Jumat, April 15, 2016

Internet dan anak

Di zaman terakhir ini, buku semakin ditinggalkan. Perpustakaan semakin sepi, anak - anak lebih senang bermain dengan gadgetnya masing - masing dibandingkan datang ke perpustakaan. Popularitas perpustakaan seakan tenggelam sebagai pusat ilmu dan sumber belajar anak.
Hal ini bukanlah hal yang merisaukan bagi sebagian wali murid dan guru. Katanya anak - anak mampu belajar dari mana saja. Tidak harus dari buku. Bisa lewat internet dan games katanya.. _apa iya?

Internet memang merupakan idola di zaman sekarang. Semuanya ada di internet. Namun internet juga menggoda penggunanya untuk bermalas - malasan dengan segala fiturnya. Facebook, bbm, wa, bahkan berita - berita hoax yang berantai merupakan suguhan keseharian di internet.

Internet tidak jahat, namun butuh dinding yang kokoh agar tidak merusak penggunanya. Seperti sepeda motor yang digunakan oleh orang yang tepat dan mengerti rambu - rambu lalu lintas. Orang yang asal dan ugal - ugalan akan membahayakan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya. Itulah perumpamaan dari internet.

Orang tua harus sangat selektif dan intensif mengawasi penggunaan media internet ini. Anak - anak pengguna internet seperti orang yang naik sepeda motor dan belum tahu kemana jalan yang benar. Jalan yang membuatnya sampai ke tujuan dan tidak tersesat. Tugas orang tua dan orang dewasa di sekitar anak tersebut adalah sebagai rambu - rambu jalan bagi pengguna motor. Harus dipatuhi. Bukan hanya sebagai monumen usang di pinggir jalan. Karena sekali merasakan "kenikmatan jahat" dari internet akan membuat anak tersebut ketagihan. Orang tua harus berperan seolah - olah polisi tidur yang memberikan tanda agar berjalan pelan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam penggunaan internet.

Internet adalah media yang baik, jelas.
Banyak soal, banyak pengalaman, banyak media yang membuat anak kreatif dan tumbuh sesuai dengan zaman mereka sekarang. Internet lah yang menghasilkan orang - orang hebat seperti penulis best seller Raditya Dika, karena buku awal Raditya Dika adalah hasil dari cetakan blognya.

Namun internet juga bisa jahat, ketika anak mampu menggunakannya di luar kontrol dan tanpa pengawasan. Banyak anak yang meniru kegiatan yang dibaca, dilihat, dan biasa didengar dari internet. Seperti mesin fotokopi, anak akan menyimpan segala yang didapatnya di Internet. Jika anak tidak mampu memfilter apa yang didapatnya dengan baik hasilnya akan sangat mengerikan.


Kita bersyukur dengan digagasnya Internet positif oleh kominfo. Minimal penggunaan negatif dari internet bisa berkurang. Namun, itu tidak boleh mengurangi pengawasan terhadap para pengguna muda internet. Mari bersama - sama menggunakan internet dengan bijak

Selasa, April 05, 2016

The Angkringans

Hari ini tidak ada yang berbeda. Walaupun saya sekarang berada di Temanggung, kebiasaan saya untuk nongkrong tidak berubah. Angkringan adalah tempat favorit saya untuk makan dan nongkrong sejenak. Sekedar bertemu dengan orang – orang baru, mengobrolkan sesuatu hal yang berbeda dari biasanya, dan mengamati beberapa hal “tidak biasa” di pinggir jalan. Tidak ada yang meributkan soal status sosial di sana. Semuanya berbaur dalam suasana kekeluargaan dan persahabatan yang kental.

The Angkringan
Angkringan di rumah saya disebut “Kucingan”. Walaupun sebenarnya belum tentu ada kucing di sana, yang ada hanya “Nasi Kucing” dan kawan – kawannya. Sate usus, sate ati dan ampela, sate telur puyuh, dan yang hampir selalu ada di setiap angkringan, benda bernama gorengan. Jika diamati sekilas memang angkringan biasanya terlihat kotor, karena pelanggan biasanya membuang sisa makananya di bawah gerobak. Namun para pelanggan HIK (Hidangan Istimewa ala Kampung, sebutan angkringan di Solo) tidak bermasalah dengan semua itu. Bahkan banyak dari mereka rela duduk beralaskan tikar di trotoar dan tanah lapang dan berdesakan dengan pelanggan yang lain.

Saking istimewanya angkringan untuk saya, setahun terakhir saya punya hobi mampir di angkringan yang saya lewati di sepanjang jalan Temanggung – Yogyakarta. Sampai akhirnya saya menemukan beberapa keunikan dari angkringan.

Tiga Ceret
Hampir di setiap angkringan jarang ditemukan tempat air minum selain ceret. Jumlahnya pun kebanyakan tiga. Selalu diletakkan di samping kanan gerobak angkringan dengan ditemani tungku arang yang selalu menyala. Kata teman saya, itu perintah “dari sononya”. Hehe. Mungkin itu SOP untuk para penjual angkringan.

Coklat
Coklat yang saya maksud bukan makanan manis yang biasa kita makan, namun angkringan sangat berkaitan dengan para COKLAT, yaitu COwok KLATen. Banyak sekali mas – mas penjual angkringan berasal dari daerah Klaten. Bahkan pernah saya temui angkringan di depan Ruko Tanjung, Magelang adalah seorang anak dari Klaten yang usianya baru 14 tahun. Namun jangan tanya kemampuannya meracik susu jahe atau jahe anget. Mantap. Angkringan di pertigaan Grompol, sebelah utara UGM menggambarkan uletnya penjualnya. Setiap hari beliau menempuh Yogya – Klaten untuk berjualan.

Souvenir Angkringan
Jangan pernah berpikir souvenir yang saya maksud adalah mug bertuliskan terima kasih telah datang ke angkringan saya, gantungan kunci, atau souvenir lain ala pesta pernikahan. Namun souvenir angkringan ini adalah oleh – oleh yang unik di beberapa angkringan. Angkringan di sebelah Masjid Agung Temanggung punya souvenir yang unik. Souvenirnya berupa film gratis. Kalau anda pecinta film baru yang up to date, silahkan coba ke sana. Temui Mas Arga dan mulailah minta film kepadanya di jam 16.00 sampai malam. Dia akan dengan senang hati untuk memberikan film barunya kepada anda. Gratis – tis... Angkringan mas – mas yang akun facebooknya “LightAruga si Jantung Badai” ini adalah angkringan yang paling favorit bagi saya di Temanggung.
Souvenir lain yang unik adalah jual beli barang bekas yang ada di Angkringan Mbah Kethip di perempatan Srumbung, Muntilan. Dulu di belakang angkringan tersebut ada papan tulis whiteboard yang bertuliskan barang – barang bekas, mulai dari HP, motor, sampai pernah mobil kalau tidak salah. Menu unggulan di angkringan ini adalah Teh Hangat Gula Batu. Hmm Joss!

Angkringan Modern
Angkringan modern sekarang banyak ditemui di Yogya. Ada angkringan Bambu di jalan Kronggahan – Cebongan yang bersih dan nyaman. MA (Market Angkringan) 1, 2, dan 3. Ga cuma Pamela yang punya cabang sampai tujuh. Namun MA sudah punya tiga cabang. Pusatnya ada di Pangukan, Sleman. Mantapnya angkringan ini adalah harganya yang super murah dan super lengkap. Bahkan di sana ada nasi wader, nasi paru, sampai nasi merah. Angkringan lainnya adalah KRINGKRONG di jalan Damai yang mengkonsep angkringan dengan segala fasilitas yang keren.

Beberapa angkringan lain memang tidak kalah istimewa bagi saya. Mulai dari makanan, penyajian, dan gaya khas dari penjualannya.
-    Angkringan Pak Panut di depan GOR Klebengan harganya super murah dengan gaya menghitung yang khas. Makananya juga murah. Kalau mau makan dengan puas, datanglah jam 9 malam ke atas. Kita akan disuguhkan nasi hangat dengan bakaran gorengan yang mantap.
-    Angkringan di sebelah barat Kolam Renang UNY, makanan khasnya adalah bakaran ayam yang mantap. Harganya mantap dan selalu penuh dengan mahasiswa yang ngobrol dengan nyaman di trotoar bertemankan asap knalpot.
-    Angkringan kedua di kanan jalan arah Cebongan dari perempatan Kronggahan. Menu khas di sini beda dengan yang lain, yaitu sego wiwit. Menu khas yang baru saya temui di angkringan ini.
-    Angkringan di seberang BRI Muntilan. Di sana kita bisa merasakan tempe mendoan yang khas. Lebar, garing, dan gurih. Yummyyy
-    Angkringan di alun – alun Magelang. Kita bisa makan nasi bakar yang dibungkus daun pisang seperti lontong. Walaupun akhir – akhir ini saya jarang melihat deretan angkringan ini. Sepertinya mereka dipindahkan ke tempat lain.

Bagi saya angkringan penyatu hati lewat hidangan. Hidangan raga dan hidangan jiwa. Hubungan berbanding lurus antara kenyangnya perut dan nyamannya jiwa.
Ada yang punya angkringan favorit lain??