Hari ini saya seperti biasa, setiap bulannya mampir ke toko buku.
Walaupun tidak selalu saya membeli buku, namun saya usahakan untuk setiap bulan selalu ke toko buku. Jarang memang saya menyengaja datang ke toko buku untuk membeli buku. Terkadang saya juga datang ke beberapa pameran buku tanpa niat apapun.
Jujur, saya lebih suka buku diskonan...
heee
Walaupun buku itu tentunya sudah lama, namun ilmunya tetap sama. Benar kan?
Teringat saya, 15 tahun yang lalu, saya diajak ke sudut pasar Rejowinangun oleh ayah saya.
Di sana kami tidak datang ke toko buku Jaya(toko buku besar di Magelang), Gramedia, Toga Mas, atau Sosial Agency. Tidak sama sekali.
Saya diajak ayah saya untuk membeli buku di emper toko mas yang berjejer di sana.
Saya diajak membeli buku loak. Ya, buku loak.
Teringat saya di sana membeli 2 buku agama islam, 2 buku IPS, dan 2 buku matematika.
Kenangan saya ini begitu berbekas. Bukan tidak mau membeli buku yang baru, namun ayah saya mengenalkan kepada saya. Apapun buku GURUMU, materinya selalu sama. Buku terkadang hanya ganti sampulnya. Asalkan penulisnya sama, kebanyakan isinya pasti sama.
Berawal dari kenangan itu, sampai sekarang saya gemar membeli buku loakan atau buku di bazar.
Memang mungkin murahan, namun saya menghargai penulisnya, dan menghargai ilmu yang ditularkan lewat buku yang ditulisnya.
Tidak kurang sekarang saya mempunyai 20an buku yang saya koleksi. Buku-buku yang sederhana, buku - buku tipis nan ringan bahasanya. Namun, semoga memberikan manfaat yang lebih. Karena bersahabat dengan buku itu indah.
Seorang penulis akan membaca lebih dari 2 buku untuk menuliskannya kembali dan menjadikannya karya pribadi. Namun kita sebagai pembaca hanya butuh satu buku untuk menerima ilmu dari banyak penulis yang telah disarikan kembali oleh penulis kedua. Jadi, tidak ada alasan untuk meremehkan buku setipis dan semurah apapun. Insya Allah pasti ada manfaatnya.
Walaupun tidak selalu saya membeli buku, namun saya usahakan untuk setiap bulan selalu ke toko buku. Jarang memang saya menyengaja datang ke toko buku untuk membeli buku. Terkadang saya juga datang ke beberapa pameran buku tanpa niat apapun.
Jujur, saya lebih suka buku diskonan...
heee
Walaupun buku itu tentunya sudah lama, namun ilmunya tetap sama. Benar kan?
Teringat saya, 15 tahun yang lalu, saya diajak ke sudut pasar Rejowinangun oleh ayah saya.
Di sana kami tidak datang ke toko buku Jaya(toko buku besar di Magelang), Gramedia, Toga Mas, atau Sosial Agency. Tidak sama sekali.
Saya diajak ayah saya untuk membeli buku di emper toko mas yang berjejer di sana.
Saya diajak membeli buku loak. Ya, buku loak.
Teringat saya di sana membeli 2 buku agama islam, 2 buku IPS, dan 2 buku matematika.
Kenangan saya ini begitu berbekas. Bukan tidak mau membeli buku yang baru, namun ayah saya mengenalkan kepada saya. Apapun buku GURUMU, materinya selalu sama. Buku terkadang hanya ganti sampulnya. Asalkan penulisnya sama, kebanyakan isinya pasti sama.
Berawal dari kenangan itu, sampai sekarang saya gemar membeli buku loakan atau buku di bazar.
Memang mungkin murahan, namun saya menghargai penulisnya, dan menghargai ilmu yang ditularkan lewat buku yang ditulisnya.
Tidak kurang sekarang saya mempunyai 20an buku yang saya koleksi. Buku-buku yang sederhana, buku - buku tipis nan ringan bahasanya. Namun, semoga memberikan manfaat yang lebih. Karena bersahabat dengan buku itu indah.
Seorang penulis akan membaca lebih dari 2 buku untuk menuliskannya kembali dan menjadikannya karya pribadi. Namun kita sebagai pembaca hanya butuh satu buku untuk menerima ilmu dari banyak penulis yang telah disarikan kembali oleh penulis kedua. Jadi, tidak ada alasan untuk meremehkan buku setipis dan semurah apapun. Insya Allah pasti ada manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar