Ilmu filsafat mempunyai banyak aliran atau paham,
diantaranya renaissance, rasionalisme, empirisme, idealism, realism, positivism,
pragmatisme, humanisme, dan masih banyak aliran filsafat lainnya. Aliran yang
satu dengan aliran yang lain ada yang saling bertentangan dan ada pula yang
memiliki konsep dasar sama. Walaupun dua aliran filsafat mempunyai konsep yang
bertentanga, namun hal tersebut bukanlah untuk dibahas, dan diperdebatkan.
Karena dengan adanya banyak aliran atau paham dalam filsafat yang telah
diperkenalkan, kita dapat memilih cara yang tepat dengan persoalan yang sedang
kita hadapi.
1.
Pengertian
Idealisme
Idealisme ialah filsafat yang pandangan yang
menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah
sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. Jadi pengertian
idealisme itu bukanlah seperti yang dianggap orang bahwa kaum
Idealis adalah orang-orang yang menjunjung tinggi kesucian, lebih mementingkan
berpikir dari pada makan, dll. Aliran
Idealisme/Spritualisme, yang mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Idealisme adalah aliran filsafat yang
menekankan “idea" (dunia roh) sebagai objek pengertian dan sumber
pengetahuan. Idealisme berpandangan bahwa segala sesuatu yg dilakukan oleh
manusia tidaklah selalu harus berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah,
tetapi harus berdasarkan prinsip kehorhanian (idea). Oleh sebab itu, Idealiseme
sangat mementingkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber pengetahuan.
Tokoh
aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani
dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara
jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan
idea.
Keberadaan
idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat
dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari
dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea
adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau
oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak
berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang
dikatakan dunia idea.
Plato
yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa
jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan
yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing
dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan
kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya
berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof,
perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan
budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah
bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan
sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan
cara hidup menurut kebenaran tertinggi.
Mengenai
kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato
mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya
satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi
manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai
ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai
alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
Arti
falsafi dari kata idealisme ditentukan
lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada
kata ideal. W.E. Hocking, seorang
idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih
tepat digunakan daripada idealism.
Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide,
pikiran-pikiran, akal (mind) atau
jiwa (self) dan bukan benda material
dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai
hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi, materialisme mengatakan
sebaliknya. Materialisme mengatakan bahwa materi itulah hal yang rill atau yang
nyata. Adapun akal (mind) hanyalah
fenomena yang menyertainya. Idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang rill
dan materi hanyalah merupakan produk sampingan. Dengan demikian, idealisme
mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya sebagai sebuah mesin
besar yang harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja.
Alam, bagi
orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah
perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat
bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang
“tertinggi dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia
merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib,
oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini
tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau
tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini
dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau
perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam
dalam kehidupan sendiri.
Pokok
utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama
dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun,
materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab,
seseorang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus
memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya
materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah
akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
Paham ini beranggapan
bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang
tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih
dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka
peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup
hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal
dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia.
2.
Jenis-Jenis
Idealisme
Sejarah idealisme cukup
berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang berlainan walaupun
berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme
objektif, dan idealisme . . . . . .