggerakkan siswa untuk belajar di luar jam pelajaran.
Tinggal kasih tugas, PR, atau proyek pembelajaran. Maka siswa akan dengan [terpaksa] senang hati belajar lebih banyak untuk itu. SABDA PANDITA RATU istilahnya.
Baru tadi pagi saya mendapatkan penuturan, betapa perintah guru sangat menancap di hati siswa.
Seorang ibu wali murid kelas 3 mengatakan bahwa mulai hari senin kemarin, anaknya tidak mau diantar lebih dari gerbang sekolah. Karena guru kelasnya ingin siswanya mandiri. Padahal selama ini anak itu tidak mau sekolah kalau ibunya tidak masuk ke kelas. hehe... Siswa itu lebih nurut dengan guru dari pada ibunya sendiri.
Ibunya senang sekali mendapatkan kenyataan seperti itu. Alhamdulillah katanya. Anaknya lebih mandiri sekarang.
Maka dari itu, wahai para guru,, jangan takut berganti menteri bahkan berganti presiden. Kitalah presiden bagi siswa kita. Kitalah yang berkuasa. Tapi jangan sampai kita salah dalam mengajar, harus selalu meningkatkan kualitas diri. Jangan lupa komunikasi yang baik dengan siswa dan wali siswa, sehingga seluruh kegiatan yang direncanakan tepat sasaran atau mungkin kesalahan kita dapat segera diperbaiki demi kepentingan para rakyat kita. Rakyat kita adalah para siswa. Ingat,, suara rakyat adalah suara Tuhan.
ha ha ha
Banyak temen guru yang khawatir sebenernya, ganti menteri ganti kebijakan, mungkin juga ganti kurikulum. Tapi sebenarnya, gantinya menteri itu bukan hal yang menakutkan bagi guru dan pelaku pendidikan. Karena sebenarnya guru itu mandiri dan fleksibel, kenapa?
Guru itu mandiri, mau siapapun menterinya. Ga percaya? Siapapun menterinya, presiden di kelas tetaplah guru. Menteri kan pembantunya presiden ya? Mana mungkin menteri berani sama presiden kalau bukan menteri pengen minta di resuffle? hahahaa..
Jujur saja, cara mengajar guru tidak banyak berubah walaupun menterinya berubah, atau kurikulumnya berubah. Karena memang guru yang lebih tahu dan lebih mengerti murid - muridnya. Guru yang bisa mengerti bagaimana cara terbaik materi itu masuk ke otak murid. Jadi, so far so good lah.... KBK, KTSP, K 13, bahkan CBSA 1984 mungkin akan berubah sesuai kebutuhan murid di tangan gurunya. Yang penting tujuan pembelajaran tercapai kan? Siswa juga enjoy mengikuti pembelajaran kan? ya,,, itulah kehebatan presiden. Presiden di kelas, yaitu guru.
Guru itu fleksibel, jelas kan dari uraian di atas?
Lebih fleksibel lagi, guru lah yang bisa menggerakkan siswa untuk belajar di luar jam pelajaran.
Tinggal kasih tugas, PR, atau proyek pembelajaran. Maka siswa akan dengan [terpaksa] senang hati belajar lebih banyak untuk itu. SABDA PANDITA RATU istilahnya.
Baru tadi pagi saya mendapatkan penuturan, betapa perintah guru sangat menancap di hati siswa.
Seorang ibu wali murid kelas 3 mengatakan bahwa mulai hari senin kemarin, anaknya tidak mau diantar lebih dari gerbang sekolah. Karena guru kelasnya ingin siswanya mandiri. Padahal selama ini anak itu tidak mau sekolah kalau ibunya tidak masuk ke kelas. hehe... Siswa itu lebih nurut dengan guru dari pada ibunya sendiri.
Ibunya senang sekali mendapatkan kenyataan seperti itu. Alhamdulillah katanya. Anaknya lebih mandiri sekarang.
Maka dari itu, wahai para guru,, jangan takut berganti menteri bahkan berganti presiden. Kitalah presiden bagi siswa kita. Kitalah yang berkuasa. Tapi jangan sampai kita salah dalam mengajar, harus selalu meningkatkan kualitas diri. Jangan lupa komunikasi yang baik dengan siswa dan wali siswa, sehingga seluruh kegiatan yang direncanakan tepat sasaran atau mungkin kesalahan kita dapat segera diperbaiki demi kepentingan para rakyat kita. Rakyat kita adalah para siswa. Ingat,, suara rakyat adalah suara Tuhan.
ha ha ha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar