Kemarin, saya mengobrol dengan salah satu tetangga saya tentang pemuda - pemudi di desa kami. Dia yang merupakan salah satu penggerak pemuda - pemudi di desa kami, mengeluhkan tentang keadaan pemuda - pemudi di masa sekarang. Sangat sulit untuk diajak bekerja, kurang tanggap tentang pekerjaan yang harus dilakukan, pasif, tidak tahu sopan santun, tidak bisa berbahasa yang baik kepada orang tua, dsb.
Saya kemudian menarik kesimpulan, memang belajar itu tidak harus dari sekolah. Masyarakat juga adalah tempat belajar dan yang lebih penting adalah keluarga. Keluarga adalah sekolah pertama seorang anak. Sebelum masuk TK atau SD, rumahlah yang menjadi madrasah bagi siswa untuk menimba ilmu.
Banyak anak yang tidak sekolah yang bisa berperilaku sopan dan mempunyai kepribadian yang baik begitu juga sebaliknya, banyak orang - orang yang bertitel sarjana, pasca sarjana, profesor, bahkan guru besar yang kepribadiannya tidak baik. Apakah mereka kurang ilmu, tidak sebenarnya. Mereka hanya tidak mempunyai karakter yang baik. Tidak mempunyai pedoman hidup atau ironisnya mereka tidak mendapatkan suri tauladan yang baik dari para orang "tua" yang ada di sekitarnya.
Tetangga saya, beliau lurah di tempat kami pun tidak tinggi pendidikannya. Namun beliau mempunyai karakter yang luar biasa. Sekalipun tengah malam, sekalipun jauh di ujung desa, ketika beliau mendengar ada berita kematian, beliau usahakan sesegera mungkin hadir menjadi pelayat. Beliau mungkin tidak pandai, tapi beliau cerdas dalam membawa diri dan bersikap. Satu hal yang menjadi catatan saya mengenai beliau adalah ketika beliau hadir ke tempat saudara saya yang sedang punya hajat pukul 9 malam, kemudian berkata, "Aku mau di sini sampai besok pagi, mungkin aku ga bisa membantu apa - apa tapi minimal aku ada jika dibutuhkan." Spesial kan? Beliau ini adalah seorang lurah yang kesibukannya lumayan padat, tapi dengan tetangganya beliau sangat meluangkan waktu dan perhatiannya.
Kembali ke topik semula, pembelajaran bisa di mana saja. Ya, di mana saja. Memang ilmu untuk mencari dunia itu banyak terdapat di sekolah, namun ilmu untuk hidup yang sebenarnya ada di masyarakat. Seorang remaja yang akrab dengan pekerjaannya di masyarakat tidak akan sulit untuk beradaptasi dengan siapapun. Meskipun itu lingkungan baru untuknya. Karena dia mudah untuk mencair dan mencari apa yang bisa dilakukan untuk sekitarnya. Itulah magnet seorang manusia untuk lingkungannya. Lingkungannya, walaupun baru akan segera menerima dia tanpa harus banyak berpikir.
Di daerah kami khususnya, kemampuan berbahasa yang baik kepada yang lebih tua, kemampuan untuk mengaji, kemampuan untuk membantu sesama, sama sekali tidak ada teorinya. Semuanya "learning by doing". Dipelajari karena contoh yang ada dengan bimbingan orang dewasa di sekitar kami. Sangat tidak mungkin seorang anak dengan titel tinggi sekalipun akan langsung bisa melakukannya tanpa pernah praktek langsung.
Dengan demikian, marilah kita sebagai orang - orang tua yang bertanggung jawab pada anak - anak kecil di sekitar kita untuk memberikan pelajaran dan ilmu yang baik bagi mereka. Ilmu untuk hidup. Ilmu untuk menjalani kehidupan. Minimal kita membekali mereka dengan maksimal, sehingga mereka nantinya tinggal menambah sedikit untuk menjadi pribadi yang berkepribadian baik dan berkarakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar