sumber: google.com |
Sebagai siswa sekolah Negeri, pastinya akrab dengan kegiatan pramuka. Bahkan sejak SD saya mengikuti beberapa kegiatan pramuka yang diadakan sekolah dan kwarran/kwarcab di tempat saya. Mulai dari persami, menjadi anggota Dewan Penggalang(DP), beberapa kali mewakili smp dalam kegiatan pramuka di kabupaten, sampai menjadi calon Dewan Ambalan di SMA_mengundurkan diri karena merasa tidak mampu hehee. Dan sekarang saya menjadi pembina pramuka di sekolah saya.
Semakin hari, saya semakin merasakan bahwa nilai - nilai luhur pramuka semakin kurang dirasakan oleh siswa yang melaksanakan kegiatan itu sendiri. Pramuka hanya sebagai sebuah kegiatan ekstrakurikuler wajib yang dilaksanakan rutin oleh sekolah. Apa yang salah dengan pramuka?
Mungkin ini hanya dirasakan kami yang berada di daerah pelosok desa (semoga...)
Semoga sekolah yang berada di pusat kota mampu mengemas kegiatan pramuka ini lebih menarik dan menjadikannya bermanfaat dibandingkan apa yang terjadi di tempat kami.
Sejujurnya, pramuka memberikan kesempatan bagi siswa untuk hidup mandiri, kreatif, dan mempunyai nilai sosial yang tinggi. Sesuai dengan dasa darma dan trisatya/dwidarma yang menjadi nilai pokok dari pramuka.
Stigma bahwa pramuka adalah kegiatan yang "rutin" semakin menjadi ketika pramuka hanya terdiri dari materi sandi dan sejarah pramuka, sekali waktu diselingi dengan jalan - jalan (wide game/outbond) sembari melaksanakan pramuka sehari semalam. Hal ini merupakan pendapat yang disampaikan oleh murid saya beberapa waktu yang lalu.
Kembali kita bertanya, apa yang salah dengan pramuka?
apa yang salah dengan pramuka?
nasib pramuka? mau di bawa kemana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar