Facebook, twitter, instagram, what's app, blog, dsb....
Guru tau tidak apa yang saya tulis di atas?
Kalau tidak tahu, harus cari sekarang, harus tahu sekarang, harus bisa sekarang....
Itulah semangat minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru, semangat untuk tahu. Walaupun mungkin tidak ahli, namun seorang guru seharusnya selalu update dan upgrade pengetahuannya. Agar bisa mengimbangi dan terus berkembang di jaman yang serba modern sekarang ini.
Mari kita renungkan,
Kalau buku yang kita baca sama banyaknya dengan siswa kita, berarti kita tidak lebih rajin dari mereka.
Kalau tugas yang kita kerjakan lebih sedikit dari siswa kita, maka kita tidak lebih baik memanfaatkan waktu dari pada mereka.
Kalau obrolan kota tidak nyambung dengan siswa kita, harusnya kita sadar, bahwa secara perlahan kita tergerus oleh pergerakan jaman.
Memang itulah kenyataan, kita terkadang nyaman dengan apa yang sudah selama ini kita lakukan sehingga kita senantiasa "stuck", nyaris tanpa perubahan.
Padahal kita selalu berusaha memberikan hal-hal baru kepada siswa kita, dengan materi baru, bab yang baru, tugas-tugas yang selalu baru, ulangan-ulangan yang terjadwal sehingga memaksa siswa kita belajar lebih keras, dsb.
Sedangkan kita? Apa yang kita lakukan saat siswa kita berlari menuju ilmu - ilmu yang baru?
Berapa nilai yang kita dapat ketika siswa kita melompat kegirangan karena mendapatkan prestasi terbaik?
Banyak yang menjadikan pekerjaan sebagai alasan untuk belajar (lagi).
Banyak yang menyalahkan beban administrasi sebagai alasan untuk lelahnya membaca buku- buku baru.
Banyak yang menggunakan waktu yang terbatas sebagai alasan untuk tidak tergeaknya kita menciptakan sesuatu yang baru dalam pembelajaran kita.
Kita terlalu banyak alasan, padahal kita terkadang marah bukan main ketika siswa kita beralasan belum mengerjakan PR, lupa mengerjakan tugas, belum mengerti atas materi yang diajarkan.
Percayalah, hanya guru yang senantiasa belajar yang membuat siswa nyaman berada di sampingnya.
Hanya guru yang senantiasa upgrade yang bisa membuat obrolan-obrolan yang asyik dengan siswanya.
Dan hanya guru yang senantiasa bertambah ilmunya yang bisa mencerdaskan siswa-siswanya.
Mari bergeak kawan, selama nafas masih ada, raihlah buku di sekitar kita, dan mulailah membaca.
Hidup yang berwarna adalah hidup yang penuh masalah dan terselesaikan.
Pandanglah setiap masalah adalah hal yang ringan, karena yang berat adalah jawaban dari masalah itu.
Masalah mungkin tidak berhasil terselesaikan ketika sendirian, tapi masalah mungkin terselesaikan jika kita bersama-sama menyelesaikannya.
Sabtu, November 23, 2013
Jumat, November 22, 2013
Hukuman bagi Siswa yang Melanggar Peraturan
Bismillahirohmanirrohim
"Peraturan dibuat untuk dilanggar"
Itulah jargon saya ketika saya sekolah SMA dulu. Teringat oleh saya bagaimana enaknya melanggar peraturan SMA saya, tampak gagah, berani dan gaul menurut saya. Mungkin itu pula yang dirasakan ketika anak-anak saya melanggar peraturan yang sudah disepakati. Mungkin pula inilah cara mereka mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
Kalau cuma sekali ga masalah, tapi kalau sudah diperingatkan, masih melanggar itulah yang jadi masalah. Repot memang ketika ada anak yang berkali - kali melanggar peraturan yang sama walaupun sudah diperingatkan, bahkan orang tuanya dipanggil untuk dilapori tingkah anak di sekolah. Namun belum ada perubahan.
Kesulitan yang kami hadapi selanjutnya adalah bentuk hukuman (punishment) untuk pelanggaran anak itu. Kami tidak kesulitan menemukan hukuman tersebut, tapi kami kesulitan untuk memilih hukuman yang efektif bagi anak agar tidak mengulangi kesalahan lagi. Walhasil kami seperti menjadikan anak kelinci percobaan. Diberi hukuman A, dilihat efeknya besok pagi. Masih diulangi diberi hukuman B, cek efeknya hari berikutnya, dst...
Ini daftar "pilihan" hukuman yang sering kami gunakan :
1. Istighfar 50 kali.
2. Menuliskan tulisan latin satu halaman folio/4 halaman buku kecil.
3. Denda berupa uang.
4. Minta maaf kepada teman jika kesalahan berupa hal yang menyakiti/menyinggung teman.
5. Membaca Al Quran
6. Membuat surat pernyataan bertanda tangan anak, wali kelas, dan wali murid.
7. Menyapu kelas selama satu minggu berturut - turut.
8. Dikurangi jam istirahatnya 5, 10, atau bahkan tidak boleh istirahat.
9. Menuliskan satu ruku' Al Quran
10. Dikurangi penghargaan yang telah diterima pada lembar prestasi siswa.
dll....
Tidak jarang satu kali diberikan hukuman anak kemudian jera, namun terkadang ada satu dua anak yang sangat sulit penanganan hukumannya. Setidaknya ada hal yang harus tetap kita perhatikan dalam memilih hukuman untuk siswa, diantaranya :
1. Hukuman yang kita pilih sebaiknya tetap kita berikan dengan senyuman, bukan dengan bentakan atau cemoohan. Intinya walaupun mereka kita hukum, tetapi kita harus memilih cara terhalus dalam memberikan hukuman tersebut.
2. Hukuman yang kita pilih tidak boleh keluar dari hal - hal yang bernafaskan pendidikan. Lebih baik tidak berupa hukuman fisik. Hukuman yang baik adalah hukuman yang mendidik. Karena tujuan dari pemberian hukuman itu agar jera, bukan menyakiti atau membuat takut siswa kita.
3. Hukuman yang kita berikan harus sesuai dengan tingkat pelanggaran anak. Jangan langsung menghukum anak dengan berat pada kesalahan pertamanya. Haruslah bertahap. Agar anak juga tahu seandainya melanggar lagi hukumannya akan bertambah.
4. Hukuman yang kita berikan haruslah adil. Tidak pilih-pilih. Agar tidak ada kecemburuan di antara murid.
5. Hukuman yang kita berikan akan sangat baik jika membuat anak itu "berkurang kesenangannya", bukan merasa tersakiti. Karena jika anak merasa tersakiti akan timbul trauma atas hukuman yang diterimanya. Anak bisa menjadi benci dan malas terhadap hukuman yang sering didapatnya.
Contohnya : anak yang sering dihukum menulis bisa menjadi malas atau benci menulis. Anak yang sering dihukum membaca Al Quran bisa menjadi malas atu benci membaca Al Quran. Di sini menjadi penting untuk mencari variasi hukuman yang cocok bagi tiap anak.
Semoga kita bisa membuat anak kita anak-anak yang taat peraturan dan mencapai prestasi yang terbaik
Aamiin
"Peraturan dibuat untuk dilanggar"
Itulah jargon saya ketika saya sekolah SMA dulu. Teringat oleh saya bagaimana enaknya melanggar peraturan SMA saya, tampak gagah, berani dan gaul menurut saya. Mungkin itu pula yang dirasakan ketika anak-anak saya melanggar peraturan yang sudah disepakati. Mungkin pula inilah cara mereka mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
Kalau cuma sekali ga masalah, tapi kalau sudah diperingatkan, masih melanggar itulah yang jadi masalah. Repot memang ketika ada anak yang berkali - kali melanggar peraturan yang sama walaupun sudah diperingatkan, bahkan orang tuanya dipanggil untuk dilapori tingkah anak di sekolah. Namun belum ada perubahan.
Kesulitan yang kami hadapi selanjutnya adalah bentuk hukuman (punishment) untuk pelanggaran anak itu. Kami tidak kesulitan menemukan hukuman tersebut, tapi kami kesulitan untuk memilih hukuman yang efektif bagi anak agar tidak mengulangi kesalahan lagi. Walhasil kami seperti menjadikan anak kelinci percobaan. Diberi hukuman A, dilihat efeknya besok pagi. Masih diulangi diberi hukuman B, cek efeknya hari berikutnya, dst...
Ini daftar "pilihan" hukuman yang sering kami gunakan :
1. Istighfar 50 kali.
2. Menuliskan tulisan latin satu halaman folio/4 halaman buku kecil.
3. Denda berupa uang.
4. Minta maaf kepada teman jika kesalahan berupa hal yang menyakiti/menyinggung teman.
5. Membaca Al Quran
6. Membuat surat pernyataan bertanda tangan anak, wali kelas, dan wali murid.
7. Menyapu kelas selama satu minggu berturut - turut.
8. Dikurangi jam istirahatnya 5, 10, atau bahkan tidak boleh istirahat.
9. Menuliskan satu ruku' Al Quran
10. Dikurangi penghargaan yang telah diterima pada lembar prestasi siswa.
dll....
Tidak jarang satu kali diberikan hukuman anak kemudian jera, namun terkadang ada satu dua anak yang sangat sulit penanganan hukumannya. Setidaknya ada hal yang harus tetap kita perhatikan dalam memilih hukuman untuk siswa, diantaranya :
1. Hukuman yang kita pilih sebaiknya tetap kita berikan dengan senyuman, bukan dengan bentakan atau cemoohan. Intinya walaupun mereka kita hukum, tetapi kita harus memilih cara terhalus dalam memberikan hukuman tersebut.
2. Hukuman yang kita pilih tidak boleh keluar dari hal - hal yang bernafaskan pendidikan. Lebih baik tidak berupa hukuman fisik. Hukuman yang baik adalah hukuman yang mendidik. Karena tujuan dari pemberian hukuman itu agar jera, bukan menyakiti atau membuat takut siswa kita.
3. Hukuman yang kita berikan harus sesuai dengan tingkat pelanggaran anak. Jangan langsung menghukum anak dengan berat pada kesalahan pertamanya. Haruslah bertahap. Agar anak juga tahu seandainya melanggar lagi hukumannya akan bertambah.
4. Hukuman yang kita berikan haruslah adil. Tidak pilih-pilih. Agar tidak ada kecemburuan di antara murid.
5. Hukuman yang kita berikan akan sangat baik jika membuat anak itu "berkurang kesenangannya", bukan merasa tersakiti. Karena jika anak merasa tersakiti akan timbul trauma atas hukuman yang diterimanya. Anak bisa menjadi benci dan malas terhadap hukuman yang sering didapatnya.
Contohnya : anak yang sering dihukum menulis bisa menjadi malas atau benci menulis. Anak yang sering dihukum membaca Al Quran bisa menjadi malas atu benci membaca Al Quran. Di sini menjadi penting untuk mencari variasi hukuman yang cocok bagi tiap anak.
Semoga kita bisa membuat anak kita anak-anak yang taat peraturan dan mencapai prestasi yang terbaik
Aamiin
Langganan:
Postingan (Atom)