Pelajaran yang kami dapatkan dari pelaksanaan TKM/UAS di semester satu ini adalah kebingungan siswa dalam mempelajari materi yang diujikan keesokan harinya.
Dengan kompetensi dasar yang memang diulang - ulang di tiap temanya, membuat anak terkadang kebingungan, salah satu materi akan keluar pada ulangan tema mana?
seperti itulah kebingungan siswa saya.
Karena kami ulangan harian di tiap sub tema, sedangkan UAS disusun dengan menggabungkan subtema 1 dan 2. Pastilah anak jadi bingung. hee....
Akhirnya kami mengambil jalan tengah, karena tidak mungkin untuk meminta UAS dilaksanakan tiap subtema. Kami membuatkan ringkasan materi dan soal latihan agar anak tidak kesasar dalam belajar.
Kami memberikan materi selengkap - lengkapnya. Karena memang kami tidak tahu soal apa yang akan keluar esok pagi.
Terkadang ada soal yang melenceng dari apa yang kami ajarkan. Karena mungkin pengembangan dari materi yang ada di buku guru tidak sama. Ada yang condong ke selatan, ada yang condong ke utara, macem - macem.
Kami hanya takut, anak tidak mengetahui jawaban dari soal yang disusun oleh dinas.
Memang, idealnya anak seharusnya bisa mengerjakan soal yang sesuai dengan materi. Tapi terkadang ada anak - anak spesial yang akan kebingungan jika tidak diarahkan dalam belajar.
Perbedaan yang mencolok lainnya adalah bentuk soal. Kami selalu ulangan dengan bentuk soal isian, sedangkan UAS berbentuk pilihan ganda dan isian. Permasalahannya adalah pada penilaian...
Kami akan ceritakan di post berikutnya.
Hidup yang berwarna adalah hidup yang penuh masalah dan terselesaikan.
Pandanglah setiap masalah adalah hal yang ringan, karena yang berat adalah jawaban dari masalah itu.
Masalah mungkin tidak berhasil terselesaikan ketika sendirian, tapi masalah mungkin terselesaikan jika kita bersama-sama menyelesaikannya.
Rabu, Desember 03, 2014
Senin, Desember 01, 2014
Jenuh mengejar target Tematik SD
Kurikulum 2013 sudah berjalan kurang lebih satu semester.
Mungkin memang belum semua kopetensi guru kami kuasai, sehingga banyak hal yang masih harus diperbaiki di semester pertama ini.
Mungkin kami belum bisa membawakan kurikulum baru ini dengan baik karena kami belum sempat membaca buku guru dengan tuntas, maklum datangnya agak terlambat.
Mungkin kami belum bisa melakukan penilaian dengan baik, karena kami belum mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan "terbatas" (baca : 7 hari) dari dinas pendidikan.
Terakhir, mungkin waktu yang ada dalam kalender pendidikan tidak cukup untuk menyelesaikan beban tematik yang ada dalam buku guru.
Tapi ketika kami mengeluh seperti itu, kami tidak akan menambah apapun dalam pembelajaran kami.
Tidak akan mengubah celetukan anak :
"Pak, kok buku tema 4 sama lima cepet banget ngajarnya?"
"Pak, kok ulangan tema terus to?"
"Pak, capek pak, kalau harus nulis sebanyak itu...."
Memang, dimulai dari 4 Agustus 2014, beban 5 tema di kelas 5 SD agak berat.
Kemudian UTS yang dilakukan di bulan Oktober dan TKM yang dilakukan mulai hari ini, sangat luar biasa mepet untuk kami.
Hee,
Bahkan, kami belum sampai membayangkan untuk bagaimana nanti melaporkan hasil belajar siswa dengan baik.
Namun, kami sebenarnya lebih tidak tega kepada siswa kami. Karena merekalah sebenarnya yang benar - benar terbebani.
Ketika orang tua belum banyak yang bisa membantu mereka belajar di rumah, sedangkan guru mereka di sekolah belum bisa mengajar dengan baik, seperti simalakama.
Yaahhh...
Semoga saja tidak menambah dosa kami sebagai guru karea belum bisa membantu mereka belajar dengan baik di sekolah.
_curhat di pagi hari
Mungkin memang belum semua kopetensi guru kami kuasai, sehingga banyak hal yang masih harus diperbaiki di semester pertama ini.
Mungkin kami belum bisa membawakan kurikulum baru ini dengan baik karena kami belum sempat membaca buku guru dengan tuntas, maklum datangnya agak terlambat.
Mungkin kami belum bisa melakukan penilaian dengan baik, karena kami belum mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan "terbatas" (baca : 7 hari) dari dinas pendidikan.
Terakhir, mungkin waktu yang ada dalam kalender pendidikan tidak cukup untuk menyelesaikan beban tematik yang ada dalam buku guru.
Tapi ketika kami mengeluh seperti itu, kami tidak akan menambah apapun dalam pembelajaran kami.
Tidak akan mengubah celetukan anak :
"Pak, kok buku tema 4 sama lima cepet banget ngajarnya?"
"Pak, kok ulangan tema terus to?"
"Pak, capek pak, kalau harus nulis sebanyak itu...."
Memang, dimulai dari 4 Agustus 2014, beban 5 tema di kelas 5 SD agak berat.
Kemudian UTS yang dilakukan di bulan Oktober dan TKM yang dilakukan mulai hari ini, sangat luar biasa mepet untuk kami.
Hee,
Bahkan, kami belum sampai membayangkan untuk bagaimana nanti melaporkan hasil belajar siswa dengan baik.
Namun, kami sebenarnya lebih tidak tega kepada siswa kami. Karena merekalah sebenarnya yang benar - benar terbebani.
Ketika orang tua belum banyak yang bisa membantu mereka belajar di rumah, sedangkan guru mereka di sekolah belum bisa mengajar dengan baik, seperti simalakama.
Yaahhh...
Semoga saja tidak menambah dosa kami sebagai guru karea belum bisa membantu mereka belajar dengan baik di sekolah.
_curhat di pagi hari
Minggu, November 02, 2014
Soal Latihan CCA tingkat SD
Alhamdulillah, di tahun ini sekolah kami berhasil untuk mengirimkan wakil di lomba MTQ tingkat nasional. Kami berhasil membantu siswa kami di cabang CCA. Namun, menjadi PR kami selanjutnya adalah menjaga prestasi ini, agar di tahun depan adik - adik kelasnya mampu meraih prestasi yang sama. Walhasil kami membuat beberapa termin untuk mengetes dan menyeleksi calon pengganti mereka. Sebagai tes awal adalah pengetahuan umum keagamaan. Seperti tes dibawah ini!
Minggu, Oktober 26, 2014
Bingung Mencari Tontonan untuk Siswa
Alhamdulillah, sekolah kami sudah mempunyai fasilitas LCD untuk beberapa kelas. Pengadaan LCD ini bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran. Melihat beberapa proses animasi yang berhubungan dengan materi, seperti proses terjadinya tsunami, proses terjadinya hujan asam, proses daur air, dsb, ice breaking berupa soal mencongak menggunakan power point, menunjukkan beberapa gambar pendukung dan banyak lagi yang lain.
Namun, seiring berjalannya waktu terkadang saya juga merasa kebingungan ketika "ditagih" oleh siswa untuk menonton video atau ice breaking. Ternyata di lingkungan kita lebih banyak tontonan yang kurang mendidik. Maaf ya, tontonan seperti sinetron (yang ga tamat - tamat, berseri sampai 5,6,7), komedi yang mempertontonkan aurat para artisnya, guyonan yang bersifat kasar dengan mengejek dan menyakiti satu sama lain dan masih banyak lagi,saya rasa tidak banyak manfaatnya bagi anak - anak kita.
Saya berkeinginan untuk memberikan tontonan yang baik, memberikan motivasi, memberikan pencerahan, dan membimbing sifat dan sikap anak - anak menjadi lebih baik. Memang di Indonesia juga banyak film yang baik, bebeapa yang sudah saya berikan ke anak diantaranya :
Saya memang lebih tertarik untuk memberikan beberapa film kartun, beberapa di antaranya :
Semoga dengan adanya sedikit pengalaman saya ini memberikan motivasi yang besar untuk menyediakan tontonan yang baik bagi anak - anak kita.
_mungkin ada rekomendasi tontonan yang baik untuk anak - anak kita?
Namun, seiring berjalannya waktu terkadang saya juga merasa kebingungan ketika "ditagih" oleh siswa untuk menonton video atau ice breaking. Ternyata di lingkungan kita lebih banyak tontonan yang kurang mendidik. Maaf ya, tontonan seperti sinetron (yang ga tamat - tamat, berseri sampai 5,6,7), komedi yang mempertontonkan aurat para artisnya, guyonan yang bersifat kasar dengan mengejek dan menyakiti satu sama lain dan masih banyak lagi,saya rasa tidak banyak manfaatnya bagi anak - anak kita.
Saya berkeinginan untuk memberikan tontonan yang baik, memberikan motivasi, memberikan pencerahan, dan membimbing sifat dan sikap anak - anak menjadi lebih baik. Memang di Indonesia juga banyak film yang baik, bebeapa yang sudah saya berikan ke anak diantaranya :
- Nagabonar Jadi 2
- Tanah Surga
- Perahu Kertas 1 dan 2
- Habibie Ainun
- Bangun lagi dong Lupus
- Garuda di Dadaku
Saya memang lebih tertarik untuk memberikan beberapa film kartun, beberapa di antaranya :
- How to Train Your Dragon 1 dan 2
- Wall - E
- Cars 1 dan 2
- Turbo
- Rattatoulie
- Kungfu Panda 1 dan 2
- Three Idiots (film favorit saya)
- I'm Legend
- Kungfu Kid
- I'm not Stupid 1 dan 2
- Taree Zameen
Semoga dengan adanya sedikit pengalaman saya ini memberikan motivasi yang besar untuk menyediakan tontonan yang baik bagi anak - anak kita.
_mungkin ada rekomendasi tontonan yang baik untuk anak - anak kita?
Kamis, Oktober 23, 2014
Proses membuat raport deskriptif kurikulum 2013
Anak kecil sangat suka ketika diberikan cerita. Cerita tentang apa saja. Baik cerita lucu, sedih, menyenangkan, ataupun menyedihkan. Anak - anak pun banyak yang dapat saling bertukar cerita satu sama lain. Tidak terbatas tema cerita. Mereka mengeluarkan apa yang ada di dalam benak mereka dengan sangat bebas dan tanpa batas. Terkadang tanpa bermaksud berbohong atau menipu, mereka menambahkan sendiri imajinasi mereka tentang sebuah kejadian. Atau sebenarnya itu bukan imajinasi mereka, tapi merupakan harapan yang mampu mereka ubah menjadi sebuah cerita.
Membahas tentang cerita, salah satu konsekuensi dilaksanakannya kurikulum 2013 adalah raport deskriptif. Beberapa waktu yang lalu, seorang instruktur kurikulum 2013 memberikan panduan kepada kami untuk menulis raport deskriptif tersebut. Sejujurnya, saya sendiri masih belum bisa membayangkan raport yang harus saya tulis tersebut secara nyata. Namun bayangan beratnya bagaimana membuat raport tersebut sudah saya rasakan sekarang. Saat saya sedang koreksi UTS semester ganjil ini.
Raport deskriptif nantinya akan berbentuk sebuah cerita lengkap tentang capaian anak, baik di bidang kognitif dan spritual. Secara gampang, raport deskriptif ini nantinya akan berisi tentang bagaimana nilai yang anak capai dan bagaimana sikap anak selama pembelajaran. Cerita yang tertera di sana adalah konversi dari angka yang didapat anak di tiap kompetensi dasar tiap sub tema. Rata - rata dari nilai tersebut akan berubah menjadi kata "SUDAH SANGAT BAIK", "SUDAH BAIK" dan "BUTUH PENDAMPINGAN". Kata - kata tersebut merupakan pengganti nilai A, B, dan C gitu lah... Kalau mungkin masih sulit membayangkan. Setidaknya begini langkah yang harus kami (wali kelas) lakukan untuk memberikan nilai kepada anak :
Repot ya??
hee..
Itu separuh pekerjaan, karena baru satu aspek, kognitif siswa. Terdapat dua aspek yang harus dinilai kan? Sikap dan kognitif...
Hampir sama lah langkahnya,,,,,
Semangat guru kreatif dan profesional...
Membahas tentang cerita, salah satu konsekuensi dilaksanakannya kurikulum 2013 adalah raport deskriptif. Beberapa waktu yang lalu, seorang instruktur kurikulum 2013 memberikan panduan kepada kami untuk menulis raport deskriptif tersebut. Sejujurnya, saya sendiri masih belum bisa membayangkan raport yang harus saya tulis tersebut secara nyata. Namun bayangan beratnya bagaimana membuat raport tersebut sudah saya rasakan sekarang. Saat saya sedang koreksi UTS semester ganjil ini.
Raport deskriptif nantinya akan berbentuk sebuah cerita lengkap tentang capaian anak, baik di bidang kognitif dan spritual. Secara gampang, raport deskriptif ini nantinya akan berisi tentang bagaimana nilai yang anak capai dan bagaimana sikap anak selama pembelajaran. Cerita yang tertera di sana adalah konversi dari angka yang didapat anak di tiap kompetensi dasar tiap sub tema. Rata - rata dari nilai tersebut akan berubah menjadi kata "SUDAH SANGAT BAIK", "SUDAH BAIK" dan "BUTUH PENDAMPINGAN". Kata - kata tersebut merupakan pengganti nilai A, B, dan C gitu lah... Kalau mungkin masih sulit membayangkan. Setidaknya begini langkah yang harus kami (wali kelas) lakukan untuk memberikan nilai kepada anak :
- Menentukan range ( batasan ) nilai anak. Range (batasan) nilai adalah batas minimal untuk mendapatkan nilai deksriptif setelah dikonversi. Contohnya : nilai < 70 akan berubah menjadi "BUTUH PENDAMPINGAN", nilai 71 - 80 akan berubah menjadi "SUDAH BAIK", nilai > 80 akan berubah menjadi "SUDAH SANGAT BAIK".
- Koreksi nilai anak per sub tema. Ini adalah pekerjaan yang paling menyebalkan (setidaknya untuk saat ini. Saya sedang koreksi pekerjaan anak saya yang jumlahnya 40 anak, untuk dua tema yang masing - masing terdiri dari tiga sub tema). Hee....
- Merekap seluruh nilai anak per kompetensi dasar per sub tema. Nantinya setelah nilai sudah jadi semua, harus dipisahkan tiap kompetensi dasar. Jangan sampai tercampur atau tertukar.
- Menghitung nilai rata - rata anak. Seandainya satu kompetensi dasar ada yang diulang dalam beberapa sub tema, harus di tulis sendiri - sendiri. Nantinya nilai yang akan dikonversi adalah bentuk rata - rata dari beberapa sub tema.
- Mengkonversi nilai anak ke dalam bentuk deskripsi. Pekerjaan mengkonversi nilai ini bisa dilakukan dengan bantuan beberapa software. Salah satunya adalah microsoft excell. Kami sudah bisa menyusun deskripsi ini semenjak tahun lalu.
- Menggabungkan konversi nilai anak dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai anak. Setelah konversi nilai jadi, kita harus menggabungkannya dengan kompetensi dasar yang terkait. Contohnya seorang anak mendapat nilai konversi "SUDAH SANGAT BAIK" pada kompetensi dasar "Menjawab pertanyaan teks bacaan" Maka deskripsi nilai anak menjadi ANAK SUDAH SANGAT BAIK DALAM MENJAWAB PERTANYAAN TEKS BACAAN
- Jadilah raport deksriptif anak.... (itu baru satu KD lho.... masih banyak KD yang lain)
Repot ya??
hee..
Itu separuh pekerjaan, karena baru satu aspek, kognitif siswa. Terdapat dua aspek yang harus dinilai kan? Sikap dan kognitif...
Hampir sama lah langkahnya,,,,,
Semangat guru kreatif dan profesional...
Pentingnya evaluasi program sekolah
Hampir semua sekolah mempunyai kepala sekolahnya sendiri.
Hampir semua kepala sekolah mempunyai tangan kanannya sendiri, wakil - wakil kepala sekolah yang menjadi orang kepercayaannya dalam mengawal dan melaksanakan program - program sekolah.
Namun sudah semuakah orang - orang ini terbuka dari saran dan kritik dari orang lain?
Tidak harus dari orang lain, misalnya wali murid. Namun dari teman - temannya sendiri. Orang - orang yang bersama - sama menjejalkan diri dalam segudang aktivitas sekolah.
Terkadang terlupakan, kritik dan saran hanya berbentuk kotak kayu yang berlobang atasnya. Bahkan hampir sepanjang waktu selalu kosong.
Terkadang kritik dan saran menjadi bahan obrolan di belakang punggung para punggawa utama tersebut. Tidak pernah tersampaikan dan tidak pernah tersalurkan.
Padahal bersama kritik dan saran tersebut ada perubahan menuju perbaikan. Bersamanya pula terdapat kelegaan hati atas tersampainya segala beban dan ganjalan yang dirasa.
Bagaimana harus memulainya?
Mungkin akan sangat sulit jika kita langsung bertanya pada setiap guru apa yang kurang dari saya? Apa yang harus saya lakukan untuk menjadi lebih baik? Bagaimana sebaiknya saya melakukan program ini?
Sehingga, cara termudah adalah menulisnya.
Sediakanlah kertas kosong, bagikan kepada setiap guru. Berikanlah waktu 2 atau 3 hari. Mintalah mereka menuliskan apa yang mereka rasakan, apa yang menjadi ganjalan mereka, dan apa yang menghambat kerja mereka.
Tidak mudah lho, memberikan saran kepada atasan...
Tapi kalau sudah disepakati dari awal bahwa ini diniatkan sebagai bagian dari proses perbaikan diri demi tercapainya pribadi yang lebih baik, semoga banyak masukan dan saran yang bisa diproses selanjutnya sebagai wujud nyata perbaikan diri.
Mungkin itu lebih nyata sebagai wujud evaluasi diri sendiri dan media untuk muhasabah atas segala kekurangan diri.
Hampir semua kepala sekolah mempunyai tangan kanannya sendiri, wakil - wakil kepala sekolah yang menjadi orang kepercayaannya dalam mengawal dan melaksanakan program - program sekolah.
Namun sudah semuakah orang - orang ini terbuka dari saran dan kritik dari orang lain?
Tidak harus dari orang lain, misalnya wali murid. Namun dari teman - temannya sendiri. Orang - orang yang bersama - sama menjejalkan diri dalam segudang aktivitas sekolah.
Terkadang terlupakan, kritik dan saran hanya berbentuk kotak kayu yang berlobang atasnya. Bahkan hampir sepanjang waktu selalu kosong.
Terkadang kritik dan saran menjadi bahan obrolan di belakang punggung para punggawa utama tersebut. Tidak pernah tersampaikan dan tidak pernah tersalurkan.
Padahal bersama kritik dan saran tersebut ada perubahan menuju perbaikan. Bersamanya pula terdapat kelegaan hati atas tersampainya segala beban dan ganjalan yang dirasa.
Bagaimana harus memulainya?
Mungkin akan sangat sulit jika kita langsung bertanya pada setiap guru apa yang kurang dari saya? Apa yang harus saya lakukan untuk menjadi lebih baik? Bagaimana sebaiknya saya melakukan program ini?
Sehingga, cara termudah adalah menulisnya.
Sediakanlah kertas kosong, bagikan kepada setiap guru. Berikanlah waktu 2 atau 3 hari. Mintalah mereka menuliskan apa yang mereka rasakan, apa yang menjadi ganjalan mereka, dan apa yang menghambat kerja mereka.
Tidak mudah lho, memberikan saran kepada atasan...
Tapi kalau sudah disepakati dari awal bahwa ini diniatkan sebagai bagian dari proses perbaikan diri demi tercapainya pribadi yang lebih baik, semoga banyak masukan dan saran yang bisa diproses selanjutnya sebagai wujud nyata perbaikan diri.
Mungkin itu lebih nyata sebagai wujud evaluasi diri sendiri dan media untuk muhasabah atas segala kekurangan diri.
Selasa, Oktober 07, 2014
Belajar, bisa dimana saja...
Kemarin, saya mengobrol dengan salah satu tetangga saya tentang pemuda - pemudi di desa kami. Dia yang merupakan salah satu penggerak pemuda - pemudi di desa kami, mengeluhkan tentang keadaan pemuda - pemudi di masa sekarang. Sangat sulit untuk diajak bekerja, kurang tanggap tentang pekerjaan yang harus dilakukan, pasif, tidak tahu sopan santun, tidak bisa berbahasa yang baik kepada orang tua, dsb.
Saya kemudian menarik kesimpulan, memang belajar itu tidak harus dari sekolah. Masyarakat juga adalah tempat belajar dan yang lebih penting adalah keluarga. Keluarga adalah sekolah pertama seorang anak. Sebelum masuk TK atau SD, rumahlah yang menjadi madrasah bagi siswa untuk menimba ilmu.
Banyak anak yang tidak sekolah yang bisa berperilaku sopan dan mempunyai kepribadian yang baik begitu juga sebaliknya, banyak orang - orang yang bertitel sarjana, pasca sarjana, profesor, bahkan guru besar yang kepribadiannya tidak baik. Apakah mereka kurang ilmu, tidak sebenarnya. Mereka hanya tidak mempunyai karakter yang baik. Tidak mempunyai pedoman hidup atau ironisnya mereka tidak mendapatkan suri tauladan yang baik dari para orang "tua" yang ada di sekitarnya.
Tetangga saya, beliau lurah di tempat kami pun tidak tinggi pendidikannya. Namun beliau mempunyai karakter yang luar biasa. Sekalipun tengah malam, sekalipun jauh di ujung desa, ketika beliau mendengar ada berita kematian, beliau usahakan sesegera mungkin hadir menjadi pelayat. Beliau mungkin tidak pandai, tapi beliau cerdas dalam membawa diri dan bersikap. Satu hal yang menjadi catatan saya mengenai beliau adalah ketika beliau hadir ke tempat saudara saya yang sedang punya hajat pukul 9 malam, kemudian berkata, "Aku mau di sini sampai besok pagi, mungkin aku ga bisa membantu apa - apa tapi minimal aku ada jika dibutuhkan." Spesial kan? Beliau ini adalah seorang lurah yang kesibukannya lumayan padat, tapi dengan tetangganya beliau sangat meluangkan waktu dan perhatiannya.
Kembali ke topik semula, pembelajaran bisa di mana saja. Ya, di mana saja. Memang ilmu untuk mencari dunia itu banyak terdapat di sekolah, namun ilmu untuk hidup yang sebenarnya ada di masyarakat. Seorang remaja yang akrab dengan pekerjaannya di masyarakat tidak akan sulit untuk beradaptasi dengan siapapun. Meskipun itu lingkungan baru untuknya. Karena dia mudah untuk mencair dan mencari apa yang bisa dilakukan untuk sekitarnya. Itulah magnet seorang manusia untuk lingkungannya. Lingkungannya, walaupun baru akan segera menerima dia tanpa harus banyak berpikir.
Di daerah kami khususnya, kemampuan berbahasa yang baik kepada yang lebih tua, kemampuan untuk mengaji, kemampuan untuk membantu sesama, sama sekali tidak ada teorinya. Semuanya "learning by doing". Dipelajari karena contoh yang ada dengan bimbingan orang dewasa di sekitar kami. Sangat tidak mungkin seorang anak dengan titel tinggi sekalipun akan langsung bisa melakukannya tanpa pernah praktek langsung.
Dengan demikian, marilah kita sebagai orang - orang tua yang bertanggung jawab pada anak - anak kecil di sekitar kita untuk memberikan pelajaran dan ilmu yang baik bagi mereka. Ilmu untuk hidup. Ilmu untuk menjalani kehidupan. Minimal kita membekali mereka dengan maksimal, sehingga mereka nantinya tinggal menambah sedikit untuk menjadi pribadi yang berkepribadian baik dan berkarakter.
Saya kemudian menarik kesimpulan, memang belajar itu tidak harus dari sekolah. Masyarakat juga adalah tempat belajar dan yang lebih penting adalah keluarga. Keluarga adalah sekolah pertama seorang anak. Sebelum masuk TK atau SD, rumahlah yang menjadi madrasah bagi siswa untuk menimba ilmu.
Banyak anak yang tidak sekolah yang bisa berperilaku sopan dan mempunyai kepribadian yang baik begitu juga sebaliknya, banyak orang - orang yang bertitel sarjana, pasca sarjana, profesor, bahkan guru besar yang kepribadiannya tidak baik. Apakah mereka kurang ilmu, tidak sebenarnya. Mereka hanya tidak mempunyai karakter yang baik. Tidak mempunyai pedoman hidup atau ironisnya mereka tidak mendapatkan suri tauladan yang baik dari para orang "tua" yang ada di sekitarnya.
Tetangga saya, beliau lurah di tempat kami pun tidak tinggi pendidikannya. Namun beliau mempunyai karakter yang luar biasa. Sekalipun tengah malam, sekalipun jauh di ujung desa, ketika beliau mendengar ada berita kematian, beliau usahakan sesegera mungkin hadir menjadi pelayat. Beliau mungkin tidak pandai, tapi beliau cerdas dalam membawa diri dan bersikap. Satu hal yang menjadi catatan saya mengenai beliau adalah ketika beliau hadir ke tempat saudara saya yang sedang punya hajat pukul 9 malam, kemudian berkata, "Aku mau di sini sampai besok pagi, mungkin aku ga bisa membantu apa - apa tapi minimal aku ada jika dibutuhkan." Spesial kan? Beliau ini adalah seorang lurah yang kesibukannya lumayan padat, tapi dengan tetangganya beliau sangat meluangkan waktu dan perhatiannya.
Kembali ke topik semula, pembelajaran bisa di mana saja. Ya, di mana saja. Memang ilmu untuk mencari dunia itu banyak terdapat di sekolah, namun ilmu untuk hidup yang sebenarnya ada di masyarakat. Seorang remaja yang akrab dengan pekerjaannya di masyarakat tidak akan sulit untuk beradaptasi dengan siapapun. Meskipun itu lingkungan baru untuknya. Karena dia mudah untuk mencair dan mencari apa yang bisa dilakukan untuk sekitarnya. Itulah magnet seorang manusia untuk lingkungannya. Lingkungannya, walaupun baru akan segera menerima dia tanpa harus banyak berpikir.
Di daerah kami khususnya, kemampuan berbahasa yang baik kepada yang lebih tua, kemampuan untuk mengaji, kemampuan untuk membantu sesama, sama sekali tidak ada teorinya. Semuanya "learning by doing". Dipelajari karena contoh yang ada dengan bimbingan orang dewasa di sekitar kami. Sangat tidak mungkin seorang anak dengan titel tinggi sekalipun akan langsung bisa melakukannya tanpa pernah praktek langsung.
Dengan demikian, marilah kita sebagai orang - orang tua yang bertanggung jawab pada anak - anak kecil di sekitar kita untuk memberikan pelajaran dan ilmu yang baik bagi mereka. Ilmu untuk hidup. Ilmu untuk menjalani kehidupan. Minimal kita membekali mereka dengan maksimal, sehingga mereka nantinya tinggal menambah sedikit untuk menjadi pribadi yang berkepribadian baik dan berkarakter.
Senin, Oktober 06, 2014
Asyiknya Merubah Tempat Duduk Siswa
Minggu kemarin, walaupun hanya masuk 3 hari saya bereksperimen bersama anak - anak untuk merubah tempat duduk mereka sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Hasilnya lumayan. Anak - anak antusias dalam menggeser sendiri meja mereka ke sana dan kemari. Memang, sebenarnya pembelajaran tidak harus di kelas. Tidak harus kaku, hanya duduk saja mendengarkan guru menyampaikan materi. Pembelajaran bebas... Mereka diperbolehkan duduk, berdiri, ngesot di lantai, dan banyak gaya khas anak sd lainnya.
Hari pertama saya bereksperimen untuk menata kelas dengan gaya seperti berkelompok. Saya menjadikan 40 meja di kelas saya menjadi 8 kelompok. Masing - masing 5 meja setiap kelompok. Sehingga anak mudah untuk melakukan diskusi.
Hari kedua saya mengubah lagi tempat duduk anak seperti dalam film Harry Potter. Memanjang, saling berhadapan. Masing - masing lajur berisi 5 meja. Dua meja di depan, kemudian saya berikan tempat untuk keluar anak. Bagian belakang berisi 3 meja memanjang.Hal ini saya lakukan karena anak harus ulangan sub tema, sehingga mengurangi tingkat keramaian anak ketika mengerjakan.
Hari ketiga saya ubah lagi tempat duduk anak, saya jadikan seperti ruang Sidang Paripurna DPR, berbentuk letter U. Karena hari itu, kami berencana menonton film sebagai hiburan setelah ulangan. Saya berikan kepada anak beberapa cuplikan Stand Up Comedy Kompas TV. Hasilnya memuaskan untuk satu hal ini, karena memang anak sangat senang menonton video yang bersifat komedi.
Saya berkesimpulan, bahwa kondisi kelas yang kaku, seharusnya tidak ada lagi. Semuanya bersifat fleksibel. Terkadang harus diubah, bisa spontan, bisa terencana. Agar anak tidak jenuh. Tujuan lain saya lakukan hal ini adalah menyiasati kebosanan siswa. Karena ada beberapa hari yang anak harus bertemu saya secara terus menerus selama 6 - 8 jam. Ketika pembelajaran berlangsung kaku dan tidak ada inovasi, maka anak - anak akan jenuh.
Itu sedikit pengalaman saya bersama anak - anak saya dalam mengotak - atik kelas kami.
Hari pertama saya bereksperimen untuk menata kelas dengan gaya seperti berkelompok. Saya menjadikan 40 meja di kelas saya menjadi 8 kelompok. Masing - masing 5 meja setiap kelompok. Sehingga anak mudah untuk melakukan diskusi.
Hari kedua saya mengubah lagi tempat duduk anak seperti dalam film Harry Potter. Memanjang, saling berhadapan. Masing - masing lajur berisi 5 meja. Dua meja di depan, kemudian saya berikan tempat untuk keluar anak. Bagian belakang berisi 3 meja memanjang.Hal ini saya lakukan karena anak harus ulangan sub tema, sehingga mengurangi tingkat keramaian anak ketika mengerjakan.
Hari ketiga saya ubah lagi tempat duduk anak, saya jadikan seperti ruang Sidang Paripurna DPR, berbentuk letter U. Karena hari itu, kami berencana menonton film sebagai hiburan setelah ulangan. Saya berikan kepada anak beberapa cuplikan Stand Up Comedy Kompas TV. Hasilnya memuaskan untuk satu hal ini, karena memang anak sangat senang menonton video yang bersifat komedi.
Saya berkesimpulan, bahwa kondisi kelas yang kaku, seharusnya tidak ada lagi. Semuanya bersifat fleksibel. Terkadang harus diubah, bisa spontan, bisa terencana. Agar anak tidak jenuh. Tujuan lain saya lakukan hal ini adalah menyiasati kebosanan siswa. Karena ada beberapa hari yang anak harus bertemu saya secara terus menerus selama 6 - 8 jam. Ketika pembelajaran berlangsung kaku dan tidak ada inovasi, maka anak - anak akan jenuh.
Itu sedikit pengalaman saya bersama anak - anak saya dalam mengotak - atik kelas kami.
Senin, September 29, 2014
Nilai itu tidak menakutkan
Besok pagi, siswa dan siswi saya akan melaksanakan ulangan sub tema 2 untuk tema 2 di kelas 5. Ulangan ketiga sebelum UTS yang besok diadakan pertengahan Oktober. Saya kira persiapan yang harus saya berikan kepada anak sudah cukup. Mulai dari catatan, contoh soal, dan latihan ulangan sudah saya berikan kepada anak. Kesemuanya sudah saya jadikan satu dalam map yang memang menjadi hak anak untuk menyimpannya. Sekaligus tentunya sebagai bahan evaluasi wali murid dalam melihat perkembangan putra - putrinya.
Mungkin untuk urusan nilai anak, itu saya serahkan pada persiapan anak itu sendiri. Namun kebetulan seorang wali murid baru saja menelepon saya, menanyakan tentang nilai anaknya. Dia tidak tahu anaknya mendapatkan nilai berapa di ulangan yang lalu.
Saya tertegun. Mendengar penuturan beliau. Sang anak ternyata malu ketika harus menyerahkan ulangan yang nilainya tidak baik. Mungkin takut katanya.
Saya kemudian menyimpulkan bahwa komunikasi saya dan wali murid akan terputus jika anak bersikap seperti ini seterusnya.Seakan - akan nilai itu menjadi momok yang sangat besar. Padahal sebenarnya nilai tersebut akan menjadi acuan yang sangat penting untuk menentukan bantuan yang tepat bagi anak tersebut.
Contoh saja, di kurikulum tematik, satu kali ulangan anak akan mendapatkan minimal 5 muatan pelajaran yang digabungkan dalam satu sub tema.
Ambillah sebagai berikut, seorang anak mendapatkan nilai seperti dalam tabel berikut dalam suatu ulangan sub tema
Nilai di atas sangat mungkin dicapai anak, seorang anak mungkin tidak bisa menguasai seluruh muatan yang ada, namun dia mempunyai keunggulan di beberapa muatan dan membutuhkan bimbingan di beberapa muatan lainnya.
Hasil dari ulangan sub tema ini harus menjadi acuan bagi guru dan wali murid untuk memberikan bantuan kepada siswa pada muatan yang masih belum baik. Nantinya bimbingan itu dapat dilihat di ulangan sub tema berikutnya. Karena otomatis muatan tersebut juga akan selalu ada di setiap ulangan sub tema.
Menyikapi hal ini, seorang wali murid tidaklah perlu risau tentang nilai yang dicapai anak dalam suatu ulangan sub tema. Hanya, wali murid haruslah jeli dan tanggap untuk membantu kesulitan putra - putrinya. Hal ini dikarenakan sekarang wali murid dan wali kelas harus selalu bisa bertukar peran menjadi guru bagi seorang anak. Agar anak tersebut bisa mendapatkan prestasi yang terbaik.
Mungkin untuk urusan nilai anak, itu saya serahkan pada persiapan anak itu sendiri. Namun kebetulan seorang wali murid baru saja menelepon saya, menanyakan tentang nilai anaknya. Dia tidak tahu anaknya mendapatkan nilai berapa di ulangan yang lalu.
Saya tertegun. Mendengar penuturan beliau. Sang anak ternyata malu ketika harus menyerahkan ulangan yang nilainya tidak baik. Mungkin takut katanya.
Saya kemudian menyimpulkan bahwa komunikasi saya dan wali murid akan terputus jika anak bersikap seperti ini seterusnya.Seakan - akan nilai itu menjadi momok yang sangat besar. Padahal sebenarnya nilai tersebut akan menjadi acuan yang sangat penting untuk menentukan bantuan yang tepat bagi anak tersebut.
Contoh saja, di kurikulum tematik, satu kali ulangan anak akan mendapatkan minimal 5 muatan pelajaran yang digabungkan dalam satu sub tema.
Ambillah sebagai berikut, seorang anak mendapatkan nilai seperti dalam tabel berikut dalam suatu ulangan sub tema
Bahasa Indonesia | 60 |
Matematika | 70 |
IPA | 100 |
IPS | 90 |
PPKn | 85 |
Nilai di atas sangat mungkin dicapai anak, seorang anak mungkin tidak bisa menguasai seluruh muatan yang ada, namun dia mempunyai keunggulan di beberapa muatan dan membutuhkan bimbingan di beberapa muatan lainnya.
Hasil dari ulangan sub tema ini harus menjadi acuan bagi guru dan wali murid untuk memberikan bantuan kepada siswa pada muatan yang masih belum baik. Nantinya bimbingan itu dapat dilihat di ulangan sub tema berikutnya. Karena otomatis muatan tersebut juga akan selalu ada di setiap ulangan sub tema.
Menyikapi hal ini, seorang wali murid tidaklah perlu risau tentang nilai yang dicapai anak dalam suatu ulangan sub tema. Hanya, wali murid haruslah jeli dan tanggap untuk membantu kesulitan putra - putrinya. Hal ini dikarenakan sekarang wali murid dan wali kelas harus selalu bisa bertukar peran menjadi guru bagi seorang anak. Agar anak tersebut bisa mendapatkan prestasi yang terbaik.
Sabtu, September 27, 2014
Bimbel... Penting ga sich?
Saya, dan beberapa teman saya adalah pengurus sebuah rumah belajar di Yogyakarta. Saya baru selesai "rapat" di sebuah rumah makan untuk membahas strategi pelayanan kami satu semester ke depan. "Rapat" kami memang asyik.. yang penting makan... hasil rapat bisa dibahas setelah kenyang... heee..
Jauh sebelum semester baru di kurikulum 2013, saya sempat bertanya sembari berkelakar dengan teman - teman saya, apakah penting les itu? Karena kebetulan kami melayani tambahan belajar untuk siswa SD dan SMP. SD kan sekarang tematik. Bagaimana ngelesnya??
Menarik sekali, saya sangat menunggu bagaimana evolusi dari rumah - rumah belajar yang besar menyikapi perubahan kurikulum ini. Karena otomatis, pembelajaran yang diamanatkan di kurikulum ini sangat berbeda. Siswa banyak bergerak, banyak mencari sendiri, menyimpulkan sendiri, dan menganalisis permasalah yang ada.
Sedangkan selama ini siswa duduk, menerima pelajaran, mengerjakan latihan, kemudian ulangan. Ya,,, urutannya kurang lebih seperti itu. Saya sangat menunggu di mana rumah belajar akan mengambil porsinya dalam urutan itu. Dengan pembelajaran tematik, otomatis mata pelajaran dihapuskan. Hanya muatannya yang tersisa. Itupun tergabung dan bersatu dengan muatan yang lain.
Sebagai contoh sederhana dari pembelajaran yang saya lakukan di kelas 5.
Saya memberikan bacaan tentang pentingnya air. Di sana tersurat apa saja fungsi air, apa yang terjadi jika air tidak ada, apa saja sumber air, bagaimana cara merawat sumber air agar tetap lestari, dan bagaimana cara menggunakan air secara bijak. Terlihat bukan, bahwa bacaan yang tadinya melulu bermuatan Bahasa Indonesia sudah saya gabungkan dengan muatan IPA.
Bagaimana menilainya?
Gampang....
Saya membuat beberapa pertanyaan tentang bacaan tersebut. Kemudian meminta anak menjawabnya dengan jawaban singkat, sesuai dengan isi bacaan. Ini saya lakukan untuk menilai kemampuan memahami isi teks bacaan [ Bahasa Indonesia ]. Secara tidak langsung, kemudian saya mengajak anak- anak memahami lagi isi teks bacaan tersebut. Saya kemudian meminta anak menulis di buku tulis catatan tematiknya. Saya hanya akan menulis pointernya saja.
Sumber Air
Fungsi Air
Cara Menjaga Sumber Air agar Tidak Tercemar
Cara Menggunakan Air Secara Bijak
(semuanya ada di bacaan) anak tinggal memindahkannya.
Kemudian, saya tambah satu pointer lagi.
Perilaku yang Dapat Merusak Kelestarian Sumber Air
Pointer terakhir ini saya minta siswa saya mendiskusikan dengan teman sekelompoknya.
Selesai... anak secara langsung mendapatkan muatan IPA di sini. Anak secara langsung juga mempunyai catatan tentang Air.
Belum selesai di situ, saya kemudian mengambil botol minum anak, saya tuang air dari botol tersebut ke dalam gelas yang saya siapkan. Pertama saya penuhi gelas saya dengan air secara pelan. Saya meminta anak menghitung dengan hitungan seperti pemanasan di olahraga.
Setelah penuh, saya kembalikan air ke dalam botol anak, kemudian saya ulangi kegiatan mengisi gelas dengan air, namun kali ini lebih cepat.
Masuklah saya pada muatan MATEMATIKA, yaitu tentang debit air.
Heee...
Itulah yang saya lakukan di pembelajaran.
Kemudian. di rumah belajar, dimana mereka bisa masuk?
apakah mengulang pembelajaran yang saya lakukan di sekolah?
Apakah itu akan efektif, mengingat, anak tidak akan setiap hari les sedangkan pembelajaran setiap hari selalu berlanjut?
Atau mereka hanya akan berlatih soal terus menerus setiap kali les? Padahal anak sudah punya khusus buku latihan soal dari sekolah.
Itu pikiran awam saya sich.
Memang seharusnya, anak itu selesai menyerap semua yang penting untuknya di sekolah. Setelah itu, di rumah, mereka mendapatkan PR yang sesuai. Mengerjakannya bersama orang tuanya saja. Kenapa bersama orang tuanya? Karena memang merekalah guru di rumah. Tidak perlu orang lain, cukup orang tuanya saja.
Anak jadi pinter, orang tua juga tambah pinter...
SO, masih pentingkah Bimbingan Belajar?
_ketika menulis ini, kami juga sebenarnya sedang bingung, bagaimana bimbel kami bisa membantu siswa - siswi bimbingan kami.
_heee
Jauh sebelum semester baru di kurikulum 2013, saya sempat bertanya sembari berkelakar dengan teman - teman saya, apakah penting les itu? Karena kebetulan kami melayani tambahan belajar untuk siswa SD dan SMP. SD kan sekarang tematik. Bagaimana ngelesnya??
Menarik sekali, saya sangat menunggu bagaimana evolusi dari rumah - rumah belajar yang besar menyikapi perubahan kurikulum ini. Karena otomatis, pembelajaran yang diamanatkan di kurikulum ini sangat berbeda. Siswa banyak bergerak, banyak mencari sendiri, menyimpulkan sendiri, dan menganalisis permasalah yang ada.
Sedangkan selama ini siswa duduk, menerima pelajaran, mengerjakan latihan, kemudian ulangan. Ya,,, urutannya kurang lebih seperti itu. Saya sangat menunggu di mana rumah belajar akan mengambil porsinya dalam urutan itu. Dengan pembelajaran tematik, otomatis mata pelajaran dihapuskan. Hanya muatannya yang tersisa. Itupun tergabung dan bersatu dengan muatan yang lain.
Sebagai contoh sederhana dari pembelajaran yang saya lakukan di kelas 5.
Saya memberikan bacaan tentang pentingnya air. Di sana tersurat apa saja fungsi air, apa yang terjadi jika air tidak ada, apa saja sumber air, bagaimana cara merawat sumber air agar tetap lestari, dan bagaimana cara menggunakan air secara bijak. Terlihat bukan, bahwa bacaan yang tadinya melulu bermuatan Bahasa Indonesia sudah saya gabungkan dengan muatan IPA.
Bagaimana menilainya?
Gampang....
Saya membuat beberapa pertanyaan tentang bacaan tersebut. Kemudian meminta anak menjawabnya dengan jawaban singkat, sesuai dengan isi bacaan. Ini saya lakukan untuk menilai kemampuan memahami isi teks bacaan [ Bahasa Indonesia ]. Secara tidak langsung, kemudian saya mengajak anak- anak memahami lagi isi teks bacaan tersebut. Saya kemudian meminta anak menulis di buku tulis catatan tematiknya. Saya hanya akan menulis pointernya saja.
Sumber Air
Fungsi Air
Cara Menjaga Sumber Air agar Tidak Tercemar
Cara Menggunakan Air Secara Bijak
(semuanya ada di bacaan) anak tinggal memindahkannya.
Kemudian, saya tambah satu pointer lagi.
Perilaku yang Dapat Merusak Kelestarian Sumber Air
Pointer terakhir ini saya minta siswa saya mendiskusikan dengan teman sekelompoknya.
Selesai... anak secara langsung mendapatkan muatan IPA di sini. Anak secara langsung juga mempunyai catatan tentang Air.
Belum selesai di situ, saya kemudian mengambil botol minum anak, saya tuang air dari botol tersebut ke dalam gelas yang saya siapkan. Pertama saya penuhi gelas saya dengan air secara pelan. Saya meminta anak menghitung dengan hitungan seperti pemanasan di olahraga.
Setelah penuh, saya kembalikan air ke dalam botol anak, kemudian saya ulangi kegiatan mengisi gelas dengan air, namun kali ini lebih cepat.
Masuklah saya pada muatan MATEMATIKA, yaitu tentang debit air.
Heee...
Itulah yang saya lakukan di pembelajaran.
Kemudian. di rumah belajar, dimana mereka bisa masuk?
apakah mengulang pembelajaran yang saya lakukan di sekolah?
Apakah itu akan efektif, mengingat, anak tidak akan setiap hari les sedangkan pembelajaran setiap hari selalu berlanjut?
Atau mereka hanya akan berlatih soal terus menerus setiap kali les? Padahal anak sudah punya khusus buku latihan soal dari sekolah.
Itu pikiran awam saya sich.
Memang seharusnya, anak itu selesai menyerap semua yang penting untuknya di sekolah. Setelah itu, di rumah, mereka mendapatkan PR yang sesuai. Mengerjakannya bersama orang tuanya saja. Kenapa bersama orang tuanya? Karena memang merekalah guru di rumah. Tidak perlu orang lain, cukup orang tuanya saja.
Anak jadi pinter, orang tua juga tambah pinter...
SO, masih pentingkah Bimbingan Belajar?
_ketika menulis ini, kami juga sebenarnya sedang bingung, bagaimana bimbel kami bisa membantu siswa - siswi bimbingan kami.
_heee
Jumat, September 26, 2014
Antara bahagia dan miris
"Pak, aku ntar ga ikut ekstra ya,,"
"Kenapa mas?
"Aku mau nonton bola di stadion"
"Waduh,, ntar gimana dong ekstranya?"
"Ga papa pak, cuma sekali ini"
Jawaban siswa ini sedikit membuat saya tercenung untuk sesaat. Begitu besarnya efek dari sepak bola terhadap seorang siswa. Berhenti di sini, sebagai seorang yang juga menggemari bola, saya bahagia. Alhamdulillah,, ternyata sekarang sepak bola adalah milik semua orang, minimal untuk anak - anak. Dan fenomena ini ternyata tidak hanya pada satu dua siswa, namun banyak siswa saya yang rela meninggalkan aktivitasnya sekian kali dalam satu bulan untuk menonton sepak bola di stadion.
Benar - benar sesuatu yang luar biasa untuk saya.
Kemudian obrolan kami berlanjut,
"Mas, apa yang paling menarik dari pertandingan sepak bola di stadion?"
"Rame pak, asyik. banyak temennya. Ya emang ga begitu jelas sich, tapi asyik kalau gol. Apalagi menang. pawainya rame."
"Pawai? Di jalan raya gitu?"
"Iya pak,, kayak kampanye"
"Enak ya, mas? Eh, mas kalau nonton bola sama siapa? Bapak ya?"
"Engga pak, sama temen, naek motor dia, asyik wis"
deg.. waduh.. dalam hati
"Emang temenmu anak SMA?"
"Iya pak, tetangga"
"Owh, kirain, temen seangkatan kamu... Terus, apa lagi yang enak kalau nonton bola di stadion?"
"Berantemnya pak!!!"
hahhh????
"Iya pak, asyik. Apalagi kalau tribun timur penuh. Tapi pas kalah, ya berantem jadinya."
"Asyiknya di mana mas kalau berantem gitu?"
"Yo asyik to pak, apalagi kalau sama *** (menyebutkan tim sekota kami). Belum apa – apa aja bisa berantem duluan.”
Walahhhh...
Rasanya seperti dibanting setelah dibumbungkan tinggi ke atas langit. Rasa senang yang begitu tinggi terhadap sepak bola langsung dibenamkan dalam – dalam oleh jawaban siswa saya ini.
Saya cuma bisa diam, percakapan kami langsung saya ganti dengan pelajaran lagi. Karena saya bingung, apa lagi yang harus saya katakan pada siswa saya ini.
Saya yakin, tujuan dari diadakannya sepak bola adalah rasa kagum saya atas jawaban siswa saya sebelum rasa kecewa saya atas jawaban siswa saya. Namun, mungkin inilah yang terjadi. Inilah kenyataannya.
Anak – anak kecil, dibonceng dengan membawa slayer, bendera yang bertiang bambu, tanpa helm, dan naik motor yang suaranya naudzubillahimindzalik kerasnya.
Anak – anak kecil, secara langsung melihat ketidakdewasaan orang – orang yang “tua” di sekitarnya. Tidak dewasa dalam menyikapi kekalahan. Tidak dewasa dalam melihat orang yang sudah terlanjur dicap “lawan”.
Anak – anak kecil, secara langsung melihat keasyikan dari kekerasan, yang lagi – lagi dilakukan oleh para orang “tua” yang sama sekali tidak ada contoh baik di dalamnya.
Mari, kalau kita memang orang “tua” yang ada di sekitar anak – anak itu, minimal....
Berikanlah contoh yang baik...
Bagiamana menyikapi kekalahan
Bagaimana menyikapi tidak terwujudnya keinginan
Bagaimana bersabar dalam menyikapi keadaan yang terjadi
Bagaimana bersikap dan mematuhi peraturan lalu lintas..
Dan banyak lagi sikap baik yang bisa kita berikan pada anak – anak di sekitar kita....
Anak – anak kita berhak mendapatkan contoh yang paling baik untuk mereka, bukan contoh yang baik menurut kita.
"Kenapa mas?
"Aku mau nonton bola di stadion"
"Waduh,, ntar gimana dong ekstranya?"
"Ga papa pak, cuma sekali ini"
Jawaban siswa ini sedikit membuat saya tercenung untuk sesaat. Begitu besarnya efek dari sepak bola terhadap seorang siswa. Berhenti di sini, sebagai seorang yang juga menggemari bola, saya bahagia. Alhamdulillah,, ternyata sekarang sepak bola adalah milik semua orang, minimal untuk anak - anak. Dan fenomena ini ternyata tidak hanya pada satu dua siswa, namun banyak siswa saya yang rela meninggalkan aktivitasnya sekian kali dalam satu bulan untuk menonton sepak bola di stadion.
Benar - benar sesuatu yang luar biasa untuk saya.
Kemudian obrolan kami berlanjut,
"Mas, apa yang paling menarik dari pertandingan sepak bola di stadion?"
"Rame pak, asyik. banyak temennya. Ya emang ga begitu jelas sich, tapi asyik kalau gol. Apalagi menang. pawainya rame."
"Pawai? Di jalan raya gitu?"
"Iya pak,, kayak kampanye"
"Enak ya, mas? Eh, mas kalau nonton bola sama siapa? Bapak ya?"
"Engga pak, sama temen, naek motor dia, asyik wis"
deg.. waduh.. dalam hati
"Emang temenmu anak SMA?"
"Iya pak, tetangga"
"Owh, kirain, temen seangkatan kamu... Terus, apa lagi yang enak kalau nonton bola di stadion?"
"Berantemnya pak!!!"
hahhh????
"Iya pak, asyik. Apalagi kalau tribun timur penuh. Tapi pas kalah, ya berantem jadinya."
"Asyiknya di mana mas kalau berantem gitu?"
"Yo asyik to pak, apalagi kalau sama *** (menyebutkan tim sekota kami). Belum apa – apa aja bisa berantem duluan.”
Walahhhh...
Rasanya seperti dibanting setelah dibumbungkan tinggi ke atas langit. Rasa senang yang begitu tinggi terhadap sepak bola langsung dibenamkan dalam – dalam oleh jawaban siswa saya ini.
Saya cuma bisa diam, percakapan kami langsung saya ganti dengan pelajaran lagi. Karena saya bingung, apa lagi yang harus saya katakan pada siswa saya ini.
Saya yakin, tujuan dari diadakannya sepak bola adalah rasa kagum saya atas jawaban siswa saya sebelum rasa kecewa saya atas jawaban siswa saya. Namun, mungkin inilah yang terjadi. Inilah kenyataannya.
Anak – anak kecil, dibonceng dengan membawa slayer, bendera yang bertiang bambu, tanpa helm, dan naik motor yang suaranya naudzubillahimindzalik kerasnya.
Anak – anak kecil, secara langsung melihat ketidakdewasaan orang – orang yang “tua” di sekitarnya. Tidak dewasa dalam menyikapi kekalahan. Tidak dewasa dalam melihat orang yang sudah terlanjur dicap “lawan”.
Anak – anak kecil, secara langsung melihat keasyikan dari kekerasan, yang lagi – lagi dilakukan oleh para orang “tua” yang sama sekali tidak ada contoh baik di dalamnya.
Mari, kalau kita memang orang “tua” yang ada di sekitar anak – anak itu, minimal....
Berikanlah contoh yang baik...
Bagiamana menyikapi kekalahan
Bagaimana menyikapi tidak terwujudnya keinginan
Bagaimana bersabar dalam menyikapi keadaan yang terjadi
Bagaimana bersikap dan mematuhi peraturan lalu lintas..
Dan banyak lagi sikap baik yang bisa kita berikan pada anak – anak di sekitar kita....
Anak – anak kita berhak mendapatkan contoh yang paling baik untuk mereka, bukan contoh yang baik menurut kita.
Minggu, Juli 27, 2014
Ashabul Kahfi
Saya sedang berusaha untuk menghafalkan surat ke 18 dalam Al Quran. Surat Al Kahfi. Semoga Allah meridhoi...
Di dalam surat ini, dijelaskan tentang cerita para pemuda sholeh yang mencoba menyelamatkan diri dari rajanya yang kejam.
Dari suatu sumber yang baik, dari salah seorang sahabat yang telah mengutip dari kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad. Beliau menjelaskan bahwa para pemuda tersebut berjumlah enam orang yang bernama Tamlikha, Miksalmina, Mikhaslimina, Martelius, Casitius dan Sidemius
Di dalam surat ini, dijelaskan tentang cerita para pemuda sholeh yang mencoba menyelamatkan diri dari rajanya yang kejam.
Dari suatu sumber yang baik, dari salah seorang sahabat yang telah mengutip dari kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad. Beliau menjelaskan bahwa para pemuda tersebut berjumlah enam orang yang bernama Tamlikha, Miksalmina, Mikhaslimina, Martelius, Casitius dan Sidemius
Selasa, Juli 22, 2014
Cerdas Cermat Anak Jenius_Catatan khusus kegiatan ramadhan SD Muhammadiyah Sleman
Begitu banyak piala yang berjejer di sekolah kami, sebuah rak besar hampir tidak cukup lagi untuk menampung semua piala prestasi siswa. Walhasil bagian atas lemari TU, ruang kepala sekolah, dan meja guru menjadi tempat mereka bersemayam. Semua itu adalah hasil kerja siswa - siswa yang berprestasi. ITU BENAR....
Jumat, Mei 09, 2014
Belajar mencari jaring - jaring bangun ruang
Beberapa waktu yang lalu saya mengajarkan kepada anak membuat jaring - jaring bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan milimeter blok. Hasilnya?
Lucu juga...
Anak - anak berkreasi sendiri
in foto - fotonya ....
modalnya murah...
semoga mampu menumbuhkan kreatifitas mencari jaring - jaring bangun ruang.
Lucu juga...
Anak - anak berkreasi sendiri
in foto - fotonya ....
modalnya murah...
semoga mampu menumbuhkan kreatifitas mencari jaring - jaring bangun ruang.
Minggu, Maret 30, 2014
Protes atas Bisingnya Kampanye
Beberapa hari terakhir hampir pasti, di semua daerah terdapat kegiatan "rakyat". Kegiatan ini hanya dilakukan 5 tahun sekali. Dan hanya dilakukan oleh orang - orang yang itu - itu saja.
Kenapa saya bilang seperti itu?
Ya, benar, kegiatan rakyat yang saya maksud adalah KAMPANYE....
Katanya,,,,
kampanye itu pestanya rakyat, padahal hanya sebagian orang saja yang berpesta, sedang yang lainnya harus menderita
kampanye itu adalah saatnya pemaparan visi misi para calon pemimpin padahal visi misi itu disampaikan pada orang - orang yang telinganya disumpal dengan kapas
kampanye itu adalah saatnya rakyat mengenal para calon wakilnya, padahal perkenalan itu diberikan langsung dengan cara yang aneh, ya aneh, tau sendiri lah....
bagi saya sendiri,
selama kampanye itu dilaksanakan di jalan, dengan cara yang urakan, bikin macet, bikin bising, maka nanti hasilnya adalah pemimpin yang menyelesaikan masalah negara dengan cara - cara urakan pula, membuat bising telinga rakyatnya dengan hal - hal yang negatif pula.
selama kampanye itu dilaksanakan oleh calon pemimpin dan massanya yang melanggar peraturan lalu lintas, jangan kaget ketika mereka ketika menjadi pemimpin akan melanggar peraturan.
selama kampanye itu dilaksanakan dengan menunjukkan arogansi, egois, dan kesewenang-wenangan terhadap orang lain, jangan harap seluruh rakyat akan menikmati pemerintahan dari pemimpin yang dihasilkan dari kampanye semacam itu.
selama kampanye itu hanya sebatas menunjukkan sebanyak apa massa yang ikut serta dalam iring-iringan rombongan konvoi, maka kita tinggal hitung berapa banyak pemimpin dan bawahannya menunjukkan tingkah laku buruknya secara "berjamaah".
untuk di jogja dan rumah saya di magelang...
pak, bu, calon pemimpin kami, tahukah ibu dan bapak bahwa...
selama bapak dan ibu berkampanye di jalan dengan teman-temanmu itu, anak-anak kami, para siswa kami, dan mungkin anak kalian juga..
sedang melaksanakan ulangan tengah semester...
sedang mempersiapkan untuk ujian nasional ....
sedang melebarkan telinga mereka untuk sekedar mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru mereka....
yang terganggu oleh suara knalpot "massa pendukungmu"....
seandainya mereka gagal nanti, kalian akan menyalahkan kami, mempertanyakan kinerja kami, padahal kalian sendiri tidak menghargai usaha dan tidak tahu derita yang dialami oleh anak - anak kalian...
haruskah kami, para guru, berjajar di tepi jalan dan membawa tulisan "Maaf, sedang ujian"???
buat apa?? toh, kalian sendiri sepertinya tidak memperdulikan apa yang sedang diusahakan oleh anak kalian sendiri..
massa mu itu...
belum tentu menemanimu ketika engkau sakit..
massa mu itu..
belum tentu datang ketika engkau dipanggil Allah...
dan doa massa mu itu...
belum tentu diterima doanya, jika mendoakanmu..
tapi ANAK MU....
pasti akan mengusahakan hadir dan merawatmu ketika engkau sakit,
pasti akan mengusahakan mengangkat kerandamu ke liang lahatmu...
pasti akan lebih diperhitungkan doanya oleh Allah...
pilihan seluruhnya ada di tangan kalian....
bersenang - senanglah sekarang dan bersedihlah suatu hari nanti,
atau perbaikilah langkah kalian untuk mendapatkan suatu yang baik suatu hari nanti,
Kenapa saya bilang seperti itu?
Ya, benar, kegiatan rakyat yang saya maksud adalah KAMPANYE....
Katanya,,,,
kampanye itu pestanya rakyat, padahal hanya sebagian orang saja yang berpesta, sedang yang lainnya harus menderita
kampanye itu adalah saatnya pemaparan visi misi para calon pemimpin padahal visi misi itu disampaikan pada orang - orang yang telinganya disumpal dengan kapas
kampanye itu adalah saatnya rakyat mengenal para calon wakilnya, padahal perkenalan itu diberikan langsung dengan cara yang aneh, ya aneh, tau sendiri lah....
bagi saya sendiri,
selama kampanye itu dilaksanakan di jalan, dengan cara yang urakan, bikin macet, bikin bising, maka nanti hasilnya adalah pemimpin yang menyelesaikan masalah negara dengan cara - cara urakan pula, membuat bising telinga rakyatnya dengan hal - hal yang negatif pula.
selama kampanye itu dilaksanakan oleh calon pemimpin dan massanya yang melanggar peraturan lalu lintas, jangan kaget ketika mereka ketika menjadi pemimpin akan melanggar peraturan.
selama kampanye itu dilaksanakan dengan menunjukkan arogansi, egois, dan kesewenang-wenangan terhadap orang lain, jangan harap seluruh rakyat akan menikmati pemerintahan dari pemimpin yang dihasilkan dari kampanye semacam itu.
selama kampanye itu hanya sebatas menunjukkan sebanyak apa massa yang ikut serta dalam iring-iringan rombongan konvoi, maka kita tinggal hitung berapa banyak pemimpin dan bawahannya menunjukkan tingkah laku buruknya secara "berjamaah".
untuk di jogja dan rumah saya di magelang...
pak, bu, calon pemimpin kami, tahukah ibu dan bapak bahwa...
selama bapak dan ibu berkampanye di jalan dengan teman-temanmu itu, anak-anak kami, para siswa kami, dan mungkin anak kalian juga..
sedang melaksanakan ulangan tengah semester...
sedang mempersiapkan untuk ujian nasional ....
sedang melebarkan telinga mereka untuk sekedar mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru mereka....
yang terganggu oleh suara knalpot "massa pendukungmu"....
seandainya mereka gagal nanti, kalian akan menyalahkan kami, mempertanyakan kinerja kami, padahal kalian sendiri tidak menghargai usaha dan tidak tahu derita yang dialami oleh anak - anak kalian...
haruskah kami, para guru, berjajar di tepi jalan dan membawa tulisan "Maaf, sedang ujian"???
buat apa?? toh, kalian sendiri sepertinya tidak memperdulikan apa yang sedang diusahakan oleh anak kalian sendiri..
massa mu itu...
belum tentu menemanimu ketika engkau sakit..
massa mu itu..
belum tentu datang ketika engkau dipanggil Allah...
dan doa massa mu itu...
belum tentu diterima doanya, jika mendoakanmu..
tapi ANAK MU....
pasti akan mengusahakan hadir dan merawatmu ketika engkau sakit,
pasti akan mengusahakan mengangkat kerandamu ke liang lahatmu...
pasti akan lebih diperhitungkan doanya oleh Allah...
pilihan seluruhnya ada di tangan kalian....
bersenang - senanglah sekarang dan bersedihlah suatu hari nanti,
atau perbaikilah langkah kalian untuk mendapatkan suatu yang baik suatu hari nanti,
Selasa, Maret 25, 2014
Soal Latihan Bahasa Jawa kelas 3
Materi : Wayang (Pandhawa dan Kurawa)
Soal - soal di bawah ini dapat dijadikan sebagai pertanyaan lisan (mencongak) untuk meningkatkan pengetahuan siswa kelas 3 dalam materi wayang, terutama Pandhawa dan Kurawa
Isinen ceceg - ceceg ing ngisor iki kanthi tembung kang trep!
Soal - soal di bawah ini dapat dijadikan sebagai pertanyaan lisan (mencongak) untuk meningkatkan pengetahuan siswa kelas 3 dalam materi wayang, terutama Pandhawa dan Kurawa
Isinen ceceg - ceceg ing ngisor iki kanthi tembung kang trep!
- Bapakne Pandhawa jenenge . . . . .
- Bapakne Pandhawa iku ratu ing . . . . .
- Pandhawa duwe ibu loro, yaiku . . . . . . lan . . . . .
- Ibune Bima yaiku . . . . .
- Ibune Nakula yaiku . . . . .
- Kasatriyane Puntadewa yaiku . . . . . .
- Dasanamane Puntadewa yaiku . . . . . .
- Kasatriyane Bima yaiku . . . . . .
- Dasanamane Bima yaiku . . . . . .
- Kasatriyane Janaka yaiku . . . . . .
- Dasanamane Janaka yaiku . . . . . .
- Kasatriyane Nakula yaiku . . . . . .
- Dasanamane Nakula yaiku . . . . . .
- Kasatriyane Sadewa yaiku . . . . . .
- Dasanamane Sadewa yaiku . . . . . . .
- Gamane Puntadewa yaiku . . . . .
- Gamane Bima yaiku . . . . .
- Gamane Janaka yaiku . . . . .
- Gamane Nakula lan Sadewa yaiku . . . . .
- Perange Pandhawa lan Kurawa diarani . . . . .
- Kurawa iku cacahe ana . . . . .
- Kurawa sing paling tuwo jenenge . . . ..
- Kurawa sing wedok dhewe jenenge . . . . .
- Bapakne Kurawa jenenge . . . . .
- Ibune Kurawa jenenge . . . . .
Minggu, Maret 09, 2014
Belajar sambil Lomba
Saya akan bercerita tentang beberapa kegiatan saya dan teman guru saya dalam menumbuhkan semangat siswa kami dalam belajar. Kami mendesain sebuah lomba tentang beberapa mata pelajaran untuk siswa kami. Pikiran awal kami apakah mungkin siswa yang "kurang" dapat ikut memeriahkan rencana acara kami tersebut. Namun live must go on, kami mencoba untuk meyakinkan diri kami bahwa acara kami bukan untuk siswa yang pintar saja.
Lomba yang kami adakan dalam bulan februari kemarin adalah :
Hasilnya, pada lomba pertama yang kami adakan memang diisi oleh siswa yang dalam kategori pintar. Namun setelah teman - teman yang lain ikut menjadi supporter untuk temannya sendiri, sepertinya tumbuh semangat dalam diri para supporter ini untuk ikut juga menjadi peserta lomba, bukan hanya jadi supporter. Hal ini terlihat dari lomba kedua yang pesertanya berubah. Banyak siswa yang menjadi peserta di lomba pertama tidak lolos babak pertama pada lomba kedua. dan seterusnya.
Kami melihat bahwa telah tumbuh semangat belajar yang lebih dari para siswa yang tadinya kurang pede, kurang paham materi, dan kurang berani tampil di depan.
Alhamudillah dalam hati kami,,
Kebetulan, dalam rangkaian lomba yang kami adakan memang terdapat babak penyisihan yang kemudian dilanjutkan dengan babak final. Kebetulan yang kedua, lomba yang kami adakan ada yang lomba beregu dan lomba individu. sehingga akan terlihat siswa yang minder dan siswa yang memang berani tampil. Siswa yang pintar memang tidak selalu berani tampil di depan siswa yang lain, sehingga terlihat jelas progres perkembangan keberanian siswa dalam hal tampil di depan siswa yang lain.
Rasa syukur kami bertambah ketika rangkaian lomba yang telah selesai "dirindukan" oleh para siswa. Siswa beberapa kali menanyakan ada lomba lagi atau tidak. Padahal lomba kami hanya memperebutkan piala kepala sekolah yang kategorinya murah, dan update di blog sekolah atas foto kemenangan mereka. Subhanallah, kami mungkin memang belum bisa menang jika kami bertanding dengan sekolah dari siswa dari sekolah yang lain, namun sungguh "antusias" siswa ini membuat kami sangat bersyukur.
Beberapa hal yang kemudian menjadi kesimpulan kami atas kegiatan kami :
Lomba yang kami adakan dalam bulan februari kemarin adalah :
- lomba cerdas cermat agama
- lomba cerdas cermat mata pelajaran
- lomba adzan
- lomba hafalan surat Al Quran
Hasilnya, pada lomba pertama yang kami adakan memang diisi oleh siswa yang dalam kategori pintar. Namun setelah teman - teman yang lain ikut menjadi supporter untuk temannya sendiri, sepertinya tumbuh semangat dalam diri para supporter ini untuk ikut juga menjadi peserta lomba, bukan hanya jadi supporter. Hal ini terlihat dari lomba kedua yang pesertanya berubah. Banyak siswa yang menjadi peserta di lomba pertama tidak lolos babak pertama pada lomba kedua. dan seterusnya.
Kami melihat bahwa telah tumbuh semangat belajar yang lebih dari para siswa yang tadinya kurang pede, kurang paham materi, dan kurang berani tampil di depan.
Alhamudillah dalam hati kami,,
Kebetulan, dalam rangkaian lomba yang kami adakan memang terdapat babak penyisihan yang kemudian dilanjutkan dengan babak final. Kebetulan yang kedua, lomba yang kami adakan ada yang lomba beregu dan lomba individu. sehingga akan terlihat siswa yang minder dan siswa yang memang berani tampil. Siswa yang pintar memang tidak selalu berani tampil di depan siswa yang lain, sehingga terlihat jelas progres perkembangan keberanian siswa dalam hal tampil di depan siswa yang lain.
Rasa syukur kami bertambah ketika rangkaian lomba yang telah selesai "dirindukan" oleh para siswa. Siswa beberapa kali menanyakan ada lomba lagi atau tidak. Padahal lomba kami hanya memperebutkan piala kepala sekolah yang kategorinya murah, dan update di blog sekolah atas foto kemenangan mereka. Subhanallah, kami mungkin memang belum bisa menang jika kami bertanding dengan sekolah dari siswa dari sekolah yang lain, namun sungguh "antusias" siswa ini membuat kami sangat bersyukur.
Beberapa hal yang kemudian menjadi kesimpulan kami atas kegiatan kami :
- Hal - hal baru dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan oleh siswa. Bahkan oleh gurunya sendiri. Kami berpendapat, bahwa jika memenuhi sebuah ember dengan satu kran terasa lama, kita harus mencari kran tambahan lain yang dapat mempercepat air dalam ember itu cepat penuh. Guru juga harus mampu berikhtiar seperti itu. Harus selalu ada cara - cara lain yang dapat membantu cara lama dalam mengajar.
- Siswa membutuhkan semangat berkompetisi. Jika memang belum dapat berkompetisi dengan sekolah lain, guru harus cerdas mencarikan lawan pertama bagi siswanya yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Seperti dengan melawan teman- temannya sendiri yang sudah setiap hari mereka temui, sehingga tidak muncul rasa canggung dalam diri siswa. Dengan harapan semangat dan rasa pede tersebut dapat terus terasah dalam berjalannya waktu.
- Hadiah sebenarnya tidak dibutuhkan siswa. Hadiah yang mahal pun terkadang tidak begitu bermanfaat bagi para siswa. Namuh hadiah berupa pengakuan dari para gurunya sendiri merupakan hadiah yang mungkin tidak terkira bagi para siswa.
Selasa, Februari 04, 2014
Soal Latihan CCA tingkat SD_2
Materi :
- Rukun iman
- Rukun Islam
- Siroh
- Pengetahuan umum agama
klik untuk soal selanjutnya
klik untuk soal selanjutnya
- Rukun iman
- Rukun Islam
- Siroh
- Pengetahuan umum agama
- Rukun iman ada . . .
- Rukun islam ada . . .
- Rukun iman yang kedua adalah iman kepada . . . .
- Rukun islam yang ketiga adalah . . . .
- Salah satu sifat wajib bagi nabi dan rasul adalah Fatonah, artinya . . . .
- Salah satu sifat wajib bagi nabi dan rasul adalah Shiddiq, artinya . . . .
- Salah satu sifat mustahil bagi nabi adalah Al Kidzib, yang artinya . . . .
- Salah satu sifat mustahil bagi nabi adalah Al Kiyanah, yang artinya . . . .
- Salah satu sifat mustahil bagi nabi adalah Al Kitman, yang artinya . . . .
- Salah satu sifat mustahil bagi nabi adalah Al Baladah, yang artinya . . . .
- Seorang manusia yang diberikan wahyu untuk disampaikan kepada orang lain disebut dengan . . . .
- Jumlah nabi yang harus diketahui oleh manusia adalah . . .
- Jumlah malaikat yang harus diketahui oleh manusia adalah . . . .
- Malaikat yang tugasnya mencabut nyawa adalah . . . .
- Malaikat yang tugasnya menulis amal yang jelek adalah . . . .
- Malaikat yang tugasnya menyampaikan wahyu kepada para nabi adalah . . . .
- Al Quran terdiri dari atas . . . . surat.
- Surat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad adalah surat . . . .
- Surat terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad adalah surat . . . .
- Surat pertama dalam Al Quran adalah . . . .
- Surat terakhir dalam Al Quran adalah . . . .
- Bacaan yang dibaca sebelum membaca Al Quran adalah bacaan . . . .
- Banyak ayat dari surat At Takatsur adalah . . . .
- Banyak ayat dari surat An Naba adalah . . . .
- Banyak ayat dari surat Al Lahab adalah . . . .
- Banyak ayat dari surat Al Adiyat adalah . . . .
- Banyak ayat dari surat Al Bayyinah adalah . . . .
- Jumlah kitab suci yang diturunkan Allah kepada para nabi berjumlah . . . .
- Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud adalah . . . .
- Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa adalah . . . .
- Kitab suci Taurat adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi . . . .
- Ibadah yang pertama kali akan dihisab di saat hari kiamat adalah . . . .
- Banyak rakaat sholat selama satu hari satu malam adalah . . . .
- Yang menjadi kiblat muslim ketika sholat adalah . . . .
- Sholat sunnah yang dilakukan untuk memohon petunjuk Allah agar dikeluarkan dari masalah yang dihadapi berupa dua pillihan yang berbeda adalah . . . .
- Sholat sunah yang dilakukan di setiap malam setelah sholat isya pada bulan ramadhan adalah . . . .
- Apabila terlupa bilangan sholat, atau rukun sholat, seseorang harus melakukan sujud . . . .
- Seorang makmum yang terlambat mengikuti takbiratul ikhram imam/terlambat disebut makmum . . . .
- Sholat yang dilakukan tanpa melakukan rukuk dan sujud adalah sholat . . . .
- Sholat penutup malam adalah nama lain dari sholat . . . .
- Nabi yang pertama bernama Nabi . . . .
- Nabi yang membuat kapal besar bernama Nabi . . . .
- Nabi yang mempunyai mukjizat mampu mengerti bahasa binatang adalah nabi . . . .
- Jumlah nabi yang bergelar Ulul Azmi adalah . . . .
- Nabi yang bergelar Ulul Azmi adalah . . . .
- Nabi yang bergelar Ulul Azmi dan mempunyai mukjizat dibakar tidak hangus adalah nabi . . . . (Ibrahim)
- Nama ibu dari nabi Ismail adalah . . . .
- Nama ibu dari nabi Isa adalah . . . .
- Idul Adha dan khitan adalah ibadah yang dilakukan pertama kali oleh nabi . . . .
- Malaikat diciptakan oleh Allah dari . . . .
- Setan diciptakan oleh Allah dari . . . .
- Nama raja yang menjadi musuh dari Nabi Musa adalah . . . .
- Nama raja yang menjadi musuh dari nabi Ibrahim adalah . . . .
- Iman kepada hari kiamat merupakan rukun iman yang ke . . . .
- Salah satu cara agar dapat menyucikan hadast kecil adalah . . . .
- Cara menyucikan hadast besar adalah . . . .
- Salah satu rukun wudhu adalah . . . .
- Salah satu hal yang membatalkan wudhu adalah . . . .
- Cara menyucikan hadast kecil selain wudhu adalah . . . .
- Perbedaan adzan di waktu sholat selain subuh dan sholat subuh adalah pada bacaan . . . .
- Sahabat nabi yang pertama kali mengumandangkan adzan adalah . . . .
- Khulafaurrasyidin yang menikahi dua putri nabi adalah . . . .
- Perpindahan nabi dari Makkah menuju Madinah disebut dengan . . . .
- Sahabat nabi yang ikut berpindah dari makkah menuju madinah bersama dengan Nabi Muhammad SAW disebut dengan sahabat . . . .
- Sahabat nabi yang menyambut nabi di madinah disebut dengan sahabat . . . .
- Salah satu panglima perang di masa Nabi Muhammad yang terkenal dengan pembakaran kapal perangnya ketika menyerang romawi adalah . . . .
- Sahabat – sahabat nabi yang pertama kali masuk Islam disebut . . . .
- Kaum yang mempunyai ciri jika berkata berdusta, jika dipercaya berkhianat disebut dengan . . .
- Orang yang keluar dari Islam disebut . . . .
- Kejadian atau sesuatu yang luar biasa yang diberikan Allah kepada para Nabi disebut dengan . . . . .
- Tempat yang penuh dengan nikmat dan disediakan untuk tempat tinggal yang kekal bagi orang yang beriman disebut dengan . . . .
- Orang yang berhak menerima zakat disebut . . . .
- Orang yang baru saja masuk islam disebut . . . .
- Orang yang mengumandangkan adzan disebut . . . .
- Nama istri pertama nabi Muhammad adalah . . . .
- Nama istri nabi yang merupakan putri dari Abu Bakar Ash Shiddiq adalah . . . .
- Nama paman Nabi Muhammad yang membantu perjuangan Nabi Muhammad namun meninggal dalam keadaan kafir adalah . . . .
- Penanggalan berdasarkan tahun hijrah Nabi disebut penanggalan . . . .
- Idul Fitri dalam penanggalan Islam terletak di bulan . . . .
- Idul Adha dalam penanggalan Islam terletak di bulan . . . .
klik untuk soal selanjutnya
klik untuk soal selanjutnya
Jumat, Januari 24, 2014
Melawan Keterbatasan Sarana dan Prasarana dengan Kreativitas
Banyak orang yang bergantung kepada sarana dan prasarana yang ada di sekitarnya untuk membuat sesuatu. Hal serupa juga terjadi pada beberapa guru yang saya kenal. Walaupun mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi, namun hal tersebut agak mengganjal di hati ini. Karena, tidak ada kata tidak bisa jika kita bisa kreatif.
Contohnya :
Guru yang belum mempunyai komputer biasanya tidak membuat soal atau bahan ajar dengan berbantuan komputer, padahal sebenarnya bisa menulisnya dengan tulisan tangan kemudian dirental untuk diketikkan.Terkadang guru yang tidak punya komputer ini juga berdalih tidak bisa, padahal sebenarnya sudah banyak terdapat tempat pelatihan/kursus komputer. Hanya saja dia diam, dan tidak mau menambah "kapasitas" nya.
Sebenarnya ada salah satu hal yang bisa menutup segala "alasan" keterbatasan sarana dan prasarana tersebut. Hal tersebut adalah "Kreativitas". Dengan kreativitas seseorang tidak hanya tergantung pada satu cara, namun berusaha mencari cara yang lain yang mempunyai hasil minimal sama dengan cara yang ada.
Dengan kreativitas sebenarnya orang juga mampu mengalahkan alat apapun yang telah ada atau belum ada, karena sebenarnya alat yang telah ada sekarang adalah buah dari kreativitas orang terdahulu yang mempunyai problem sama dengan orang sekarang yaitu ketiadaan sarana.
Namun orang terdahulu mampu berkarya, kita sekarang tinggal menikmati hasil karya mereka. Benar kan?
Yuk, mari kita tidak hanya mampu untuk membeli, menikmati, dan menggunakan.
Tapi marilah jadi pribadi yang mampu membuat, mengkreasi, dan mewujudkan.
Apapun itu! Seperti apapun itu!
Asalkan mendatangkan manfaat bagi diri sendiri khususnya untuk orang lain.
Contohnya :
Guru yang belum mempunyai komputer biasanya tidak membuat soal atau bahan ajar dengan berbantuan komputer, padahal sebenarnya bisa menulisnya dengan tulisan tangan kemudian dirental untuk diketikkan.Terkadang guru yang tidak punya komputer ini juga berdalih tidak bisa, padahal sebenarnya sudah banyak terdapat tempat pelatihan/kursus komputer. Hanya saja dia diam, dan tidak mau menambah "kapasitas" nya.
Sebenarnya ada salah satu hal yang bisa menutup segala "alasan" keterbatasan sarana dan prasarana tersebut. Hal tersebut adalah "Kreativitas". Dengan kreativitas seseorang tidak hanya tergantung pada satu cara, namun berusaha mencari cara yang lain yang mempunyai hasil minimal sama dengan cara yang ada.
Dengan kreativitas sebenarnya orang juga mampu mengalahkan alat apapun yang telah ada atau belum ada, karena sebenarnya alat yang telah ada sekarang adalah buah dari kreativitas orang terdahulu yang mempunyai problem sama dengan orang sekarang yaitu ketiadaan sarana.
Namun orang terdahulu mampu berkarya, kita sekarang tinggal menikmati hasil karya mereka. Benar kan?
Yuk, mari kita tidak hanya mampu untuk membeli, menikmati, dan menggunakan.
Tapi marilah jadi pribadi yang mampu membuat, mengkreasi, dan mewujudkan.
Apapun itu! Seperti apapun itu!
Asalkan mendatangkan manfaat bagi diri sendiri khususnya untuk orang lain.
Format Raport (Laporan Hasil Belajar) Siswa yang Baik_menurut saya
Setiap semester, di setiap tahun ajaran selalu diadakan serah terima laporan hasil belajar siswa (raport) kepada wali murid. Setiap kali itu dilakukan, orang tua wali murid disuguhkan deretan angka dan catatan-catatan penting tentang sikap dan prestasi putra-putrinya. Wali kelas juga kemudian memberikan masukan, komentar, kritik, dan motivasi kepada wali murid yang tujuannya untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya.
Kalau saya boleh bertanya, apa sich pentingnya raport?
Apa gunanya deretan angka yang ada di raport itu?
Apa pula guna diberikan rangking di baris terbawah dari kolom-kolom yang disusun rapi itu?
Saya agak sependapat dengan nafas yang diusung oleh kurikulum 2013.
Siswa harus dihargai setiap proses belajarnya. Baik kognitif, psikomotor atau afektifnya.
Siswa tidak boleh dibanding-bandingkan dengan siswa yang lain.
Kita harus menghargai perkembangan yang telah dicapai oleh siswa tersebut.
Saya sepakat dengan diadakannya raport deskriptif, raport ini memberikan ruang kepada wali murid untuk memberikan laporan yang lebih "utuh" kepada wali murid tentang putra-putrinya, dibandingkan dengan hanya memberikan dua buah angka dan cara membacanya di kolom sebelahnya.
Penulisan deskripsi pun ada pedomannya. Harus sangat diusahakan bahwa deskripsi yang diberikan bersifat motivasi, kemudian saran untuk semester berikutnya.
Deskripsi tentang hal - hal yang bersifat negatif atau kurang baik, sebaiknya dilaporkan kepada orang tua wali dengan langsung atau tertulis tapi terpisah dengan raport untuk siswa.
Jadi seperti ada dua raport, raport untuk siswa dan raport untuk wali murid.
Dalam raport untuk wali murid itulah mungkin dicantumkan beberapa laporan yang nyata berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa yang kurang baik. Namun jangan lupa, tetap harus mencantumkan saran dan motivasi untuk menyelesaikan itu semua.
Sebenarnya ada raport yang lebih baik, yaitu raport harian, mingguan, atau bulanan. Bentuknya bisa sederhana saja, hanya satu lembar mungkin, hanya satu sms mungkin, (adakan kesepakatan terlebih dahulu dengan wali murid) sehingga wali murid dapat memantau apa yang menjadi masalah bagi putra-putrinya. Gurupun juga bisa lebih bebas memberikan masukan. Masukan yang diberikan gurupun juga lebih mengena,karena mungkin masalah yang dihadapi siswa setiap waktu akan berubah-ubah.
Saya sudah mencoba menerapkan, walaupun tidak sempurna, hehee
Hasilnya, komunikasi yang lebih baik antara saya dan wali murid terjalin sudah.
Sekarang, tinggal menjaga dan melebarkan sayap komunikasi tersebut.
Kalau saya boleh bertanya, apa sich pentingnya raport?
Apa gunanya deretan angka yang ada di raport itu?
Apa pula guna diberikan rangking di baris terbawah dari kolom-kolom yang disusun rapi itu?
Saya agak sependapat dengan nafas yang diusung oleh kurikulum 2013.
Siswa harus dihargai setiap proses belajarnya. Baik kognitif, psikomotor atau afektifnya.
Siswa tidak boleh dibanding-bandingkan dengan siswa yang lain.
Kita harus menghargai perkembangan yang telah dicapai oleh siswa tersebut.
Saya sepakat dengan diadakannya raport deskriptif, raport ini memberikan ruang kepada wali murid untuk memberikan laporan yang lebih "utuh" kepada wali murid tentang putra-putrinya, dibandingkan dengan hanya memberikan dua buah angka dan cara membacanya di kolom sebelahnya.
Penulisan deskripsi pun ada pedomannya. Harus sangat diusahakan bahwa deskripsi yang diberikan bersifat motivasi, kemudian saran untuk semester berikutnya.
Deskripsi tentang hal - hal yang bersifat negatif atau kurang baik, sebaiknya dilaporkan kepada orang tua wali dengan langsung atau tertulis tapi terpisah dengan raport untuk siswa.
Jadi seperti ada dua raport, raport untuk siswa dan raport untuk wali murid.
Dalam raport untuk wali murid itulah mungkin dicantumkan beberapa laporan yang nyata berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa yang kurang baik. Namun jangan lupa, tetap harus mencantumkan saran dan motivasi untuk menyelesaikan itu semua.
Sebenarnya ada raport yang lebih baik, yaitu raport harian, mingguan, atau bulanan. Bentuknya bisa sederhana saja, hanya satu lembar mungkin, hanya satu sms mungkin, (adakan kesepakatan terlebih dahulu dengan wali murid) sehingga wali murid dapat memantau apa yang menjadi masalah bagi putra-putrinya. Gurupun juga bisa lebih bebas memberikan masukan. Masukan yang diberikan gurupun juga lebih mengena,karena mungkin masalah yang dihadapi siswa setiap waktu akan berubah-ubah.
Saya sudah mencoba menerapkan, walaupun tidak sempurna, hehee
Hasilnya, komunikasi yang lebih baik antara saya dan wali murid terjalin sudah.
Sekarang, tinggal menjaga dan melebarkan sayap komunikasi tersebut.
Selasa, Januari 21, 2014
5 Rukun Nikah
Salah satu hal yang saya dapatkan ketika saya ke Jakarta untuk menghadiri pernikahan salah seorang teman saya pada akhir tahun kemarin adalah pengetahuan tentang rukun nikah. Hal inilah yang kemudian menjadi kelakar di antara kami yang berangkat ke Jakarta waktu itu. Hal yang saya dapatkan adalah 5 RUKUN NIKAH.
Sebelum proses ijab kabul, penghulu menyebutkan rukun nikah tersebut, yaitu :
1. Ada pengantin pria
2. Ada pengantin wanita
3. Ada wali nikah
4. Ada dua saksi
5. Ada ijab kabul
Yang menjadi kelakar kami adalah di mana letak dan pentingnya prosesi resepsi pernikahan?
Resepsi pernikahan itu sebenarnya hanyalah budaya saja. Ada atau tidaknya, tidak berpengaruh pada sah atau tidaknya proses pernikahan. Benar kan?
Padahal hal itu lah yang "terkesan" menjadi hal yang wajib di pernikahan di tempat kami.
Apa buktinya?
nih....
Undangan Walimatul Ursy yang diberikan pun biasanya hanya meminta orang untuk datang pada saat resepsi, bukan pada saat ijab kabul. Padahal proses ijab kabul adalah proses yang disaksikan oleh ribuan malaikat. Bahkan saat itu adalah waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa.
Ada pepatah yang kemudian saya rasakan benar bahwa pasangan pengantin itu hanya menjadi "Raja dan Ratu Sehari". Ya, mereka hanya menjadi orang yang dielu-elukan hanya di hari itu. Hari - hari berikutnya? Entahlah ....
Resepsi pernikahan lebih terlihat sebagai sebuah budaya hedonisme. Budaya yang sangat dibenci oleh Allah. Biasanya resepsi pernikahan berisi nyanyi - nyanyian, terkadang dengan busana penyanyi yang agak kurang baik.
Biasanya resepsi pernikahan juga lebih terkesan menghambur - hamburkan uang.
Benar atau tidaknya, wallahualam bisshowab....
Sebelum proses ijab kabul, penghulu menyebutkan rukun nikah tersebut, yaitu :
1. Ada pengantin pria
2. Ada pengantin wanita
3. Ada wali nikah
4. Ada dua saksi
5. Ada ijab kabul
Yang menjadi kelakar kami adalah di mana letak dan pentingnya prosesi resepsi pernikahan?
Resepsi pernikahan itu sebenarnya hanyalah budaya saja. Ada atau tidaknya, tidak berpengaruh pada sah atau tidaknya proses pernikahan. Benar kan?
Padahal hal itu lah yang "terkesan" menjadi hal yang wajib di pernikahan di tempat kami.
Apa buktinya?
nih....
Undangan Walimatul Ursy yang diberikan pun biasanya hanya meminta orang untuk datang pada saat resepsi, bukan pada saat ijab kabul. Padahal proses ijab kabul adalah proses yang disaksikan oleh ribuan malaikat. Bahkan saat itu adalah waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa.
Ada pepatah yang kemudian saya rasakan benar bahwa pasangan pengantin itu hanya menjadi "Raja dan Ratu Sehari". Ya, mereka hanya menjadi orang yang dielu-elukan hanya di hari itu. Hari - hari berikutnya? Entahlah ....
Resepsi pernikahan lebih terlihat sebagai sebuah budaya hedonisme. Budaya yang sangat dibenci oleh Allah. Biasanya resepsi pernikahan berisi nyanyi - nyanyian, terkadang dengan busana penyanyi yang agak kurang baik.
Biasanya resepsi pernikahan juga lebih terkesan menghambur - hamburkan uang.
Benar atau tidaknya, wallahualam bisshowab....
Pandhawa dan Kurawa
Pengalaman pertama saya sebagai guru bahasa Jawa menyebabkan saya harus belajar sangat banyak sebagai bekal untuk mengajar di tahun ini. Didaulat untuk mengajarkan bahasa Jawa di kelas 3 saya harus memperbaiki kosa kata bahasa jawa saya. Itu yang paling penting. Di samping saya juga harus beralih dari pengajaran yang berorientasi pada jawaban tunggal menjadi jawaban yang lumayan luas. Saya juga harus belajar bercerita dalam bahasa Jawa. Nah, ini yang paling sulit. Apalagi seperti yang saya harus lakukan minggu kemarin.
Saya harus bercerita tentang asal - usul Pandhawa dan Kurawa. Wahh, parah. Banyak yang harus saya baca. Nih, saya kasih ringkasan hasil belajar saya tentang Pandhawa dan Kurawa.
Cerita tentang Pandhawa dan Kurawa dimulai dari kakek mereka, Begawan Abiyasa. Begawan Abiyasa mempunyai dua anak, yaitu Destarata dan Pandhu Dewanata. Destarata terlahir dalam keadaan buta. Sedangkan pada saat itu harus segera ditentukan siapa yang meneruskan tahta kerajaan Astina. Karena Destarata mempunyai kekurangan, maka Pandhu didaulat untuk meneruskan tahta. Masalah dimulai dari sini, pada saat ditunjuk menjadi raja Pandhu masih terlalu muda. Sehingga untuk sementara Destarata diminta menggantikan sebagai raja sampai Pandhu cukup umur.
Ketika Pandhu sudah cukup umur, ternyata Destarata tidak mau menyerahkan tahta kepada Pandhu Dewanata. Pada saat itu Pandhu sudah mempunyai lima anak dari dua istrinya. Dari Dewi Kunthi putra Pandhu adalah Yudhistira (Puntadewa), Bima (Werkudara), dan Janaka (Arjuna); dari Dewi Madrim putra Pandhu adalah Nakula dan Sadewa (kembar). Sedangkan Destarata sudah mempunyai anak yang berjumlah 100 yang dikenal dengan nama Kurawa dengan Suyudana sebagai anak pertamanya.
Gambaran umum untuk Pandhawa :
Saya harus bercerita tentang asal - usul Pandhawa dan Kurawa. Wahh, parah. Banyak yang harus saya baca. Nih, saya kasih ringkasan hasil belajar saya tentang Pandhawa dan Kurawa.
Cerita tentang Pandhawa dan Kurawa dimulai dari kakek mereka, Begawan Abiyasa. Begawan Abiyasa mempunyai dua anak, yaitu Destarata dan Pandhu Dewanata. Destarata terlahir dalam keadaan buta. Sedangkan pada saat itu harus segera ditentukan siapa yang meneruskan tahta kerajaan Astina. Karena Destarata mempunyai kekurangan, maka Pandhu didaulat untuk meneruskan tahta. Masalah dimulai dari sini, pada saat ditunjuk menjadi raja Pandhu masih terlalu muda. Sehingga untuk sementara Destarata diminta menggantikan sebagai raja sampai Pandhu cukup umur.
Ketika Pandhu sudah cukup umur, ternyata Destarata tidak mau menyerahkan tahta kepada Pandhu Dewanata. Pada saat itu Pandhu sudah mempunyai lima anak dari dua istrinya. Dari Dewi Kunthi putra Pandhu adalah Yudhistira (Puntadewa), Bima (Werkudara), dan Janaka (Arjuna); dari Dewi Madrim putra Pandhu adalah Nakula dan Sadewa (kembar). Sedangkan Destarata sudah mempunyai anak yang berjumlah 100 yang dikenal dengan nama Kurawa dengan Suyudana sebagai anak pertamanya.
Gambaran umum untuk Pandhawa :
Nama | Kerajaan | Istri | Senjata |
Yudhistira | Amarta | Dewi Rahina | Jimat Kalimasada |
Bima | Jodhipati | Dewi Arimbi, Dewi Urang Ayu, dan Dewi Nagagini | Gada Rujakpala, Kuku Pancanaka |
Janaka | Manthili | Ada 14, beberapa di antaranya adalah Dewi Srikandi, Dewi Larasati, Dewi Ratri dan Dewi Wara Sumbadra | Panah Pasopati, Keris Pulanggeni |
Nakula | Gembiratalun | Dewi | Senjata |
Sadewa | Sawojajar | Istri | Senjata |
Itu baru sedikit, karena keterbatasan waktu, nanti disambung di pos berikutnya...
terima kasih
Sabtu, Januari 18, 2014
Nasihat untuk pasangan pengantin baru
Hari ini salah seorang teman saya mengundurkan diri karena harus bersatu dengan istri di tempat kerja yang baru. Di dalam perpisahan yang diadakan di sebuah rumah makan, sesepuh kami memberikan nasihat untuk beliau berdua. Nasihat ini menarik untuk saya pribadi, mungkin juga menarik untuk orang lain. Beliau berkata :
"Pasangan pengantin baru itu, harus melaksanakan 5 M. Agar pernikahannya menjadi barokah mawaddah dan warrohmah.
M yang pertama adalah Manembah (bahasa jawa) artinya Menyembah. Maksudnya adalah pasangan ini harus lebih meningkatkan ibadahnya ketika setelah menikah. Harus terlihat progress peningkatannya, antara sebelum menikah dan sesudah menikah. Kenapa? karena Allah telah memberikan rizky yang tidak terkira berupa pasangan hidup. Maka sudah seharusnya kalau lebih dekat denganNya. Intinya suami harus mengingatkan istri berkaitan dengan ibadahnya, begitupula istri harus mengingatkan suami berkaitan dengan ibadahnya.
M yang kedua adalah Manunggal artinya Menyatu. Maksudnya adalah pasangan pengantin baru harus menyatu dalam hati, perilaku, dan jasmani. Memang menikah itu artinya bersatu. Namun tidak hanya jasmani saja yang harus bersatu, namun hati dan perilaku harus menyatu. Jangan sampai terdapat perbedaan antara kata hati dan perilaku. Suami harus bisa memberikan teladan bagi istri sedangkan istri harus mampu jadi pengingat dan penyemangat bagi sang suami.
M yang ketiga adalah Makarya artinya Bekerja. Maksudnya adalah pasangan pengantin baru harus bekerja. Seorang laki-laki yang berniat untuk menikah harus siap bekerja untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarganya. Seorang istri pun diperbolehkan untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Walaupun fitrah seorang istri adalah untuk mengatur rumah tangga.
M yang keempat adalah Mandiri. Maksudnya, pasangan pengantin baru memang lebih baik untuk mandiri secara utuh. Baik secara finansial maupun secara jasmani. Sebuah keluarga baru sangat membutuhkan kesempatan untuk mandiri agar keluarga baru ini menjadi keluarga yang tahan banting dan mampu menyelesaikan berbagai masalah. Memang "Anak pohon pisang tidak akan tumbuh besar dan berbuah secara maksimal jika masih jadi satu dengan induknya".
M yang terakhir adalah Mamemangun artinya Membangun. Pasangan pengantin baru haruslah membangun kerajaannya sendiri. Membangun kejayaannya sendiri. Sebagai salah satu cara untuk menjadi salah satu cara mengharumkan nama orang tua yang telah mendidik dari kecil.
Itulah nasihat yang disampaikan kepada kami pada acara perpisahan teman kami,
"Pasangan pengantin baru itu, harus melaksanakan 5 M. Agar pernikahannya menjadi barokah mawaddah dan warrohmah.
M yang pertama adalah Manembah (bahasa jawa) artinya Menyembah. Maksudnya adalah pasangan ini harus lebih meningkatkan ibadahnya ketika setelah menikah. Harus terlihat progress peningkatannya, antara sebelum menikah dan sesudah menikah. Kenapa? karena Allah telah memberikan rizky yang tidak terkira berupa pasangan hidup. Maka sudah seharusnya kalau lebih dekat denganNya. Intinya suami harus mengingatkan istri berkaitan dengan ibadahnya, begitupula istri harus mengingatkan suami berkaitan dengan ibadahnya.
M yang kedua adalah Manunggal artinya Menyatu. Maksudnya adalah pasangan pengantin baru harus menyatu dalam hati, perilaku, dan jasmani. Memang menikah itu artinya bersatu. Namun tidak hanya jasmani saja yang harus bersatu, namun hati dan perilaku harus menyatu. Jangan sampai terdapat perbedaan antara kata hati dan perilaku. Suami harus bisa memberikan teladan bagi istri sedangkan istri harus mampu jadi pengingat dan penyemangat bagi sang suami.
M yang ketiga adalah Makarya artinya Bekerja. Maksudnya adalah pasangan pengantin baru harus bekerja. Seorang laki-laki yang berniat untuk menikah harus siap bekerja untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarganya. Seorang istri pun diperbolehkan untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Walaupun fitrah seorang istri adalah untuk mengatur rumah tangga.
M yang keempat adalah Mandiri. Maksudnya, pasangan pengantin baru memang lebih baik untuk mandiri secara utuh. Baik secara finansial maupun secara jasmani. Sebuah keluarga baru sangat membutuhkan kesempatan untuk mandiri agar keluarga baru ini menjadi keluarga yang tahan banting dan mampu menyelesaikan berbagai masalah. Memang "Anak pohon pisang tidak akan tumbuh besar dan berbuah secara maksimal jika masih jadi satu dengan induknya".
M yang terakhir adalah Mamemangun artinya Membangun. Pasangan pengantin baru haruslah membangun kerajaannya sendiri. Membangun kejayaannya sendiri. Sebagai salah satu cara untuk menjadi salah satu cara mengharumkan nama orang tua yang telah mendidik dari kecil.
Itulah nasihat yang disampaikan kepada kami pada acara perpisahan teman kami,
Minggu, Januari 05, 2014
Kejar Prestasi atau Lengkapi Kompetensi Diniyah Siswa
Fokus untuk mencetak prestasi atau melengkapi kompetensi diniyah siswa. Setidaknya dua hal ini lah yang menjadi target terbesar dalam setiap tahun ajaran di sekolah yang berbasis agama. Seperti yang diketahui bersama, untuk sekolah swasta prestasi merupakan daya tarik utama bagi orang tua wali murid baru di awal tahun ajaran. Sekolah swasta yang tidak memiliki prestasi baik tentunya akan membuat orang tua wali enggan mendaftarkan putra-putrinya untuk menuntut ilmu di sekolah tersebut. Prestasi yang paling mudah dilihat adalah dari kejuaraan dan nilai prestasi pada saat UN. Dua event inilah yang biasanya menjadi tolok ukur orang tua wali dalam menentukan kualitas sebuah sekolah secara umum. Hal ini berdasarkan pengamatan saya dalam mengajar di sekolah swasta yang berbasis agama.
Memang sangat terasa, kegiatan yang berkaitan dengan kognitif siswa sangat berperan untuk meningkatkan "kualitas" sekolah swasta. Karena memang sekolah swasta "hidup" dari orang tua wali. Ketika ditinggalkan oleh orang tua wali, maka sebuah sekolah swasta tinggal menunggu detik-detik akhir dalam kemundurannya. Hal ini lebih terlihat untuk tingkat SD, seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk tingkat SD terdapat dana BOS yang mengcover hampir seluruh pembiayaan di sebuah sekolah negeri sehingga siswa tidak mengeluarkan biaya untuk operasional dalam bersekolah. SPP, buku, seragam, sarpras, hampir semua mendapatkan porsi bantuan dari pemerintah. Hal ini sangat kontras untuk SD Swasta. SD Swasta harus berjibaku mencari siswa untuk tetap bertahan. Salah satu yang dilakukan adalah meraih prestasi setinggi-tingginya dalam setiap event kejuaraan dan mendapatkan nilai terbaik dalam ujian nasional.
Namun, segala usaha yang telah dilakukan oleh SD Swasta dalam mengejar prestasi harus diimbangi dengan usaha untuk melengkapi kompetensi diniyah siswa. Kompetensi diniyah inilah yang menjadi harapan terbesar wali murid untuk bisa ditanamkan kepada putra-putri mereka semenjak dini. Secara kasar, wali murid menyerahkan penanaman kompetensi diniyah putra-putri mereka kepada sekolah, dalam hal ini SD Swasta yang berbasis agama. Sungguh ini merupakan tanggung jawab yang besar. Dengan ranah yang sangat luas, bekal kompetensi diniyah siswa yang heterogen, feedback orang tua yang berbeda, dan daya serap siswa yang berbeda, penanaman kompetensi diniyah ini menjadi hal yang cukup berat untuk sekolah dan guru pengajar. Target demi target yang dicanangkan oleh sekolah yang kemudian diamini oleh wali murid sebagai standard minimal harus dicapai di setiap semesternya. Target minimal kompetensi diniyah siswa adalah lancar membaca Al Quran. Berbagai kendala yang dihadapi oleh sekolah dan pengajar dalam mencapai segala target yang telah direncanakan semoga menjadi amal ibadah yang baik dan menjadikan tabungan untuk mencapai surga Allah.
Aamiin
_hasil observasi di SD Muhammadiyah Sleman
Aamiin
_hasil observasi di SD Muhammadiyah Sleman
Kamis, Januari 02, 2014
[Hadist] Lima Perkara Sebelum Lima Perkara
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
(HR. Al Hakim)
Beberapa bulan ini, saya mencari tentang hadist ini, akhirnya ketemu juga.
Hadist ini sudah lama ingin saya miliki drafnya, karena memang bagus dan sangat inspiratif untuk saya. Pertama kali saya mendengar arti hadist ini dari salah satu grup nasyid, RAIHAN.
Artinya kurang lebih seperti ini :
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara:
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits shahih)
Saya kemudian ingat sebuah pertanyaan dari seorang bijak,
"Apa yang paling jauh dari kita?"
jawabannya : waktu
"Apa yang paling dekat dengan kita?"
jawabannya : kematian
Kandungannya saya kira sama dengan hadist di atas, bahwa kita harus memanfaatkan waktu yang masih diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Tidak akan bisa kita memutar kembali waktu yang telah terlewat, dan tidak akan pernah bisa kita menunda kematian yang akan datang menjemput kita.
Sebelum penyesalan menghampiri kita, marilah kita bersama-sama bergerak menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih baik dalam memanfaatkan waktu dan lebih baik dalam menanti kematian.
(HR. Al Hakim)
Beberapa bulan ini, saya mencari tentang hadist ini, akhirnya ketemu juga.
Hadist ini sudah lama ingin saya miliki drafnya, karena memang bagus dan sangat inspiratif untuk saya. Pertama kali saya mendengar arti hadist ini dari salah satu grup nasyid, RAIHAN.
Artinya kurang lebih seperti ini :
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara:
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits shahih)
Saya kemudian ingat sebuah pertanyaan dari seorang bijak,
"Apa yang paling jauh dari kita?"
jawabannya : waktu
"Apa yang paling dekat dengan kita?"
jawabannya : kematian
Kandungannya saya kira sama dengan hadist di atas, bahwa kita harus memanfaatkan waktu yang masih diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Tidak akan bisa kita memutar kembali waktu yang telah terlewat, dan tidak akan pernah bisa kita menunda kematian yang akan datang menjemput kita.
Sebelum penyesalan menghampiri kita, marilah kita bersama-sama bergerak menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih baik dalam memanfaatkan waktu dan lebih baik dalam menanti kematian.
Plat Nomor Pejabat Indonesia
Jujur sich, penasaran sama plat pejabat ini dah lama, karena kebetulan kosku deket sama mantan Mendiknas Bapak Bambang Sudibyo. Beliau pada saat menjabat selalu menggunakan mobil berplat khusus RI 31. Emang itu khusus buat Mendiknas sich. Selama hampir 8 tahun di Jogja, emang banyak banget pejabat yang mampir di Jogja, dengan mobil-mobilnya. Jadi pengen tahu platnya siapa sich yang lewat, gitu...
Nih, plat khusus pejabat di Indonesia...
RI - 1 Presiden Republik Indonesia
RI - 2 Wakil Presiden Republik Indonesia
RI - 3 Istri Presiden Republik Indonesia
RI - 4 Istri Wakil Presiden Republik Indonesia
RI - 5 Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
RI - 6 Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
RI - 7 Ketua Dewan Perwakilan Daerah
RI - 8 Ketua Mahkamah Agung
RI - 9 Ketua Mahkamah Konstitusi
RI - 10 Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
RI - 11 Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
RI - 12 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
RI - 13 Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
RI - 14 Menteri Sekretaris Negara
RI - 15 Menteri Sekretaris Kabinet
RI - 16 Menteri Dalam Negeri
RI - 17 Menteri Luar Negeri
RI - 18 Menteri Pertahanan
RI - 19 Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia
RI - 20 Menteri Keuangan
RI - 21 Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia
RI - 22 Menteri Perindustrian
RI - 23 Menteri Perdagangan
RI - 24 Menteri Pertanian
RI - 25 Menteri Kehutanan
RI - 26 Menteri Perhubungan
RI - 27 Menteri Kelautan dan Perikanan
RI - 28 Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI - 29 Menteri Pekerjaan Umum
RI - 30 Menteri Kesehatan
RI - 31 Menteri Pendidikan Nasional
RI - 32 Menteri Sosial
RI - 33 Menteri Agama
RI - 34 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
RI - 35 Menteri Negara Riset dan Teknologi
RI - 36 Menteri Negara Koperasi dan UKM
RI - 37 Menteri Negara Lingkungan Hidup
RI - 38 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
RI - 39 Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi
RI - 40 Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
RI - 41 Menteri Negara PPN/Bappenas
RI - 42 Menteri Negara BUMN
RI - 43 Menteri Negara Komunikasi dan Informasi
RI - 44 Menteri Negara Perumahan Rakyat
RI - 45 Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga
RI - 46 Jaksa Agung
RI - 47 Sekretaris Kabinet
RI - 48 Kepala Badan Intelijen Negara
RI - 49 Wakil Ketua MPR RI
RI - 50 Wakil Ketua MPR RI
RI - 51 Wakil Ketua MPR RI
RI - 52 Wakil Ketua DPR RI
RI - 53 Wakil Ketua DPR RI
RI - 54 Wakil Ketua DPR RI
RI - 55 Wakil Ketua DPD RI
RI - 56 Wakil Ketua DPD RI
RI - 57 Wakil Ketua Mahkamah Agung
RI - 58 Wakil Ketua Mahkamah Agung
RI - 59 Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
RI - 60 Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi
RI - 61 Ketua Komisi Yudisial
RI - 62 Wakil Ketua Komisi Yudisial
RI - 63 Gubernur Bank Indonesia
RI - 64 Gubernur Lemhannas
RI - 65 Ketua UKP4
RI - 66 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 67 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 68 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 69 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 70 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 71 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 72 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 73 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 74 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 75 Kepala BNPB
RI - 76 Wakil Ketua MPR RI
RI - 77 Wakil Ketua DPR RI
RI - 78 Utusan Khusus Presiden
RI - 79 Ketua BKPM
RI - 80 Utusan Khusus Presiden
RI - 81 Utusan Khusus Presiden
RI - 80 Utusan Khusus Presiden
RI - 81 Utusan Khusus Presiden
RI - 99 Utusan Khusus Presiden
RI - 84 Panglima TNI
RI - 85 Kapolri
RI - 90 Sekretaris Kementerian Setneg
RI - 91 Sekretaris Militer Presiden
RI - 92 Sekretaris Presiden
RI - 93 Sekretaris Wakil Presiden
RI - 94 Kepala Protokol Negara
RI - 100 Wakil Menteri Kementerian Pertahanan
RI - 101 Wakil Menteri Luar Negeri
RI - 102 Wakil Menteri Keuangan
RI - 103 Wakil Menteri Perindustrian
RI - 104 Wakil Menteri Perdagangani
RI - 105 Wakil Menteri Pertanian
RI - 106 Wakil Menteri Perhubungan
RI - 107 Wakil Menteri Pekerjaan Umum
RI - 108 Wakil Menteri Pendidikan Nasional
RI - 109 BAPENAS
Yang pernah liat secara langsung :
RI 2 waktu Pak Budiono pulang kampung,
RI 9 waktu Pak Machfud MD masih menjabat, kalo ga salah liat di ring road utara.
RI 30 waktu merapi meletus, kayaknya menteri yang njabat lagi ikut survey ke merapi.
yang jelas RI 31, hampir tiap hari, kalo lewat rumah Pak Bambang Sudibyo dan beliau sedang ada dirumah
Nih, plat khusus pejabat di Indonesia...
RI - 1 Presiden Republik Indonesia
RI - 2 Wakil Presiden Republik Indonesia
RI - 3 Istri Presiden Republik Indonesia
RI - 4 Istri Wakil Presiden Republik Indonesia
RI - 5 Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
RI - 6 Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
RI - 7 Ketua Dewan Perwakilan Daerah
RI - 8 Ketua Mahkamah Agung
RI - 9 Ketua Mahkamah Konstitusi
RI - 10 Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
RI - 11 Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan
RI - 12 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
RI - 13 Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
RI - 14 Menteri Sekretaris Negara
RI - 15 Menteri Sekretaris Kabinet
RI - 16 Menteri Dalam Negeri
RI - 17 Menteri Luar Negeri
RI - 18 Menteri Pertahanan
RI - 19 Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia
RI - 20 Menteri Keuangan
RI - 21 Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia
RI - 22 Menteri Perindustrian
RI - 23 Menteri Perdagangan
RI - 24 Menteri Pertanian
RI - 25 Menteri Kehutanan
RI - 26 Menteri Perhubungan
RI - 27 Menteri Kelautan dan Perikanan
RI - 28 Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI - 29 Menteri Pekerjaan Umum
RI - 30 Menteri Kesehatan
RI - 31 Menteri Pendidikan Nasional
RI - 32 Menteri Sosial
RI - 33 Menteri Agama
RI - 34 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
RI - 35 Menteri Negara Riset dan Teknologi
RI - 36 Menteri Negara Koperasi dan UKM
RI - 37 Menteri Negara Lingkungan Hidup
RI - 38 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
RI - 39 Menteri Negara PAN dan Reformasi Birokrasi
RI - 40 Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
RI - 41 Menteri Negara PPN/Bappenas
RI - 42 Menteri Negara BUMN
RI - 43 Menteri Negara Komunikasi dan Informasi
RI - 44 Menteri Negara Perumahan Rakyat
RI - 45 Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga
RI - 46 Jaksa Agung
RI - 47 Sekretaris Kabinet
RI - 48 Kepala Badan Intelijen Negara
RI - 49 Wakil Ketua MPR RI
RI - 50 Wakil Ketua MPR RI
RI - 51 Wakil Ketua MPR RI
RI - 52 Wakil Ketua DPR RI
RI - 53 Wakil Ketua DPR RI
RI - 54 Wakil Ketua DPR RI
RI - 55 Wakil Ketua DPD RI
RI - 56 Wakil Ketua DPD RI
RI - 57 Wakil Ketua Mahkamah Agung
RI - 58 Wakil Ketua Mahkamah Agung
RI - 59 Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
RI - 60 Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi
RI - 61 Ketua Komisi Yudisial
RI - 62 Wakil Ketua Komisi Yudisial
RI - 63 Gubernur Bank Indonesia
RI - 64 Gubernur Lemhannas
RI - 65 Ketua UKP4
RI - 66 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 67 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 68 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 69 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 70 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 71 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 72 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 73 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 74 Anggota Dewan Pertimbangan Presiden
RI - 75 Kepala BNPB
RI - 76 Wakil Ketua MPR RI
RI - 77 Wakil Ketua DPR RI
RI - 78 Utusan Khusus Presiden
RI - 79 Ketua BKPM
RI - 80 Utusan Khusus Presiden
RI - 81 Utusan Khusus Presiden
RI - 80 Utusan Khusus Presiden
RI - 81 Utusan Khusus Presiden
RI - 99 Utusan Khusus Presiden
RI - 84 Panglima TNI
RI - 85 Kapolri
RI - 90 Sekretaris Kementerian Setneg
RI - 91 Sekretaris Militer Presiden
RI - 92 Sekretaris Presiden
RI - 93 Sekretaris Wakil Presiden
RI - 94 Kepala Protokol Negara
RI - 100 Wakil Menteri Kementerian Pertahanan
RI - 101 Wakil Menteri Luar Negeri
RI - 102 Wakil Menteri Keuangan
RI - 103 Wakil Menteri Perindustrian
RI - 104 Wakil Menteri Perdagangani
RI - 105 Wakil Menteri Pertanian
RI - 106 Wakil Menteri Perhubungan
RI - 107 Wakil Menteri Pekerjaan Umum
RI - 108 Wakil Menteri Pendidikan Nasional
RI - 109 BAPENAS
Yang pernah liat secara langsung :
RI 2 waktu Pak Budiono pulang kampung,
RI 9 waktu Pak Machfud MD masih menjabat, kalo ga salah liat di ring road utara.
RI 30 waktu merapi meletus, kayaknya menteri yang njabat lagi ikut survey ke merapi.
yang jelas RI 31, hampir tiap hari, kalo lewat rumah Pak Bambang Sudibyo dan beliau sedang ada dirumah
Rabu, Januari 01, 2014
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Classroom Action Research atau lazimnya disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh pendidik sesuai dengan bidang yang ditekuninya. PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadikan guru sebagai peneliti atau sebagai subjek penelitian. PTK biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu secara kontinu untuk memperoleh data yang diperlukan dan dalam pelaksanaannya berupa siklus - siklus. PTK yang dilakukan tidak berorientasi pada hasil penelitian yang dicapai, namun lebih menekankan pada proses penelitian. Dalam PTK tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan di tempat lain yang konteksnya mirip. Permasalahan yang diteliti dalam PTK adalah kasus-kasus spesifik atau kasus-kasus tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru yang hasilnya tidak perlu dimanipulasi atau direkayasa sesuai kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian. Karena pada dasarnya PTK bertujuan untuk mengubah pembelajaran yang dilakukan di kelas menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan untuk membangun teori atau membuktikan hipotesis.
Secara singkat beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas adalah :
Secara singkat beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas adalah :
Aspek | Keterangan |
Pelaksanaan | Beberapa siklus (lebih dari satu kali) |
Penekanan | Proses |
Prosedur baku | Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi |
Tujuan penelitian | Perbaikan rencana pembelajaran |
Perlakuan terhadap instrumen | Trianggulasi data |
Kelas kontrol | Tidak ada kelas kontrol |
Langganan:
Postingan (Atom)